Urusan Pangan Dahulu, Kini dan Nanti (II)…

Kamis, 3 Oktober 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal
Tiga dari setiap delapan penduduk dunia tergolong miskin bila kita gunakan standar daya beli US$ 2/hari. Ini berarti ada sekitar 2.7 milyar penduduk dunia yang miskin yang sangat rentan terhadap krisis pangan. Oleh sebab itu krisis ini harus bisa diantisipasi, dicegah dan diminimisasi dampaknya - bukan hanya oleh pemerintah, tetapi juga oleh penduduk negeri-negeri seperti kita.


Bagaimana caranya ? sebagaimana penyebabnya yang diuraikan dalam tulisan sebelumnya bahwa krisis itu berasal dari ulah tangan-tangan manusia – seperti di era kolonialism dahulu dan kapitalisme kini – maka dari sinilah kita mencegah krisis itu agar jangan sampai terjadi.

Pertama yang harus dihindari adalah penguasaan sumber-sumber produksi hanya oleh segelintir pihak tertentu. Ini bisa lahan, sumber air,  benih, pupuk, obat-obatan, energy, pengetahuan dlsb.

Sumber produksi utama seperti lahan, air dan energi harus dikelola secara bersama sebagaimana petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : Orang-orang muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput, air dan api” (Sunan Abu Daud, no 3745)

Kuncinya ada di syirkah tersebut dan ini pengertiannya sangat luas, bisa dicari bentuk-bentuk syirkah yang paling efektif untuk membangun ketahanan pangan itu. Ketika petani kita tidak bersyirkah, penguasaan lahan mereka rata-rata terlalu kecil. Seandainya lahan mereka sudah subur-pun, tetap tidak memberi penghasilan yang memadai untuk Pak Tani dan keluarganya, lihat tulisan saya tentang “Matematika Petani”.

Bila selama ini sudah ada bentuk-bentuk syirkah seperti di sejumlah Kelompok Tani dan Koperasi Unit Desa (KUD), namun belum berhasil membangun kemakmuran para petani dan belum juga membangun ketahanan pangan – maka barangkali perlu dicarikan bentuk-bentuk syirkah yang lain yang lebih efektif.

Urusan pangan ini adalah urusan yang sangat besar, namun agar mudah ditangani - maka urusan tersebut kita bisa  breakdown menjadi urusan-urusan yang lebih kecil - kita atasi masalah tersebut dari desa ke desa. Setelah menjadi skala desa, insyaAllah akan banyak yang (merasa) sanggup untuk melakukannya dan mudah-mudahan bener-bener sanggup.

Kita di Indonesia memiliki jumlah lulusan sarjana pertanian saat ini sekitar 34,000 per tahun. Asumsikan 80 % Muslim dan asumsikan 50% saja tertarik untuk mempraktekkan ilmunya di bidangnya, asumsikan dari sini 5 % saja yang tertarik untuk melandasi penerapan ilmunya dengan petunjuk Al-Qur’an, Hadits dan sirah – maka mestinya tidak sulit untuk memperoleh sekitar 680 orang kader inti pertanian setiap tahun yang mau dibekali dengan petunjuk-petunjukNya.

Mereka kemudian  diterjunkan ke desa-desa untuk menjadi prime mover dalam gerakan syirkah pertanian di desa-desa. Mulai dari memetakan potensi dan masalah yang ada di desa tersebut, mengatasi satu per satu masalah yang ada, mengefektifkan kerja petani, mencarikan mereka bibit-bibit tanaman yang dibutuhkan, mengelola pasar hasil bumi petani dengan konsep pasar Madinah, mengolah hasil pertaniannya di lokasi bila perlu dlsb.dlsb.

Maka si sarjana pertanian ini akan seperti Abdurrahman bin Auf yang tanpa bekal di hari pertamanya terjun ke pasar, tetapi kemudian dia mampu bersyirkah dengan seluruh penduduk Madinah dan memakmurkan Madinah pada jamannya. Demikianlah si sarjana ini nanti berperan di desanya yang baru, dia membangun syirkah dengan seluruh petani dan penduduk desa untuk kemudian memakmurkannya.

Apa jaminannya bahwa si sarjana ini akan berhasil ? yang menjamin keberhasilan dia bukan kita, tetapi Allah !, itulah maka dipersyaratkan di atas si sarjana ini harus mau dibekali dengan Al-Qur’an, Hadits, sirah dlsb. adalah untuk membangun keimanan dan ketakwaannya.

Yang dia lakukan di desa bukan hanya mengajari bertani dan berdagang, tetapi juga membangun keimanan dan ketakwaan petani dan penduduk desa – baru setelah itulah jaminan keberkahan dari Allah berlaku untuk mereka (QS 7 : 96).

Di antara bentuk keimanan dan keberkahan itu adalah keyakinan bahwa Al-Qur’an memberi jawaban untuk seluruh masalah (QS 16:89), maka si sarjana pertanian akan mencari solusi dari setiap masalahnya di Al-Qur’an. Ketika ketemu tanah yang tandus dan mati apa yang dia harus lakukan (QS 36:33), ketika ketemu hasil bumi yang tidak memadai – apa pula yang dia harus lakukan (QS 13:4) dlsb.

Sebagai contoh dengan surat Abasa yang dia bisa ajarkan ke para petani untuk membacanya, menghafalkannya dan sekaligus mengamalkannya – dia akan bisa mengurusi seluruh kebutuhan pangan petani. Mulai dari kebutuhan protein dari biji-bijian (QS 80:27), kebutuhan karbohidrat dan lemak (QS 80-29), kebutuhan vitamin dan mineral (QS 80 : 28 dan 31), kebutuhan tanaman obat (QS 80 :30) dan bahkan juga tanaman-tanaman untuk ternak mereka (QS 80 :31-32).

Setelah metode ini berhasil dengan 680 orang sarjana di 680 desa percontohan, tinggal diikuti dengan sarjana-sarjana berikutnya di desa-desa lainnya. Setiap tahun penambahan desa yang digarap, yang diterjunkan adalah dua kali dari yang sebelumnya – referensinya ada di papan catur dalam tulisan saya sebelumnya Yang Ngurusi Bukan Ngrusuhi’ . Maka dengan pendekatan ini insyaAllah Indonesia yang memiliki sekitar 74,000 desa akan bisa makmur dalam periode kurang dari 10 tahun.

Bagaimana kalau para sarjana pertanian tidak tertarik untuk membangun desa ?, tidak masalah karena banyak sarjana lain dan bahkan juga pemuda-pemuda terampil yang bisa diajari dengan konsep yang sama. Yang lebih penting bukan sarjana atau tidaknya, yang penting adalah mau menggunakan petunjukNya atau tidak. Yang mendatangkan kemakmuran bukan kesarjanaannya, tetapi adalah keimanan dan ketakwaannya – maka inilah syarat utamanya.

Untuk membekali para sarjana atau pemuda trampil tersebut terjun ke desa-desa, bisa saja dibentuk syirkah level berikutnya. Yaitu syirkah para pemodal dengan para pemuda yang akan terjun ke desa-desa tersebut. Orang-orang yang tinggal di kota-kota seperti saya dan Anda-pun insyaAllah akan mau bersyirkah mendanai para pemuda yang akan memakmurkan desa dan insyaAllah juga akan memakmurkan negeri ini secara keseluruhan - bahkan juga negeri-negeri lain dengan pola yang sama.

Untuk mencapai dampak yang massif secara nasional dan bahkan juga internasional, puluhan ribu sarjana dan tenaga terampil di desa-desa tersebut dapat terus didampingi dan diintegrasikan dengan konsep Bertani di Era Wiki yang systemnya sudah siap beroperasi di Wikitani (www.wikitani.com).

Dari 2.7 milyar penduduk dunia yang miskin yang saya sebut di awal tulisan tersebut di atas, 700 juta diantaranya berada di sekitar kita yaitu Asia Tenggara. Maka ini mudah-mudahan bisa menjadi wasilah kita untuk mendekatkan diri kepada Allah, agar Dia ridlo untuk memasukkan kita menjadi golongan kanan atas upaya kita untuk bisa memberi makan di hari-hari kelaparan ini (QS 90 : 12-18).

Agar solusi ini tidak hanya menjadi wacana dan tulisan belaka, lets just do it !. Bagi Anda yang berminat untuk program ini, maupun yang berminat untuk menjadi sponsornya – kami undang untuk bergabung dalam acara pembukaan Startup Center di Jl. Juanda 43 Depok – tentative tanggal 16 November 2013. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar