Oleh: Muhaimin Iqbal
Salah satu cara untuk membangkitkan optimism itu adalah bila kita bisa mengubah suatu kelemahan menjadi kekuatan. Di bidang pertanian misalnya, negeri agraris yang ijo royo-royo ini masih sering dihantui dengan sejumlah kelemahan, misalnya pada ukuran kepemilikan lahan yang terlalu kecil untuk dikelola secara ekonomis, posisi tawar petani yang lemah, serbuan produk pertanian impor dlsb. Tetapi semua kelemahan ini sangat mungkin bisa diubah menjadi kekuatan, bila kita bisa merubah paradigma bertani kita.
Di
abad yang orang menyebutnya abad Wiki ini – diambilkan dari fenomena
Wikipedia yang secara drastis merubah paradigma penyebaran ilmu
pengetahuan, pemain yang kuat tidak harus yang besar. Pemain yang kuat
adalah yang bisa menjadi integrator dari sejumlah pemain kecil yang
fokus di bidangnya.
Di
bidang komputasi misalnya, untuk mengelola informasi yang sangat besar
tidak lagi dibutuhkan super computer yang biaya pengadaan dan
pemeliharaannya selangit. Cukup dijalin jaringan kapasitas dari sejumlah
computer kecil-kecil yang kemudian disebut cloud computing.
Prinsip
kerja Wiki yang kemudian antara lain melahirkan konsep ekonomi
Wikinomics adalah keterbukaaan (openness), kemitraan yang setara
(peering), berbagi ( sharing) dan integrasi global. Prinsip dasar ini
menjadi lebih memungkinkan untuk diaplikasikan pada seluruh bidang
kehidupan di abad ini dengan teknologi informasi yang semakin canggih,
murah dan menjangkau 70% penduduk bumi.
Lantas
bagaimana kita menggunakan prinsip kerja Wiki tersebut untuk
mengunggulkan sektor pertanian kita yang masih dihantui oleh sejumlah
kelemahan tersebut ?. Kuncinya ada di kata yang selama ini sudah
familiar sekali dalam kehidupan kita, tetapi belum kita gunakan untuk
membangun kekuatan ekonomi – yaitu kata Jama’ah atau bila menjadi kata
sifat Jama’i.
Dengan
setara (peering) berbagi (sharing) secara terbuka (openness), kita bisa
mengintegrasikan kekuatan global – yaitu kekuatan jama’ah manusia yang
sangat banyak, untuk membangun kekuatan positif yang dalam hal ini
membangun kekuatan pertanian.
Aplikasinya dilapangan akan melibatkan dua hal yang saya sebut sebagai Kecerdasan Jama’i dan Kapasitas Jama’i.
Bayangkan
apa yang dialami oleh para petani saat ini. Mereka berjuang sendirian
untuk sekedar tahu sebaiknya ditanami apa lahannya yang sangat terbatas.
Karena dia sendirian mencarinya, maka dia akan cenderung meniru saja
tetangganya menanam apa.
Masalah
timbul selalu ketika panen tiba, sejumlah besar petani memanen produk
yang sama dengan kapasitas pasar yang terbatas di sekitarnya. Maka dari
sinilah sering kita dengar/baca cerita tragis petani yang memilih tidak
memanen sayurnya, membuang susu di jalanan dlsb – karena ketiadaan pasar
yang feasible untuk produk panenan mereka.
Dengan Kecerdasan Jama’i, ilmu yang ada dari masing-masing pelaku (bisa petani, akademisi, peneliti dlsb) di-share dan
dibuat mudah diakses oleh siapapun. Dengan bahasa dan aplikasi yang
sederhana misalnya, seorang petani bisa tahu apa yang terbaik ditanam di
lokasi tanahnya – dengan mempertimbangkan aspek agroklimat (suhu, curah
hujan, ketinggian, kelembaban dlsb) dan ketersediaan pasar atau
kebutuhan di masyarakat.
Masih
sulit dipahami ?, saya beri contoh sederhananya begini : Bila Anda
memiliki lahan beberapa puluh meter saja di halaman rumah Anda saat ini,
lahan tersebut insyaAllah dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi bisa
Anda tanami dengan tanaman pangan – yang cukup untuk makan Anda
sekeluarga sampai musim panen berikutnya !.
Apa
mungkin itu ?, insyaAllah mungkin bila Anda memiliki akses pengetahuan
tentang apa jenis tanaman tersebut, dan bagaimana memeliharanya sehingga
memberikan hasil optimal dlsb. Dari mana Anda akan tahu seluk beluk
tanaman ini ?, itulah yang akan dijawab oleh apa yang saya sebut
Kecerdasan Jama’i itu.
Saya
sendiri juga belum tahu, tetapi saya ada ide – maka ketika ide tersebut
disambut dan dilengkapi para ahli di bidangnya masing-masing, dari
situlah akan terkumpul segala macam ilmu, keterampilan dan pengalaman.
Sehingga jalan untuk swasembada pangan dengan sejengkal lahan di halaman
rumah itu menjadi dimungkinkan.
Setelah jenis tanaman dan tata cara pengelolaannya yang paling efektif diketahui semua orang, lantas apakah tidak terjadi over supply di pasar sehingga harga akan jatuh pada musim panennya ?
Untuk
inilah istilah kedua mulai berperan yaitu Kapasitas Jama’i. Bila
juta’an orang negeri ini menanm tanaman tersebut, kemudian panen bareng
sehigga panenan melimpah – maka ini akan menjadi nice problem to have – problem yang menyenangkan untuk dihadapi !. Artinya saat itu kita akan over supply dalam bidang makanan.
Dengan Kapasitas Jama’i, kita agregasikan over supply tersebut dan
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan bagian lain dari bumi ini yang
karena kondisi lahannya tidak sesubur negeri ini – mereka terpaksa
kekurangan pangan.
Kita
yang diberi rezeki bumi yang subur, air tersedia nyaris sepanjang
tahun, cuaca yang bersahabat dengan segala jenis tanaman – mestinya kita
bisa berkontribusi positif dalam menyelesaikan masalah-masalah
kekurangan pangan dunia. Mestinya kita adalah bagian dari solusi dan
bukan sebaliknya bagian dari masalah !
Ilusikah ini ?, insyaAllah tidak !. Karena kita beriman kepada kabar nubuwah yang sampai ke kita : “ Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya tetapi
dia idak mendapatkan seorangpun yang bersedia menerima zakatnya itu.
Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan
padang-padang rumput dan sungai-sungai” (HR. Muslim).
Meyakini
kebenaran hadits tersebut adalah bagian dari keimanan kita, tinggal
masalahnya adalah apakah kita memilih terlibat dalam mewujudkan
kemakmuran tersebut atau tidak. Bila kita memilih untuk terlibat, maka
waktunya kini untuk memulai berbuat.
Dalam rangka memulai rintisan untuk berbuat tersebutlah maka di situs ini belum lama ini kami kompetisikan untuk pengembangan system Wikitani berbasis teknologi mobile,
supaya nantinya para petani-pun bisa mengakses Kecerdasan Jama’i
tersebut di atas secara mudah. Para petani ini mungkin belum paham
menggunakan komputer untuk mengakses web, tetapi kalau sekedar
menggunakan handphone yang semakin canggih - insyaAllah semuanya akan
bisa.
Paralel
dengan itu, ada sejumlah riset yang sedang kami lakukan untuk menemukan
jenis tanaman yang bisa memberi makan pada dunia dan mencegah kelaparan
di tingkat global. Selain riset dari kabar-kabar Ilahiah (Al-Qur’an)
dan nubuwah (hadits), secara ilmiah di lapangan juga sudah mulai kita
tes pembenihannya. Pada waktunya nanti akan kita umumkan supaya menjadi
bagian dari Kecerdasan Jama’i yang terus menerus disempurnakan oleh
orang yang lebih tahu - sampai kebenaran hadits tersebut terbukti.
InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar