Oleh: Muhaimin Iqbal
Sejak kecil kita mengenal konsep empat sehat lima sempurna sebagai kebutuhan makan kita sehari-hari. Yang belum nyambung hingga kini adalah konsep pemenuhan kebutuhan untuk bisa makan secara empat sehat lima sempurna ini. Saya belum pernah tahu misalnya, apakah ada koordinasi antara departemen yang mengurusi kesehatan dengan departemen yang mengurusi pertanian. Mestinya harus nyambung antara kebutuhan makan kita yang sehat dengan apa-apa yang kita tanam.
Ketiga
adalah protein yang fungsi utamanya membangun tubuh, menyediakan energi
dan juga ikut mengatur fungsi-fungsi tubuh. Keempat adalah mineral yang
berfungsi untuk membangun tubuh dan mengatur fungsi-fungsi tubuh, dan
yang terakhir adalah vitamin yang juga berfungsi untuk mengatur
fungsi-fungsi tubuh.
Dengan
lima komponen yang seimbang tersebutlah kita bisa beraktifitas secara
cukup, sambil terus mengalami pertumbuhan sampai usia tertentu , terus
mengalami peremajaan sel-sel tubuh yang rusak dan segala fungsi-fungsi dalam tubuh kita juga dapat berjalan sempurna.
Maka
ketika kita bercocok tanam misalnya, mustinya apa-apa yang kita tanam
juga harus dapat menghasilkan lima hal tersebut secara seimbang.
Kekurangan di salah satunya membuat kita harus meng-impor produk-produk
yang terkait, apalagi kalau kekurangan itu di banyak komponen sekaligus.
Konsentrasi
pertanian kita masih seputar menghasilkan karbohidrat, inipun sering
kurang sehingga perlu impor tambahannya dari waktu kewaktu. Kita mungkin
memproduksi lemak nabati secara cukup (dari minyak sawit) dan bahkan
kita juga ekspor, tetapi kita memproduksi kebutuhan lainnya seperti
sumber-sumber protein secara sangat tidak cukup.
Sumber
protein nabati utama kita dari kedelai, namun kita hanya bisa
memproduksinya sekitar 1/3 dari kebutuhan kita – sisanya harus kita
impor dengan harga yang semakin mahal. Protein hewani-pun kita masih
begitu banyak ketergantungan pada impor, baik itu berupa daging maupun
susu.
Hal yang sama terjadi pada pemenuhan unsur-unsur mikro seperti mineral dan vitamin. Negeri yang ijo royo-royo ini masih terus digerojogi dengan buah-buahan impor.
Di negeri katulistiwa yang paling kaya dengan biodiversity
ini, sudah seharusnya kita mampu swasembada pangan dalam arti yang
sesungguhnya. Bukan hanya swasembada karbohidrat atau lemak, tetapi juga
dalam hal protein baik nabati maupun hewani, mineral dan juga
vitamin-vitamin.
Lantas
apa yang perlu kita tanam ?, banyak cara yang bisa dilakukan untuk
mengidentifikasi tanaman-tanaman yang saling melengkapi untuk lima
komponen utama tersebut di atas. Namun saya lebih suka menggunakan
petunjukNya untuk memilih tanaman-tanaman ini.
Dia
Yang Maha Tahu, tentu juga sangat mengetahui apa-apa yang kita
butuhkan. Tanaman-tanaman yang disebutkan dalam KitabNya, ternyata
sangat lengkap dalam memenuhi seluruh kebutuhan kita. Perhatikan mapping dalam
ilustrasi di atas setelah dilengkapi dengan tanaman-tanaman Al-Qur’an
untuk mengisi kebutuhan komponen makanan kita – seperti pada ilustrasi
berikut.
Bahkan
secara spesifik ketika kita diminta olehNya untuk memperhatikan apa
yang kita makan (QS 80:24-32), termasuk didalamnya adalah untuk
memperhatikan makanan untuk ternak kita (rumput-rumputan) – karena dari
ternak tersebutlah kita kemudian akan bisa makan apa-apa yang tidak bisa
kita peroleh dari tanaman. Daging , susu, telur dan bahkan juga ikan
melengkapi makanan kita secara sempurna dengan protein, lemak , mineral
dan vitamin.
Diluar
tanaman-tanaman Al-Qur’an tersebut tentu juga masih bisa terus ditanam,
bahkan untuk awalnya tanaman-tanaman Al-Qur’an ini bisa diarahkan untuk
tanah-tanah yang selama ini tidak diproduktifkan. Tanaman-tanaman
tersebut insyaAllah bisa tumbuh baik di tanah kita yang gersang
sekalipun, Anggur dan zaitun sejak jaman Yunani kuno sudah dimanfaatkan
untuk mengisi tanah-tanah yang gersang – dimana tanaman lain sulit
tumbuh.
Kita
juga belajar dari sejarah, bahwa selama 8 abad Islam menguasai dunia –
umat ini yang waktu itu memimpin dari negeri-negeri Mediterania –
mendatangkan tanaman-tanaman dari Asia antara lain beras, tebu dlsb
untuk melengkapi kebutuhan makanan mereka, dan tanaman-tanaman dari Asia
ini tumbuh baik di Mediterania sana.
Maka
sebaliknya juga demikian, umat Islam yang hidup di jaman ini di negeri
ini – sangat dimungkinkan untuk mendatangkan tanaman-tanaman yang semula
habitatnya di Mediterania – untuk hidup dan tumbuh di negeri ini,
melengkapi kebutuhan makanan kita yang kini lagi kedodoran karena salah
urus dan tidak digunakannya petunjuk yang terang benderang.
Bila
kita bisa menanam sendiri secara cukup apa-apa yang kita perlukan dalam
makanan kita, insyaAllah negeri ini akan sehat secara jasmani dan juga
sehat secara ekonomi. Lapangan kerja akan melimpah karena begitu banyak
yang harus kita kerjakan, upah yang dibayarkan kepada para pekerja tersebut-pun akan berputar di dalam negeri karena untuk membeli produksi kita sendiri.
Namun sekali lagi ini tentu tidak semudah membalik telapak tangan, perlu kerja keras, kerja cerdas dan juga kerja ikhlas.
Perlu kesabaran untuk menempuhnya, tetapi kalau tidak kita lakukan –
lantas siapa yang akan melakukannya untuk kita dan anak-cucu keturunan
kita ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar