Oleh: Muhaimin Iqbal
Suatu saat ada pohon besar rubuh menghalangi jalan, seorang komandan mengerahkan prajuritnya untuk menyingkirkan pohon tersebut. Sekuat tenaga prajurit tersebut berusaha mengangkat, pohon tersebut tetap tidak bergerak. Seorang penunggang kuda yang hendak lewat bertanya kepada sang komandan : “ mengapa kamu tidak ikut mengangkatnya ?” jawab komandan : “itu tugas mereka, bukan tugasku !”.
Lantas
si penunggang kuda turun, berusaha sekuat tenaga membantu para prajurit
mengangkat pohon yang menghalangi jalan. Pohon besar tersebut berhasil
disingkirkan. Si penunggang kuda ini kemudian berkata kepada sang
komandan : “Lain kali kalau ada beban berat untuk diangkat, panggil Sang Panglima !”.
Sang panglima ini bila di Amerika disebutnya Commander in Chief
– yaitu presiden Amerika sendiri, dan sang penunggang kuda tersebut
ternyata adalah George Washington – president AS pertama – yaitu Commander in Chief tentara Continental pada perang revolusi AS.
Contoh yang lebih baik dari ini dan pasti benarnya ada di kisah Zulkarnain, ketika rakyatnya terancam oleh Ya’juz dan Majuz : “Zulkarnain
berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya
adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan
alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah
aku potongan-potongan besi" Hingga apabila besi itu telah sama rata
dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Zulkarnain: Tiuplah (api
itu)". Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia
pun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke
atas besi panas itu"”. (QS 18 : 95-96)
Lihat
pemimpin besar sekaliber Zulkarnin yang menjadi penguasa negeri dari
tempat terbitnya matahari sampai tempat terbenamnya, ketika ada masalah
besar yang dihadapi rakyatnya – dia tidak hanya turunkan instruksi ini –
intruski itu, tidak hanya menyalahkan dan mengeluhkan ini dan itu. Dia
turun langsung menyelesaikan masalah itu bersama rakyatnya.
Negeri
besar ini punya segudang masalah – itu wajar saja, karena banyaknya
rakyat, luasnya wilayah, keberagaman sukunya dlsb. Ketika satu masalah
berhasil diatasi sekalipun, sangat besar peluang munculnya
masalah-masalah baru.
Jadi
kemajuan dan kemakmuran suatu negeri bukan diukur oleh ada atau
tidaknya segudang masalah. Tetapi tergantung pada bagaimana masalah
tersebut disikapi dan diatasi. Pemimpin negeri punya peran utama dan
tanggung jawab untuk memimpin langsung – bersama rakyat – mengatasi segala persoalan yang ada.
Sekitar
setahun dari sekarang, kita akan punya kesempatan untuk memilih
pemimpin negeri ini baik yang di eksekutif maupun yang legislatif.
Gunakan kesempatan ini untuk memilih yang terbaik yang bisa me-lead langsung rakyat dalam mengatasi berbagai persoalannya.
Meskipun
pemimpin itu jauh dari kesempurnaan, meskipun proses pemilihannya juga
tidak sesuai dengan keyakinan kita sekalipun – tetap diperlukan pemimpin
di masyarakat. Seburuk-buruk pemimpin, tetap lebih baik dari ketiadaan
pemimpin.
Bisa
kita bayangkan bila karena kita menunggu lahirnya pemimpin yang ideal,
yang dipilih melalui proses yang ideal dan sesuai keyakinan kita –
lantas kita putuskan sekarang tidak usah dahulu ikut memilihnya – apa
yang akan terjadi ? setidaknya dua kemungkinan yang terjadi.
Pertama
pemimpin itu akan dipilih dan ditentukan justru oleh orang-orang lain
yang bisa jadi punya agenda yang bertentangan dengan kepentingan kita
semua. Kedua adalah the worst case scenario, negeri chaos tanpa pemimpin !.
Bila
negeri tanpa pemimpin, lantas siapa yang akan menangkap dan menghukum
pencuri, pemerkosa dan pelaku kejahatan lainnya ?, siapa yang akan
bekerja keras mengatur lalu lintas, mencegah banjir, mencegah pencurian
kekayaan alam dlsb ?.
Seandainya
toh belum memungkinkan kita memiliki pemimpin yang ideal, bukan berarti
tidak memiliki pemimpin sama sekali akan lebih baik. Maka ayo kita
pilih para pemimpin kita – mungkin masih lengkap dengan segala
kelemahannya, karena bila tidak maka orang lainlah yang akan memilih
pemimpin untuk kita – dan saat itu mau nggak mau kita harus terima.
Sebagian
orang mungkin beranggapan – biarlah mereka memilih pemimpinnya, bukan
pemimpin kita yang mereka pilih kok. Lantas bagaimana kalau mereka
memilih walikota kita, memilih gubernur kita, sampai presiden kita ?.
Realitasnya kan masih mereka-mereka inilah yang mengendalikan negeri ini
?
Dari
urusan KTP, ketertiban umum, pengatasan bencana, pengendalian peraturan
perdagangan, pertanian, ketenaga kerjaan, industry dlsb. semua ada di
tanangan-tangan mereka ini – bisa dibayangkan bila orang lain yang
memiliki agenda sendiri yang memilih mereka, bukan kita !
Bayangkan
pula bila di negeri ini nantinya dihadirkan pemimpin yang menekan dan
mengancam rakyatnya sendiri, menghalangi rakyat dari mengamalkan syariat
agamanya, menjual segala kekayaan alam yang ada, tidak peduli dengan
segala penderitaan rakyat dlsb. dlsb – apakah ini bukan salah kita juga
bila pemimpin seperti ini terpilih karena kita memilih untuk tidak
menggunakan hak kita ketika ada kesempatan untuk memilih yang lebih baik
?
Maka
inilah kampanye saya jauh hari sebelum pemilu legislatif dan eksekutif
2014 nanti. Ini karena keprihatinan saya atas rendahnya kwalitas para
pemimpin yang ada di Legislatif maupun Eksekutif saat ini – sebagaimana
kita baca riuh rendahnya sehari-hari di media masa.
Bukan
salah siapa-siapa, tetapi bisa jadi salah kita semua karena kita tidak
memilih yang terbaik pada tahun 2009 lalu atau bahkan kita tidak memilih
sama sekali !. Meskipun saya ikut mengkampanyekan gerakan untuk memilih
ini, saya tidak akan menyebut nama atau partai – dan saya tidak akan
mencalonkan diri untuk posisi apapun.
Saya
hanya ingin mengajak agar kita bisa mewarnai para pemimpin yang kita
pilih, bukan warna orang lain diluar sana yang sudah sangat siap dengan
berbagai agendanya sendiri. Agar kita tetap punya pemimpin – yang bisa
menyingkirkan ‘pohon rubuh yang menghalangi jalan’ kita, dan pemimpin
yang bisa 'membuat benteng antara kita dengan Ya'juz dan Makjuz' !
Perjalanan
tiga orang saja butuh amir perjalanan, apalagi perjalanan bangsa dengan
250 juta orang ini – pasti butuh pemimpin, meskipun jauh dari
kesempurnaan, meskipun hanya yang terbaik dari yang terburuk sekalipun !
Bisa dibayangkan sebaliknya bila 250 juta orang ini dibiarkan tanpa
pemimpin, Wa Allahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar