Oleh: Muhaimin Iqbal
Ketika kita masih di penghujung abad 20 lalu, banyak sekali buku-buku futuristic tentang abad 21 untuk berbagai bidang. Kini ‘intipan-intipan’ dari masa lalu itu sebagian terbukti benar, sebagian besarnya juga tidak sepenuhnya benar. Salah satunya yang menurut saya relevan untuk masa kini, khususnya kita di Indonesia yang akan merayakan (lagi) pesta demokrasi kurang dari setahun mendatang – adalah tentang apa yang disebut biopolitics.
Futurolog bidang politik akhir abad lalu membayangkan bahwa aktifitas politics di abad 21 tidak lagi sekedar politics, tetapi sudah menjadi aktivitas biopolitics. Lantas apa bedanya ?
Bila dalam politics pada umumnya tujuan mereka adalah memenangkan posisi, kedudukan atau pengendalian pemerintahan atau organisasi, biopolitics memiliki sasaran yang lebih luas yaitu bagaimana mempengaruhi kehidupan untuk masa yang akan datang.
Bila politics melibatkan kehidupan masyarakat dan participant-nya adalah orang per orang, biopolitics melibatkan system kehidupan dan participant-nya adalah seluruh makhluk hidup.
Bila politics adalah untuk memperoleh dan melindungi kepentingan kelompok atau konstituen, biopolitics adalah untuk mempertahankan system kehidupan di muka bumi untuk kepentingan seluruh makhluk hidup yang tinggal di dalamnya.
Bila dalam politics orang bisa memilih untuk terlibat didalamnya atau tidak, dalam biopolitics semua orang dan mahluk hidup terlibat didalamnya – baik secara aktif maupun secara pasif.
Isu
ini penting karena menjelang 2014 masyarakat kita akan dijadikan target
kampanye dengan berbagai iming-imingnya oleh berbagai pihak. Masyarakat
yang berwawasan biopolitics
akan dapat melihat segala sesuatunya secara luas, sehingga dia lebih
bijak dalam menentukan pilihannya – bila dia memutuskan untuk aktif
terlibat.
Bila dia memutuskan untuk tidak ikut secara aktif-pun, setidaknya dia akan tahu bahwa dirinya adalah participant pasif dari biopolitics yang sedang berjalan – setidaknya dia akan tahu kearah mana kehidupan di bumi kita ini akan dibawa oleh para participant aktif-nya.
Sebagai
contoh begini : ada politikus yang menjanjikan kemandirian pangan
karena sekarang isu pangan ini memang layak diangkat. Tentu ini baik
bila bisa dilakukan secara sungguh-sungguh dan bukan sekedar daya tarik
kampanye. Bila bisa dilakukanpun harus tanpa menimbulkan dampak masalah
yang lebih besar dari masalah pangan yang akan diatasi itu sendiri.
Dalam politics tidak bisa dibedakan ucapan sekedar daya tarik kampanye dengan ucapan yang didasari oleh program kerja yang matang. Dalam politics dampak dari suatu program tidak terlihat dan tidak harus ada yang mempertanyakannya, tetapi dalam biopolitics – dampak ini menjadi bagian dari assessment terhadap apa yang dijanjikan oleh politikus tersebut.
Kemandirian
pangan biasanya didukung dengan rencana membuka lahan-lahan pertanian
dalam skala luas, maka kalau ada penjelasan seperti inipun sudah
dianggap cukup bagi si politikus – bahwa dia punya program yang membumi.
Tetapi dalam biopolitics
– justru pembukaan lahan dalam skala luas ini bisa menjadi awal dari
masalah masalah yang lebih besar. Lahan siapa yang dijadikan lahan baru
tersebut ? seperti apa kondisi sebelumnya ? bila yang dijadikan lahan
baru tersebut semula adalah hutan – lantas apa yang terjadi dengan ecosystem kehidupan semula ?
Setahun
menjelang pemilu legislative dan kemudian juga pemilu presiden, rakyat
seperti kita-kita ini akan kebanjiran janji-janji. Bisa jadi sebagiannya
adalah visi yang sudah lengkap dengan jabaran detilnya bahkan termasuk
analisa lengkap dampak ikutannya, tetapi bisa jadi pula sebagian dari
janji-janji tersebut hanyalah mimpi atau ilusi yang tentu saja tidak
perlu ada jabarannya. Biopolitics-lah yang antara lain akan bisa membedakan antara visi dengan mimpi ini.
Agar
masyarakat tidak terkelabuhi (lagi) oleh para politikus yang
menjanjikan visi ataupun mimpi ini, barangkali sudah waktunya untuk
hadir di tengah masyarakat – lembaga kajian independent yang tidak
berafiliasi ke partai politik atau golongan manapun. Tugasnya hanyalah
meneropong secara detil program-program dari para politikus, kemudan
menyajikannya kembali ke bahasa masyarakat awam – sehingga pada waktuya nanti, mereka bisa memilih secara terang benderang – tidak seperti membeli kucing dalam karung.
Kajian-kajian
ini bahkan akan dibutuhkan bagi masyarakat yang memutuskan ntuk tidak
memilih sekalipun, karena ketika sebagian masyarakat ini memutuskan
untuk pasif dalam biopolitics environment – setidaknya mereka perlu tahu akan dibawa kemana kehidupan dibumi ini oleh para pelaku aktif-nya.
Apa
yang dilakukan oleh para politikus tersebut bukan hanya berdampak pada
kehidupan kita kini, tetapi sangat bisa juga mempengaruhi kehidupan
sampai ke anak cucu kita kedepan – bahkan bisa pula berpengaruh pada
kehidupan setelah mati. Maka sungguh kita perlu tahu apa yang mereka
akan lakukan. Wa Allahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar