Ekonomi Ibadah…

Rabu, 16 Oktober 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal
Hari-hari ini kita dapat menyaksikan aktifitas ekonomi yang subhanallah, yang ditimbulkan oleh aktifitas umat Islam  dalam melaksanakan sebagian dari ibadah-ibadah khususnya. Perusahaan raksasa penerbangan negeri ini bisa tetap eksis karena umat Islam melaksanakan ibadah haji, tidak terhitung banyaknya orang yang mendapatkan rezekinya – mulai dari penjual kambing, pedagang rumput, perusahaan transportasi dlsb.  – dari umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah qurban.


Musim haji dan qurban yang setahun sekali-pun dapat begitu besar kontribusinya dalam perputaran ekonomi. Apalagi yang terkait dengan peribadatan rutin seperti shalat misalnya. Tidak terhitung jumlah masjid dibangun – yang otomatis menghadirkan peluang ekonomi tersendiri terkait dengan pembangunannya.

Betapa banyak pedagang-pedagang ‘pasar Jum’at – pasar yang timbul setelah shalat Jum’at di sekitar masijid-masjid besar – yang memperoleh rezekinya melalui umat Islam yang berbondong-bondong ke Masjid untuk melaksanakan ibadahnya.

Ketika kita memotong hewan qurban, pergi berhaji atau berangkat sholat Jum’at sebenarnya tidak ada niatan di hati ini untuk memutar ekonomi, niat kita beribadah kepadaNya semata – namun itulah yang dijanjikan oleh Allah. Bila kita berharap dunia, kita mendapatkan dunia. Bila kita berharap Akhirat , maka insyaAllah akhirat dapat dan dunia-pun datang kepada kita dengan merunduk.

Bila ibadah-ibadah khusus umat ini telah menggerakkan begitu besar roda ekonomi yang manfaatnya bukan hanya pada umat ini tetapi juga umat lain di dunia ( bayangkan perusahaan raksasa Boeing  dan Airbus – yang secara tidak langsung mendapatkan rezeki dari umat Islam yang pergi berhaji), maka bisa dibayangkan dampaknya bila umat ini juga rajin beribadah yang sifatnya umum.

Masalah-masalah besar dunia seperti urusan pangan, energi dan air (Food, Energy and Water – FEW) – pun insyaAllah dapat di selesaikan bila umat ini rajin beribadah yang sifatnya umum – sebagai tambahan atas ibadah-ibadah khusus kita.

Dunia kini sedang panik karena tiga kebutuhan dasarnya – FEW - terancam kelangsungan ketersediaannya. Sampai seluruh negeri-negeri di dunia bersepakat untuk mendirikan bersama apa yang disebut International Institute for Sustainable Development (IISD).

Badan dunia yang bermarkas di Kanada ini tugasnya antara lain adalah mensinkronkan upaya pemerintah-pemerintah dunia dalam menjaga keseimbangan supply tiga kebutuhan pokok manusia yaitu pangan, energi dan air.

Source : International Institute for Sustainable Development (IISD)
Dalam pikiran mereka, krisis pada salah satu saja dari ketiga kebutuhan pokok ini – sudah akan cukup untuk menimbulkan kekacauan sosial sampai konflik geopolitik dunia. Ilustrasi disamping adalah pemikiran  yang mereka sampaikan pada World Economic Forum dua tahun lalu (2011).

Meskipun mereka memilik konsep yang canggih yang dipersiapkan oleh sejumlah ahli pada bidangnya – mengapa dunia tetap begitu cemas terhadap tiga kebutuhan pokok tersebut ?

Karena dalam tata kelola dunia sekarang, masing-masing negara hanya akan berbuat untuk negerinya sendiri. Bahkan di dalam negeri-pun masing-masing kelompok, perusahaan sampai individu-pun hanya akan berbuat untuk kelompok, perusahaan atau dirinya sendiri-sendiri.

Negeri-negeri dan manusia-manusianya menjadi kikir karena kawatir akan kekurangan tiga kebutuhan pokok tersebut, perusahaan-perusahaan-pun menjadi rakus untuk mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya melalui apa yang mereka sebut scarcity – kelangkaan.

Perilaku ekonomi dunia yang seolah mulia, tetapi di-trigger oleh ketakutan akan kemiskinan – sehingga orang bisa berbuat jahat karenanya – tentu bukan solusi bagi sustainability dunia yang diharapkan.

Kita-pun telah diingatkan Allah akan perilaku ini dalam ayat berikut : “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS 2 :268)

Bukti nyata dari perilaku ini antara lain dapat dilihat dari pengelolaan urusan pangan dunia. Di satu sisi negeri-negeri berkumpul untuk menucapkan niat yang sama yaitu menjaga kelangsungan ketersediaan pangan, energi dan air. Tetapi pada saat yang bersamaan negeri-negeri maju mengijinkan perusahaan perusahaan dengan kapital besar merusak tanaman-tanaman dan keturunannya – agar mereka dapat menmonopoli industri benihnya.

Inilah bentuk kerusakan di bumi yang sudah dikabarkan juga oleh Allah pula dalam ayat : “Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan keturunan, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.” (QS 2:205).

Sustainability ekonomi dunia tidak bisa dijaga oleh katakutan akan kemiskinan sehingga orang berbuat kikir yang bahkan kemudian justru juga berbuat kerusakan di muka bumi dengan merusak tanaman dan hewan – agar mereka bisa memonopoli industri benihnya dslb. Lantas dengan apa sustainability ekonomi dunia bisa dijaga ?

Lagi-lagi dengan ibadah umat ini, yang didorong bukan oleh karena ketakutan akan kemiskinan – tetapi didorong oleh keinginan untuk memperoleh ampunan dan karunia dari Yang Maha Kuasa semata.

Masalah tiga kebutuhan pokok manusia seperti pada FEW tersebut di atas misalnya, solusinya sederhana bila umat ini melaksanakan satu bentuk peribadatan secara umum – yang perintahnya ada pada kita untuk kita laksanakan sampai peristiwa kiamat sudah mulai sekalipun – yaitu perintah untuk menanam.

Ketika umat ini ramai-ramai menanam pohon dengan berharap ampunan dan karunia dariNya semata, maka pohon yang kita tanam ini menjadi sedekah bagi dunia sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berikut : “…Tidaklah seorang muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman lalu tanaman tersebut dimakan oleh manusia, binatang melata atau sesuatu yang lain kecuali itu bernilai sedekah untuknya” (HR. Bukhari  dan Muslim dengan narasi yang sedikit berbeda).

FEW Sustainability in Qur'anic Agroforestry
Melalui pohon-pohon yang kita tanam dengan berharap ampunan dan karuniaNya inipula tiga kebutuhan pokok FEW tersebut insyaAllah teratasi secara berkelanjutan. Pohon dan tanaman yang kita tanam akan men-supply kebutuhan pangan (QS 80 : 24-32 ; 36 : 33-35 ; 6 : 99 dlsb.) , dari pohon-pohon ini pula nantinya mata air akan memancar (QS 36 : 34) dan bahkan anak sungai akan mengalir (QS 19 : 23-25).

Begitu pula dengan energi, sustainability energi adalah bila energi itu dihasilkan oleh sumber yang senantiasa terbarukan. Sumber yang senantiasa terbarukan ini yang langsung adalah tanaman, dan sumber ini pasti benarnya karena dikabarkan langsung di Al-Qur’an ( QS 36 : 80 dan 56 : 71-72) selain dapat juga dibuktikan secara empiris di lapangan sekarang dengan energi fosil (tanaman jutaan tahun lalu), bioethanol dan biodiesel.

Secara tidak langsung, tanaman yang memancarkan mata air dan kemudian mengalirkan anak sungai – juga menjadi sumber energi berikutnya yaitu energi hydro. Bahkan perkembangan teknologi mutakhir yang dikenal dengan teknologi hydrokinetic , akan memungkinakan kita membuat pembangkit-pembangkit listrik tenaga air tanpa harus membuat dam-dam dan waduk-waduk besar.

Dengan teknologi baru tersebut nantinya, dimana ada air mengalir – meskipun itu sungai yang dangkal sekalipun – energi hydrokinetic dapat dihasilkan. Dari sini semakin jelas keseimbangan pemenuhan kebutuhan pokok manusia – yang sustainable,  dapat dihasilkan bila umat ini rame-rame beribadah melaksanakan perintahNya. Perintah untuk ibadah-ibadah yang khusus, juga ibadah yang umum seperti menanam pohon ini.

Dari ibadah-ibadah ini pula, semoga ampunan Allah dan karuniaNya  hadir untuk kita semua. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar