Oleh: Muhaimin Iqbal
Sejak
kita belajar menggambar di Sekolah Dasar dahulu, ketika menggambar
jalan – kita selalu menggambar ujung jalan yang menyempit atau lancip.
Itulah ilusi optik yang paling dasar, jalan yang sebenarnya sama
lebarnya – terlihat menyempit di ujung cakrawala dari penglihatan kita.
Ilusi yang sama sebenarnya juga terjadi pada setiap ide besar yang ada
di sekitar kita.
Jalan
yang sebenarnya (hampir) sama lebar bagi semua orang – namun bagi orang
yang tidak melangkah, ujung jalan itu terlihat jauh dan menyempit.
Bayangkan dahulu bagi para tokoh penggagas awal ide kemerdekaan negeri
ini, mereka bisa melihat jalan untuk merdeka itu bisa ditempuh –
meskipun mayoritas orang tidak melihat jalan kemerdekaan itu.
Lihat
juga produk-produk hebat di sekitar kita, mulai air dalam kemasan
sampai situs-situs top dunia seperti Facebook, Twitter, Google dlsb.
Untuk air kemasan, apa susahnya membotoli air terus dijual. Tetapi
mengapa ada segelintir orang yang bisa melakukannya sangat hebat sementara yang lain tidak ?
Demikian
pula untuk Facebook, Twitter, Google dlsb. Dari sisi teknologi,
management, keuangan dlsb, banyak yang bisa melakukannya sama baiknya
atau bahkan mungkin lebih baik. Tetapi mengapa kok yang sedikit ini yang
sukses besar ?, karena yang sedikit ini bisa melihat jalan yang sama
lebar di ujung cakrawala. Sementara yang lain melihat ilusi berupa jalan
yang menyempit di ujung cakrawala.
Ide-ide
besar yang tidak jadi diimplementasikan adalah ide-ide yang berada di
ujung cakrawala, di ujung jalan yang menyempit – yaitu si pemilik ide
tidak menempuh perjalanan yang cukup panjang untuk membuktikan idenya.
Sebaliknya ide-ide besar yang menjadi realita adalah ide-ide yang
diimplementasikan, ide dimana pemiliknya menempuh jalan yang cukup untuk
mengimplementasikannya tahap demi tahap - dan mengatasi masalah demi
masalah.
Seperti
juga ilusi optik di awal tulisan ini, kita tahu jalan di ujung
cakrawala itu sama lebar dengan jalan yang sedang kita lalui. Mata kita
masih melihat jalan itu menyempit karena belum kita tempuh sampai ke
sana. Bila kita berjalan terus dan menempuh perjalanan itu sampai ke
sana, kita akan dapati jalan itu juga lebar – selebar yang telah kita
lalui.
Tetapi
cakrawala itu tidak berbatas, setelah kita berjalan cukup jauh – ujung
jalan di cakrawala itu juga terus menjauh. Maka demikian pula-lah
ide-ide besar itu. Dia bukan suatu hasil yang bisa dicapai terus
kemudian berhenti, dia adalah suatu proses yang terus berjalan untuk
terus menyempurnakannya.
Setelah
kita merdeka, tugas para pendiri bangsa ini juga tidak berhenti.
Menyatukan rakyat yang beraneka suku dan bahasa, membangun
infrasturktur, mengisi kemerdekaan dengan meningkatkan kemampuan SDM
dlsb.dlsb. Bahkan kita yang hidup kini – 67 tahun setelah meredeka-pun
masih sangat banyak yang perlu kita lakukan bersama. Secara ekonomi,
politik, pemikiran dlsb. kita belum sepenuhnya merdeka – kita masih
perlu terus berjalan untuk mencapainya.
Demikian
pula dengan ide-ide besar kita, tentang usaha, karir dlsb. Ketika kita
tempuh jalannya, kita akan menemukan jalan-jalan yang lebar di setiap
jengkal jalan yang kita lalui. Pada saat yang bersamaan kita akan
melihat ujung cakrawala yang terus menjauh, ini bukan berarti ide-ide
besar itu tidak pernah bisa dicapai – tetapi ini menunjukkan bahwa kita
hanya perlu terus berjalan untuk menggapainya.
Yang
kemudian dibutuhkan adalah niat yang benar, untuk apa kita terus
berjalan mengejar sesuatu yang tidak pernah tercapai tersebut bila hanya
untuk mengejar kepuasan duniawi – yang tidak akan pernah tercapai ?
Sebaliknya
bila setiap langkah itu diniatkan untuk memenuhi alasan kita diciptakan
– yaitu semata untuk beribadah kepadaNya, setiap langkah kita
insyaAllah akan berarti. Kalau toh usaha kita belum sukses, karir yang
kita cita-citakan belum tercapai, rezeki yang kita kumpulkan belum
terasa cukup – itu semua tidak mengurangi nilai langkah-langkah dalam
perjalanan yang kita tempuh.
“Maka
apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap.” (QS 94 : 7-8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar