Oleh: Muhaimin Iqbal
Hari-hari ini kita dapat menyaksikan aktifitas ekonomi yang subhanallah, yang ditimbulkan oleh aktifitas umat Islam dalam melaksanakan sebagian dari ibadah-ibadah khususnya. Perusahaan raksasa penerbangan negeri ini bisa tetap eksis karena umat Islam melaksanakan ibadah haji, tidak terhitung banyaknya orang yang mendapatkan rezekinya – mulai dari penjual kambing, pedagang rumput, perusahaan transportasi dlsb. – dari umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah qurban.
Musim
haji dan qurban yang setahun sekali-pun dapat begitu besar
kontribusinya dalam perputaran ekonomi. Apalagi yang terkait dengan
peribadatan rutin seperti shalat misalnya. Tidak terhitung jumlah masjid
dibangun – yang otomatis menghadirkan peluang ekonomi tersendiri
terkait dengan pembangunannya.
Betapa
banyak pedagang-pedagang ‘pasar Jum’at – pasar yang timbul setelah
shalat Jum’at di sekitar masijid-masjid besar – yang memperoleh
rezekinya melalui umat Islam yang berbondong-bondong ke Masjid untuk
melaksanakan ibadahnya.
Ketika
kita memotong hewan qurban, pergi berhaji atau berangkat sholat Jum’at
sebenarnya tidak ada niatan di hati ini untuk memutar ekonomi, niat kita
beribadah kepadaNya semata – namun itulah yang dijanjikan oleh Allah.
Bila kita berharap dunia, kita mendapatkan dunia. Bila kita berharap
Akhirat , maka insyaAllah akhirat dapat dan dunia-pun datang kepada kita
dengan merunduk.
Bila
ibadah-ibadah khusus umat ini telah menggerakkan begitu besar roda
ekonomi yang manfaatnya bukan hanya pada umat ini tetapi juga umat lain
di dunia ( bayangkan perusahaan raksasa Boeing dan
Airbus – yang secara tidak langsung mendapatkan rezeki dari umat Islam
yang pergi berhaji), maka bisa dibayangkan dampaknya bila umat ini juga
rajin beribadah yang sifatnya umum.
Masalah-masalah
besar dunia seperti urusan pangan, energi dan air (Food, Energy and
Water – FEW) – pun insyaAllah dapat di selesaikan bila umat ini rajin
beribadah yang sifatnya umum – sebagai tambahan atas ibadah-ibadah
khusus kita.
Dunia
kini sedang panik karena tiga kebutuhan dasarnya – FEW - terancam
kelangsungan ketersediaannya. Sampai seluruh negeri-negeri di dunia
bersepakat untuk mendirikan bersama apa yang disebut International Institute for Sustainable Development (IISD).
Badan
dunia yang bermarkas di Kanada ini tugasnya antara lain adalah
mensinkronkan upaya pemerintah-pemerintah dunia dalam menjaga
keseimbangan supply tiga kebutuhan pokok manusia yaitu pangan, energi
dan air.
Meskipun
mereka memilik konsep yang canggih yang dipersiapkan oleh sejumlah ahli
pada bidangnya – mengapa dunia tetap begitu cemas terhadap tiga
kebutuhan pokok tersebut ?
Karena
dalam tata kelola dunia sekarang, masing-masing negara hanya akan
berbuat untuk negerinya sendiri. Bahkan di dalam negeri-pun
masing-masing kelompok, perusahaan sampai individu-pun hanya akan
berbuat untuk kelompok, perusahaan atau dirinya sendiri-sendiri.
Negeri-negeri
dan manusia-manusianya menjadi kikir karena kawatir akan kekurangan
tiga kebutuhan pokok tersebut, perusahaan-perusahaan-pun menjadi rakus
untuk mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya melalui apa yang mereka
sebut scarcity – kelangkaan.
Perilaku ekonomi dunia yang seolah mulia, tetapi di-trigger oleh ketakutan akan kemiskinan – sehingga orang bisa berbuat jahat karenanya – tentu bukan solusi bagi sustainability dunia yang diharapkan.
Kita-pun telah diingatkan Allah akan perilaku ini dalam ayat berikut : “Setan
menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu
berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan
daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (QS 2 :268)
Bukti
nyata dari perilaku ini antara lain dapat dilihat dari pengelolaan
urusan pangan dunia. Di satu sisi negeri-negeri berkumpul untuk
menucapkan niat yang sama yaitu menjaga kelangsungan ketersediaan
pangan, energi dan air. Tetapi pada saat yang bersamaan negeri-negeri
maju mengijinkan perusahaan perusahaan dengan kapital besar merusak
tanaman-tanaman dan keturunannya – agar mereka dapat menmonopoli
industri benihnya.
Inilah bentuk kerusakan di bumi yang sudah dikabarkan juga oleh Allah pula dalam ayat : “Dan
apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan keturunan, dan Allah
tidak menyukai kebinasaan.” (QS 2:205).
Sustainability
ekonomi dunia tidak bisa dijaga oleh katakutan akan kemiskinan sehingga
orang berbuat kikir yang bahkan kemudian justru juga berbuat kerusakan
di muka bumi dengan merusak tanaman dan hewan – agar mereka bisa
memonopoli industri benihnya dslb. Lantas dengan apa sustainability ekonomi dunia bisa dijaga ?
Lagi-lagi
dengan ibadah umat ini, yang didorong bukan oleh karena ketakutan akan
kemiskinan – tetapi didorong oleh keinginan untuk memperoleh ampunan dan
karunia dari Yang Maha Kuasa semata.
Masalah
tiga kebutuhan pokok manusia seperti pada FEW tersebut di atas
misalnya, solusinya sederhana bila umat ini melaksanakan satu bentuk
peribadatan secara umum – yang perintahnya ada pada kita untuk kita
laksanakan sampai peristiwa kiamat sudah mulai sekalipun – yaitu
perintah untuk menanam.
Ketika
umat ini ramai-ramai menanam pohon dengan berharap ampunan dan karunia
dariNya semata, maka pohon yang kita tanam ini menjadi sedekah bagi
dunia sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berikut :
“…Tidaklah seorang muslim yang
menanam pohon atau menanam tanaman lalu tanaman tersebut dimakan oleh
manusia, binatang melata atau sesuatu yang lain kecuali itu bernilai
sedekah untuknya” (HR. Bukhari dan Muslim dengan narasi yang sedikit berbeda).
Begitu pula dengan energi, sustainability
energi adalah bila energi itu dihasilkan oleh sumber yang senantiasa
terbarukan. Sumber yang senantiasa terbarukan ini yang langsung adalah
tanaman, dan sumber ini pasti benarnya karena dikabarkan langsung di
Al-Qur’an ( QS 36 : 80 dan 56 : 71-72) selain dapat juga dibuktikan
secara empiris di lapangan sekarang dengan energi fosil (tanaman jutaan
tahun lalu), bioethanol dan biodiesel.
Secara
tidak langsung, tanaman yang memancarkan mata air dan kemudian
mengalirkan anak sungai – juga menjadi sumber energi berikutnya yaitu
energi hydro. Bahkan perkembangan teknologi mutakhir yang dikenal dengan teknologi hydrokinetic , akan memungkinakan kita membuat pembangkit-pembangkit listrik tenaga air tanpa harus membuat dam-dam dan waduk-waduk besar.
Dengan teknologi baru tersebut nantinya, dimana ada air mengalir – meskipun itu sungai yang dangkal sekalipun – energi hydrokinetic dapat dihasilkan. Dari sini semakin jelas keseimbangan pemenuhan kebutuhan pokok manusia – yang sustainable,
dapat dihasilkan bila umat ini rame-rame beribadah melaksanakan
perintahNya. Perintah untuk ibadah-ibadah yang khusus, juga ibadah yang
umum seperti menanam pohon ini.
Dari ibadah-ibadah ini pula, semoga ampunan Allah dan karuniaNya hadir untuk kita semua. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar