Jalan (Tidak) Menyempit Di Ujung Cakrawala…

Senin, 22 April 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal

Sejak kita belajar menggambar di Sekolah Dasar dahulu, ketika menggambar jalan – kita selalu menggambar ujung jalan yang menyempit atau lancip. Itulah ilusi optik yang paling dasar, jalan yang sebenarnya sama lebarnya – terlihat menyempit di ujung cakrawala dari penglihatan kita. Ilusi yang sama sebenarnya juga terjadi pada setiap ide besar yang ada di sekitar kita.


Jalan yang sebenarnya (hampir) sama lebar bagi semua orang – namun bagi orang yang tidak melangkah, ujung jalan itu terlihat jauh dan menyempit. Bayangkan dahulu bagi para tokoh penggagas awal ide kemerdekaan negeri ini, mereka bisa melihat jalan untuk merdeka itu bisa ditempuh – meskipun mayoritas orang tidak melihat jalan kemerdekaan itu.

Lihat juga produk-produk hebat di sekitar kita, mulai air dalam kemasan sampai situs-situs top dunia seperti Facebook, Twitter, Google dlsb. Untuk air kemasan, apa susahnya membotoli air terus dijual. Tetapi mengapa ada segelintir orang  yang bisa melakukannya sangat hebat sementara yang lain tidak ?

Demikian pula untuk Facebook, Twitter, Google dlsb. Dari sisi teknologi, management, keuangan dlsb, banyak yang bisa melakukannya sama baiknya atau bahkan mungkin lebih baik. Tetapi mengapa kok yang sedikit ini yang sukses besar ?, karena yang sedikit ini bisa melihat jalan yang sama lebar di ujung cakrawala. Sementara yang lain melihat ilusi berupa jalan yang menyempit di ujung cakrawala.

Ide-ide besar yang tidak jadi diimplementasikan adalah ide-ide yang berada di ujung cakrawala, di ujung jalan yang menyempit – yaitu si pemilik ide tidak menempuh perjalanan yang cukup panjang untuk membuktikan idenya. Sebaliknya ide-ide besar yang menjadi realita adalah ide-ide yang diimplementasikan, ide dimana pemiliknya menempuh jalan yang cukup untuk mengimplementasikannya tahap demi tahap - dan mengatasi masalah demi masalah.

Seperti juga ilusi optik di awal tulisan ini, kita tahu jalan di ujung cakrawala itu sama lebar dengan jalan yang sedang kita lalui. Mata kita masih melihat jalan itu menyempit karena belum kita tempuh sampai ke sana. Bila kita berjalan terus dan menempuh perjalanan itu sampai ke sana, kita akan dapati jalan itu juga lebar – selebar yang telah kita lalui.

Tetapi cakrawala itu tidak berbatas, setelah kita berjalan cukup jauh – ujung jalan di cakrawala itu juga terus menjauh. Maka demikian pula-lah ide-ide besar itu. Dia bukan suatu hasil yang bisa dicapai terus kemudian berhenti, dia adalah suatu proses yang terus berjalan untuk terus menyempurnakannya.

Setelah kita merdeka, tugas para pendiri bangsa ini juga tidak berhenti. Menyatukan rakyat yang beraneka suku dan bahasa, membangun infrasturktur, mengisi kemerdekaan dengan meningkatkan kemampuan SDM dlsb.dlsb. Bahkan kita yang hidup kini – 67 tahun setelah meredeka-pun masih sangat banyak yang perlu kita lakukan bersama. Secara ekonomi, politik, pemikiran dlsb. kita belum sepenuhnya merdeka – kita masih perlu terus berjalan untuk mencapainya.

Demikian pula dengan ide-ide besar kita, tentang usaha, karir dlsb. Ketika kita tempuh jalannya, kita akan menemukan jalan-jalan yang lebar di setiap jengkal jalan yang kita lalui. Pada saat yang bersamaan kita akan melihat ujung cakrawala yang terus menjauh, ini bukan berarti ide-ide besar itu tidak pernah bisa dicapai – tetapi ini menunjukkan bahwa kita hanya perlu terus berjalan untuk menggapainya.

Yang kemudian dibutuhkan adalah niat yang benar, untuk apa kita terus berjalan mengejar sesuatu yang tidak pernah tercapai tersebut bila hanya untuk mengejar kepuasan duniawi – yang tidak akan pernah tercapai ?

Sebaliknya bila setiap langkah itu diniatkan untuk memenuhi alasan kita diciptakan – yaitu semata untuk beribadah kepadaNya, setiap langkah kita insyaAllah akan berarti. Kalau toh usaha kita belum sukses, karir yang kita cita-citakan belum tercapai, rezeki yang kita kumpulkan belum terasa cukup – itu semua tidak mengurangi nilai langkah-langkah dalam perjalanan yang kita tempuh.

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS 94 : 7-8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar