Oleh: Muhaimin Iqbal
Seorang pendaki gunung nan gagah berani mendaki sendirian puncak yang sangat tinggi. Di tengah pendakiannya tiba-tiba kabut tebal menutupi jarak pandangnya, dia terperosok ke jurang sempit yang gelap gulita. Setelah sempat pingsang, dia tersadar sedang bergantung pada tali yang mengikat pinggangnya. Hal pertama yang dia ingat adalah untuk memohon pertolongan kepadaNya.
Dengan badan yang masih lemah entah berapa lama pingsan, dia berdo’a lirih “…ya Rabb-ku, tolonglah aku…”
kemudian dia tertidur lagi dengan lunglai, tetapi dalam mimpinya Yang
Maha Penolong ‘berkata’ dengan penuh kasih sayang kepadanya : “…apakah engkau yakin Aku bisa menolongmu…?”.
Si pendaki gunung langsung terbangun dan menjawab : “…Ya Rabb, aku yakin Engkaulah yang bisa menolongku…”,
kemudian setelah beberapa lama menunggu pertolongan belum datang, dia
tertidur lemah lagi. Dalam mimpinya Yang Maha Penolong datang lagi dan
berkata : “kalau begitu, potonglah talimu…!”.
Sang pendaki langsung terbangun dan berkata : “…potong tali…?”
sambil seolah mempertanyakan petunjuk dalam mimpinya. Dia melihat
kanan-kiri, atas dan bawah – semuanya gelap, dia tidak bisa melihat
apa-apa. Dia bingung dan lelah, kemudian tertidur lagi.
Dalam tidurnya dia mimpi lagi hal yang sama : “…potonglah talimu…!”, lagi-lagi dia terbangun dan bertanya kembali : “…masak potong tali sih…?” dia
melihat sekitarnya tetap gelap dan dia tetap tidak melihat apa-apa. Dia
tertidur lagi dan sekali lagi pula dia bermimpi hal yang sama, kali ini
dengan nada perintah yang lebih jelas dan lebih keras : “…POTONG
TALIMU…!!!”.
Sang
pendaki-pun tersentak kaget dan terbangun, tetapi dilihatnya
kanan-kiri, atas- bawah tetap gelap dan dia tidak melihat apa-apa. Dalam
kegalauan dan kelelahan yang luar biasa dia tertidur lagi untuk
selamanya dan tidak terbangun lagi (mati !).
Setelah
pencarian beberapa hari tim SAR akhirnya menemukan mayat sang pendaki
gunung ini, terikat dipinggangnya – dengan kaki menggantung hanya
beberapa sentimeter dari tanah !.
Lelaki
sang pendaki gunung ini adalah kebanyakan manusia yang merasa perkasa
dengan kemampuannya – merasa bisa sendirian mengarungi perjalanan
hidupnya, merasa cerdas dengan akalnya sehingga selalu men-challenge petunjukNya, dan merasa paling kuat dengan imannya sehingga tidak merasa perlu untuk selalu memperbaiki keimanannya.
Bila
ditanya siapa yang memberi rezeki, dia akan langsung menjawab bahwa
Allah-lah sang pemberi rezeki itu – tetapi dia tidak berani meninggalkan
pekerjaannya yang bergelimang dengan riba, maisir, gharar, korupsi,
nepotisme dan sejenisnya.
Dalam
skala negeri yang lagi kacau-pun demikian, yang diharapkan menjadi
pemimpin malah saling menelanjangi aib masing-masing, lalu
masing-masing-pun berdo’a agar hukum ditegakkan dan keadilan yang akan
menang. Masing-masing merasa benar, masing-masing merasa saling
terdhalimi – lalu mereka berdo’a dengan harapan keadilan akan datang,
mereka merasa berhak atas do’a yang pasti dikabulkan karena merasa
dirinya adalah orang-orang yang terdhalimi.
Tetapi
ironinya keadilan ini adalah versi mereka sendiri-sendiri, versi
undang-undang yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri. Ironinya
adalah mereka pada dihukum dengan hukum yang dibuat oleh mereka sendiri.
Mereka
berada dalam kegelapan hukum kanan-kiri, atas-bawah, mereka mencari dan
memohon keadilan. Namun ketika keadilan itu datang dalam bentuk
petunjukNya yang sangat jelas, mereka tidak hiraukan petunjuk itu –
mereka challenge petunjuk
itu seolah akal merekalah yang lebih unggul. Mereka terus mencari
keadilan dalam gelap, terus pula Sang Maha Pengasih dan Penyayang
memberi petunjukNya yang semakin-jelas dan semakin jelas, tetapi
lagi-lagi petunjuk itu terus tidak dihiraukan.
Maka agar kita selamat dari dampak fitnahnya, ketika pertolongan itu datang kepada kita dengan pesan yang loud and clear
: “…POTONGLAH TALIMU…!!!”, tali yang mengikat kita dengan riba, dengan
kedhaliman, dengan lingkungan politik yang korup, dengan kepitalisme
yang merampas hak – maka potonglah tali itu - tali apapun yang menjadi
tempat kita bergantung kepada selain Allah - potonglah dan ikutilah
petunjukNya, karena sesungguhnya pertolonganNya itu benar adanya dan
bumi Allah itu dekat di bawah kaki kita kemanapun kita berjalan.
InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar