Agar Ayam Tidak Mati Di Lumbung Padi…

Kamis, 11 April 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal
Amartya Kumar Sen adalah ekonom India yang memperoleh hadiah Nobel ekonomi pada tahun 1998.  Dia terkenal akan pemikiran-pemikirannya yang terkait dengan penyebab kelaparan di dunia. Menurutnya kelaparan bukanlah disebabkan oleh kelangkaan pangan, kelaparan bisa terjadi bahkan pada saat panenan  bagus. Jadi apa penyebab utama kelaparan ?


Menurutnya kelaparan adalah produk dari rendahnya atau ketiadaan daya beli.  Ilustrasi disamping menjelaskan hal ini. Mayoritas keluarga bekerja dan dibayar dengan gaji atau upah atas kerjanya. Dari waktu ke waktu upah berubah demikian pula dengan harga-harga barang khususnya makanan.

Bila pergerakan perubahan harga  makanan lebih tinggi dari pergerakan upah, maka lama kelamaan upah kebanyakan pekerja tidak lagi cukup untuk membayar makanan yang dibutuhkan para pekerja tersebut beserta keluarganya. Saat itulah kelaparan terjadi, meskipun tidak ada masalah di tingkat produksi bahan pangan sekalipun.

Teori ini dapat untuk menjelaskan mengapa sekitar 1 milyar orang di dunia  - atau sekitar 14 % dari 7 milyar penduduk dunia saat ini dalam kondisi kelaparan, meskipun produksi pangan dunia saat ini cukup untuk menghidupi dua kali penduduk bumi. Lihat data FAO dlsb. yang saya sajikan di tulisan tanggal 26 Maret 2013 lalu.

Karena kelaparan lebih disebabkan oleh masalah distribusi atau daya beli ketimbang produksi, maka solusi yang sangat efektif dalam mengatasi kelaparan adalah dengan mengangkat daya beli ini. Daya beli masyarakat bisa diangkat manakala tersedia pekerjaan cukup di masyarakat.

Bukan hanya masalah pekerjaan cukup, upah pekerja juga harus cukup untuk membeli kebutuhan pokok khususnya makanan. Tetapi perusahaan-perusahaan tidak akan bisa menjaga gaji yang cukup bagi para pekerjanya , bila perusahaan tidak tumbuh sementara kebutuhan pekerja tumbuh – jadi perusahaan-perusahaan juga harus bisa tumbuh berkelanjutan agar bisa terus memberi gaji yang cukup juga secara berkelanjutan bagi para pekerjanya.

Dengan pemetaan seperti ini mestinya para pekerja dan para pemberi kerja (perusahaan) adalah ibarat dua orang yang berada pada satu perahu karet. Keduanya harus mendayung kearah yang sama agar keduanya bisa selamat, keduanya mesti bekerja sama fokus menjaga agar perusahaan bisa tumbuh berkelanjutan sehingga mampu menjaga tingkat upah yang cukup untuk menjaga daya beli para pekerjanya.

Secara nasional, seluruh pihak juga harus fokus meningkatkan produksi atau pertumbuhan ekonomi, agar tersedia pekerjaan yang cukup dan dengan tingkat penghasilan para pekerja yang juga cukup.

Karena produk nasional atau yang disebut GDP itu adalah GDP = C (belanja konsumen) + I (investasi)+ G(belanja pemerintah)+ X (Ekspor) – I (impor) ; kita bisa melihat bahwa konsumsi barang-barang impor akan menurunkan GDP kita.

Ketika GDP kita turun, maka peluang kerja kita turun, daya beli kita juga otomatis turun. Ketika daya beli kita turun, bisa jadi bahan makanan (impor) melimpah sekalipun - banyak penduduk kelaparan karena ketidak mampuan membeli bahan makanan yang ada.

Teori dan penalaran yang nampaknya sederhana ini, sesungguhnya bisa membawa perubahan besar pada upaya-upaya pencegahan kelaparan dunia. Bahwa produksi pangan dunia bukan hanya harus dijaga kecukupannya, tetapi juga semaksimal mungkin diproduksi sendiri oleh masyarakat setempat. Kegiatan produksi yang seperti ini menghasilkan dua hal sekaligus yaitu produksi pangannya sendiri dan produksi daya beli masyarakat yang membutuhkannya - masyarakat yang memiliki pekerjaan adalah masyarakat yang memiliki daya beli.

Dari ilustrasi dan formula tersebut di atas, mestinya kita bisa sangat fokus kini untuk mencegah kelaparan di negeri ini. Kita harus mengurangi produk-produk impor khususnya yang bisa kita produksi di dalam negeri. Kita harus fokus pada peningkatan produksi dalam negeri agar pekerjaan kita atau daya beli kita terjaga. Agar bahan pangan tetap terus terjangkau oleh rakyat negeri yang subur hijau royo-royo ini, agar ayam tidak mati di lumbung padi….!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar