Urusan Bahan Pokok…

Rabu, 4 September 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal
Di negeri seperti negeri kita, dimana menurut survey McKinsey sekitar separuh penduduknya berdaya beli kurang dari US$ 2 per hari – porsi terbesar dari pendapatan masyarakatnya adalah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Tidak mengherankan bila kemudian di negeri ini siapa yang menguasai bahan-bahan kebutuhan pokok – dialah yang menguasai ekonomi. Tetapi apa sebenarnya bahan-bahan kebutuhan pokok ini ?


Bahan-bahan kebutuhan pokok kita saat ini kita kenal dengan sebutan sembilan bahan pokok atau disingkat sembako, menurut keputusan Menteri Industri dan Perdagangan (1998) adalah : 1) beras (atau sagu/jagung), 2) gula pasir, 3) sayur dan buah, 4) daging sapi dan ayam, 5) miyak goreng dan margarin, 6) susu, 7) telur, 8) minyak tanah atau gas LPG, dan 9) garam beriodium dan bernatrium.

Entah bagaimana pemerintah saat itu merumuskan sembilan bahan pokok atau sembako ini, tetapi yang jelas dari sembako inilah mulainya muncul problem besar ekonomi kita – seperti yang terjadi di hari-hari ini dimana devisa kita terkuras dan nilai daya beli uang Rupiah kita terus melemah.

Betapa tidak menjadi masalah, di urutan pertama sembako tersebut di atas yaitu beras – negeri ini diprediksi oleh IndexMundi – tahun ini akan menjadi pengimpor beras no 3 terbesar dunia dengan 1.5 juta ton.  Hanya ada dua negara yang impor berasnya lebih banyak dari kita yaitu China yang mengimpor 3 juta ton untuk menutupi kekurangan produksi beras bagi 1.4 Milyar penduduknya, dan Nigeria yang mengimpor 2.4 juta ton.

Di daftar sembako no 2 yaitu gula, negeri kita malah menjadi importer terbesar di dunia yaitu 3.7 juta ton gula untuk tahun ini. Yang lebih besar dari impor kita hanyalah European Union – yang mengimpor 3.8 juta ton gula tetapi untuk 27 negara anggotanya !

Bahan-bahan lain juga masih diimpor dalam skala yang sangat besar seperti impor daging yang bikin heboh hingga hari ini, impor susu, buah dlsb yang semuanya tidak meng-encourage  produksi dalam negeri – sehingga akan melanggengkan ketergantungan ekonomi kita pada bahan-bahan pokok yang harus terus diimpor.

Bahan-bahan pokok yang disebut sembako tersebut  bukan hanya akan membuat ekonomi kita terus tidak mandiri, tetapi sebagian dari bahan-bahan pokok kita ini juga bermasalah bagi kesehatan bila konsumsinya terus besar. Bahkan dalam kampanye Gerakan Nasional Sadar Gizi 2011-2014, DepKes-RI telah mengkampanyekan untuk mengurangi lemak, garam dan gula untuk usia tertentu.

Bila suatu produk – yaitu seperti sembako ini – membuat kita tidak merdeka secara ekonomi dengan tergantung terus pada lingkaran setan produk impor, sebagiannya bermasalah pula pada kesehatan – bukankah ini waktunya untuk ditinjau ?

Inilah yang harus dilakukan negeri ini baik oleh pemerintah maupun rakyatnya, yaitu meningkatkan produksi dalam negeri untuk bahan-bahan kebutuhan pokok, serta dari waktu ke waktu meninju kembali apa-apa yang seharusnya dikampanyekan sebagai kebutuhan pokok itu. Tentu ini bukan pekerjaan yang mudah dan cepat, bahkan akan semakin berat dan mungkin juga akan membuat kita tersesat dalam trial and error terus menerus bila dilakukan tanpa petunjuk.

Maka dimanakah petunjuk itu bisa dicari ?. Hanya ada satu rujukan di dunia ini yang oleh penciptanya sendiri dijanjikan sebagai pentunjuk beserta penjelasannya – membuat siapa saja yang berpegang padanya tidak akan pernah tersesat selamanya, petunjuk ini juga menjadi jawaban untuk seluruh masalah - itulah Al-Qur’an.

Apakah Al-Qur’an berbicara tentang sembako ? tentu, bahkan sangat detil termasuk bagaimana cara memproduksinya sehingga yang berpegang padanya tidak akan tergantung pada produk impor !

Tetapi bahan pangan pokok menurut Al-Qur’an berbeda dengan sembako menurut keputusan menteri tahun 1998 tersebut, jumlahnya tidak harus sembilan, bisa terus diperbanyak karena akan saling melengkapi. Di antaranya adalah : 1) Kurma, 2) Anggur, 3) Zaitun, 4)Delima, 5) Tin, 6)Susu, 7) Madu, 8) Pisang , 9) Jahe, 10) Diji-bijian, 11) Daging , 12) Sayur dan buah secara umum, dlsb.

Kurma sebagi contoh,  disebut 20 kali di Al-Qur’an untuk menekankan pentingnya tanaman yang satu ini, bahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam  dikabarkan keberkahannya seperti keberkahan seorang muslim, di hadits lain disebutkan tidak akan kelaparan orang yang di rumahnya ada kurma, dan sebaliknya akan kelaparan orang bila dirumahnya tidak ada kurma. Tidak tergerakkah kita untuk memproduksi bahan makanan pokok yang satu ini ?

Seluruh bahan yang lain juga sangat mungkin diproduksi secara masal di negeri ini, yang prosesnya bisa dilakukan secara paralel dengan proses introduksinya sebagai bahan-bahan makanan pokok kita yang berdasarkan petunjukNya.

Selain sangat mungkin diproduksi, bahan-bahan pokok dari Al-Qur’an tersebut juga secara saling melengkapi dapat memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi kita, mulai dari kebutuhan karbohidrat, protein dan lemak – sampai kebutuhan unsur mikro seperti vitamin dan mineral.

Bahan-bahan pokok dari Al-Qur’an tersebut di atas juga memiliki karakter yang unique yaitu dari sisi kesehatan dia adalah multi fungsi – sebagai makanan, membangun ketahanan tubuh (preventive) dan sekaligus juga mengobati penyakit (curative).

Dari sisi konsumsi, dia adalah konsumsi yang sama bagi yang miskin maupun yang kaya. Bila orang kaya mampu makan kurma, yang miskin-pun akan mampu makan kurma. Tidak ada waste dalam menu makanan kurma, selalu bisa disimpan untuk dikonsumsi kembali. Bandingkan ini dengan menu nasi beserta lauk-pauknya, betapa banyak pemborosan di rumah-rumah orang kaya dan di pesta-pesta. Makanan yang tidak terjangkau oleh sebagian masyarakat ini, terbuang begitu saja karena tidak termakan oleh sebagian masyarakat yang lain.

Dari sisi produksi, bahan-bahan pokok tersebut juga memberi kesempatan yang sama bagi si kaya maupun si miskin. Tidak ada istilah economies of scale dalam memproduksi kurma, satu atau dua pohon yang dimiliki si miskin sama bergunanya dengan ribuan pohon milik si kaya. Itulah sebabnya pohon kurma bahkan oleh FAO sudah dijadikan sebagai media pengentasan kemiskinan di negeri miskin seperti India.

Sama-sama untuk pemenuhan kebutuhan minyak, bila dipenuhi dari sawit harus dilakukan dalam skala industri – sehingga hanya pemain besar yang bisa mengelola produksi minyak sawit ini. Bila dipenuhi dari minyak zaitun, bahkan dia bisa diproduksi sendiri oleh rumah tangga dengan peralatan dapur yang sederhana.

Walhasil bahan-bahan pokok yang digali dari petunjuk Al-Qur’an ini, dia akan membawa masyarakat lebih sehat secara jasmani – sekaligus juga akan menyehatkan ekonomi.

Tetapi ini lagi-lagi hanya akan terjadi bila kita menggunakan Al-Qur’an itu tidak hanya sebagai bayaan (penjelasan), tetapi juga harus benar-benar menjadi hudha (petunjuk) untuk berbuat sesuatu dan mauidhah (nasihat) untuk selalu melakukan perbaikan dalam segala bidang. Ada manual yang begitu detil dan dijamin efektifitasnya untuk kesehatan jasmani maupun ekonomi kita, mengapa tidak kita gunakan ? padahal dengan inilah insyaAllah kita akan diunggulkan ! Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar