Oleh: Muhaimin Iqbal
Di negeri seperti negeri kita, dimana menurut survey McKinsey sekitar separuh penduduknya berdaya beli kurang dari US$ 2 per hari – porsi terbesar dari pendapatan masyarakatnya adalah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Tidak mengherankan bila kemudian di negeri ini siapa yang menguasai bahan-bahan kebutuhan pokok – dialah yang menguasai ekonomi. Tetapi apa sebenarnya bahan-bahan kebutuhan pokok ini ?
Bahan-bahan
kebutuhan pokok kita saat ini kita kenal dengan sebutan sembilan bahan
pokok atau disingkat sembako, menurut keputusan Menteri Industri dan
Perdagangan (1998) adalah : 1) beras (atau sagu/jagung), 2) gula pasir,
3) sayur dan buah, 4) daging sapi dan ayam, 5) miyak goreng dan
margarin, 6) susu, 7) telur, 8) minyak tanah atau gas LPG, dan 9) garam
beriodium dan bernatrium.
Entah
bagaimana pemerintah saat itu merumuskan sembilan bahan pokok atau
sembako ini, tetapi yang jelas dari sembako inilah mulainya muncul
problem besar ekonomi kita – seperti yang terjadi di hari-hari ini
dimana devisa kita terkuras dan nilai daya beli uang Rupiah kita terus
melemah.
Betapa tidak menjadi masalah, di urutan pertama sembako tersebut di atas yaitu beras – negeri ini diprediksi oleh IndexMundi – tahun ini akan menjadi pengimpor beras no 3 terbesar dunia dengan 1.5 juta ton. Hanya
ada dua negara yang impor berasnya lebih banyak dari kita yaitu China
yang mengimpor 3 juta ton untuk menutupi kekurangan produksi beras bagi
1.4 Milyar penduduknya, dan Nigeria yang mengimpor 2.4 juta ton.
Di
daftar sembako no 2 yaitu gula, negeri kita malah menjadi importer
terbesar di dunia yaitu 3.7 juta ton gula untuk tahun ini. Yang lebih
besar dari impor kita hanyalah European Union – yang mengimpor 3.8 juta ton gula tetapi untuk 27 negara anggotanya !
Bahan-bahan
lain juga masih diimpor dalam skala yang sangat besar seperti impor
daging yang bikin heboh hingga hari ini, impor susu, buah dlsb yang
semuanya tidak meng-encourage produksi dalam negeri – sehingga akan melanggengkan ketergantungan ekonomi kita pada bahan-bahan pokok yang harus terus diimpor.
Bahan-bahan pokok yang disebut sembako tersebut bukan
hanya akan membuat ekonomi kita terus tidak mandiri, tetapi sebagian
dari bahan-bahan pokok kita ini juga bermasalah bagi kesehatan bila
konsumsinya terus besar. Bahkan dalam kampanye Gerakan Nasional Sadar
Gizi 2011-2014, DepKes-RI telah mengkampanyekan untuk mengurangi lemak,
garam dan gula untuk usia tertentu.
Bila
suatu produk – yaitu seperti sembako ini – membuat kita tidak merdeka
secara ekonomi dengan tergantung terus pada lingkaran setan produk
impor, sebagiannya bermasalah pula pada kesehatan – bukankah ini
waktunya untuk ditinjau ?
Inilah
yang harus dilakukan negeri ini baik oleh pemerintah maupun rakyatnya,
yaitu meningkatkan produksi dalam negeri untuk bahan-bahan kebutuhan
pokok, serta dari waktu ke waktu meninju kembali apa-apa yang seharusnya
dikampanyekan sebagai kebutuhan pokok itu. Tentu ini bukan pekerjaan
yang mudah dan cepat, bahkan akan semakin berat dan mungkin juga akan
membuat kita tersesat dalam trial and error terus menerus bila dilakukan tanpa petunjuk.
Maka
dimanakah petunjuk itu bisa dicari ?. Hanya ada satu rujukan di dunia
ini yang oleh penciptanya sendiri dijanjikan sebagai pentunjuk beserta
penjelasannya – membuat siapa saja yang berpegang padanya tidak akan
pernah tersesat selamanya, petunjuk ini juga menjadi jawaban untuk
seluruh masalah - itulah Al-Qur’an.
Apakah
Al-Qur’an berbicara tentang sembako ? tentu, bahkan sangat detil
termasuk bagaimana cara memproduksinya sehingga yang berpegang padanya
tidak akan tergantung pada produk impor !
Tetapi
bahan pangan pokok menurut Al-Qur’an berbeda dengan sembako menurut
keputusan menteri tahun 1998 tersebut, jumlahnya tidak harus sembilan,
bisa terus diperbanyak karena akan saling melengkapi. Di antaranya
adalah : 1) Kurma, 2) Anggur, 3) Zaitun, 4)Delima, 5) Tin, 6)Susu, 7)
Madu, 8) Pisang , 9) Jahe, 10) Diji-bijian, 11) Daging , 12) Sayur dan
buah secara umum, dlsb.
Kurma sebagi contoh, disebut
20 kali di Al-Qur’an untuk menekankan pentingnya tanaman yang satu ini,
bahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam dikabarkan
keberkahannya seperti keberkahan seorang muslim, di hadits lain
disebutkan tidak akan kelaparan orang yang di rumahnya ada kurma, dan
sebaliknya akan kelaparan orang bila dirumahnya tidak ada kurma. Tidak
tergerakkah kita untuk memproduksi bahan makanan pokok yang satu ini ?
Seluruh
bahan yang lain juga sangat mungkin diproduksi secara masal di negeri
ini, yang prosesnya bisa dilakukan secara paralel dengan proses
introduksinya sebagai bahan-bahan makanan pokok kita yang berdasarkan
petunjukNya.
Selain
sangat mungkin diproduksi, bahan-bahan pokok dari Al-Qur’an tersebut
juga secara saling melengkapi dapat memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi
kita, mulai dari kebutuhan karbohidrat, protein dan lemak – sampai
kebutuhan unsur mikro seperti vitamin dan mineral.
Bahan-bahan pokok dari Al-Qur’an tersebut di atas juga memiliki karakter yang unique
yaitu dari sisi kesehatan dia adalah multi fungsi – sebagai makanan,
membangun ketahanan tubuh (preventive) dan sekaligus juga mengobati
penyakit (curative).
Dari
sisi konsumsi, dia adalah konsumsi yang sama bagi yang miskin maupun
yang kaya. Bila orang kaya mampu makan kurma, yang miskin-pun akan mampu
makan kurma. Tidak ada waste dalam menu makanan kurma, selalu
bisa disimpan untuk dikonsumsi kembali. Bandingkan ini dengan menu nasi
beserta lauk-pauknya, betapa banyak pemborosan di rumah-rumah orang kaya
dan di pesta-pesta. Makanan yang tidak terjangkau oleh sebagian
masyarakat ini, terbuang begitu saja karena tidak termakan oleh sebagian
masyarakat yang lain.
Dari
sisi produksi, bahan-bahan pokok tersebut juga memberi kesempatan yang
sama bagi si kaya maupun si miskin. Tidak ada istilah economies of scale
dalam memproduksi kurma, satu atau dua pohon yang dimiliki si miskin
sama bergunanya dengan ribuan pohon milik si kaya. Itulah sebabnya pohon
kurma bahkan oleh FAO sudah dijadikan sebagai media pengentasan
kemiskinan di negeri miskin seperti India.
Sama-sama
untuk pemenuhan kebutuhan minyak, bila dipenuhi dari sawit harus
dilakukan dalam skala industri – sehingga hanya pemain besar yang bisa
mengelola produksi minyak sawit ini. Bila dipenuhi dari minyak zaitun,
bahkan dia bisa diproduksi sendiri oleh rumah tangga dengan peralatan
dapur yang sederhana.
Walhasil
bahan-bahan pokok yang digali dari petunjuk Al-Qur’an ini, dia akan
membawa masyarakat lebih sehat secara jasmani – sekaligus juga akan
menyehatkan ekonomi.
Tetapi ini lagi-lagi hanya akan terjadi bila kita menggunakan Al-Qur’an itu tidak hanya sebagai bayaan (penjelasan), tetapi juga harus benar-benar menjadi hudha (petunjuk) untuk berbuat sesuatu dan mauidhah
(nasihat) untuk selalu melakukan perbaikan dalam segala bidang. Ada
manual yang begitu detil dan dijamin efektifitasnya untuk kesehatan
jasmani maupun ekonomi kita, mengapa tidak kita gunakan ? padahal dengan
inilah insyaAllah kita akan diunggulkan ! Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar