Oleh: Muhaimin Iqbal
Tiga dari setiap delapan penduduk dunia tergolong miskin bila kita gunakan standar daya beli US$ 2/hari. Ini berarti ada sekitar 2.7 milyar penduduk dunia yang miskin yang sangat rentan terhadap krisis pangan. Oleh sebab itu krisis ini harus bisa diantisipasi, dicegah dan diminimisasi dampaknya - bukan hanya oleh pemerintah, tetapi juga oleh penduduk negeri-negeri seperti kita.
Bagaimana
caranya ? sebagaimana penyebabnya yang diuraikan dalam tulisan
sebelumnya bahwa krisis itu berasal dari ulah tangan-tangan manusia –
seperti di era kolonialism dahulu dan kapitalisme kini – maka dari
sinilah kita mencegah krisis itu agar jangan sampai terjadi.
Pertama
yang harus dihindari adalah penguasaan sumber-sumber produksi hanya
oleh segelintir pihak tertentu. Ini bisa lahan, sumber air, benih, pupuk, obat-obatan, energy, pengetahuan dlsb.
Sumber
produksi utama seperti lahan, air dan energi harus dikelola secara
bersama sebagaimana petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
“Orang-orang muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput, air dan api” (Sunan Abu Daud, no 3745)
Kuncinya
ada di syirkah tersebut dan ini pengertiannya sangat luas, bisa dicari
bentuk-bentuk syirkah yang paling efektif untuk membangun ketahanan
pangan itu. Ketika petani kita tidak bersyirkah, penguasaan lahan mereka
rata-rata terlalu kecil. Seandainya lahan mereka sudah subur-pun, tetap
tidak memberi penghasilan yang memadai untuk Pak Tani dan keluarganya,
lihat tulisan saya tentang “Matematika Petani”.
Bila
selama ini sudah ada bentuk-bentuk syirkah seperti di sejumlah Kelompok
Tani dan Koperasi Unit Desa (KUD), namun belum berhasil membangun
kemakmuran para petani dan belum juga membangun ketahanan pangan – maka
barangkali perlu dicarikan bentuk-bentuk syirkah yang lain yang lebih
efektif.
Urusan pangan ini adalah urusan yang sangat besar, namun agar mudah ditangani - maka urusan tersebut kita bisa breakdown
menjadi urusan-urusan yang lebih kecil - kita atasi masalah tersebut
dari desa ke desa. Setelah menjadi skala desa, insyaAllah akan banyak
yang (merasa) sanggup untuk melakukannya dan mudah-mudahan bener-bener
sanggup.
Kita
di Indonesia memiliki jumlah lulusan sarjana pertanian saat ini sekitar
34,000 per tahun. Asumsikan 80 % Muslim dan asumsikan 50% saja tertarik
untuk mempraktekkan ilmunya di bidangnya, asumsikan dari sini 5 % saja
yang tertarik untuk melandasi penerapan ilmunya dengan petunjuk
Al-Qur’an, Hadits dan sirah – maka mestinya tidak sulit untuk memperoleh
sekitar 680 orang kader inti pertanian setiap tahun yang mau dibekali
dengan petunjuk-petunjukNya.
Mereka kemudian diterjunkan ke desa-desa untuk menjadi prime mover
dalam gerakan syirkah pertanian di desa-desa. Mulai dari memetakan
potensi dan masalah yang ada di desa tersebut, mengatasi satu per satu
masalah yang ada, mengefektifkan kerja petani, mencarikan mereka
bibit-bibit tanaman yang dibutuhkan, mengelola pasar hasil bumi petani
dengan konsep pasar Madinah, mengolah hasil pertaniannya di lokasi bila
perlu dlsb.dlsb.
Maka si sarjana pertanian ini akan seperti Abdurrahman bin Auf
yang tanpa bekal di hari pertamanya terjun ke pasar, tetapi kemudian
dia mampu bersyirkah dengan seluruh penduduk Madinah dan memakmurkan
Madinah pada jamannya. Demikianlah si sarjana ini nanti berperan di
desanya yang baru, dia membangun syirkah dengan seluruh petani dan
penduduk desa untuk kemudian memakmurkannya.
Apa
jaminannya bahwa si sarjana ini akan berhasil ? yang menjamin
keberhasilan dia bukan kita, tetapi Allah !, itulah maka dipersyaratkan
di atas si sarjana ini harus mau dibekali dengan Al-Qur’an, Hadits,
sirah dlsb. adalah untuk membangun keimanan dan ketakwaannya.
Yang
dia lakukan di desa bukan hanya mengajari bertani dan berdagang, tetapi
juga membangun keimanan dan ketakwaan petani dan penduduk desa – baru
setelah itulah jaminan keberkahan dari Allah berlaku untuk mereka (QS 7 :
96).
Di
antara bentuk keimanan dan keberkahan itu adalah keyakinan bahwa
Al-Qur’an memberi jawaban untuk seluruh masalah (QS 16:89), maka si
sarjana pertanian akan mencari solusi dari setiap masalahnya di
Al-Qur’an. Ketika ketemu tanah yang tandus dan mati apa yang dia harus
lakukan (QS 36:33), ketika ketemu hasil bumi yang tidak memadai – apa
pula yang dia harus lakukan (QS 13:4) dlsb.
Sebagai
contoh dengan surat Abasa yang dia bisa ajarkan ke para petani untuk
membacanya, menghafalkannya dan sekaligus mengamalkannya – dia akan bisa
mengurusi seluruh kebutuhan pangan petani. Mulai dari kebutuhan protein
dari biji-bijian (QS 80:27), kebutuhan karbohidrat dan lemak (QS
80-29), kebutuhan vitamin dan mineral (QS 80 : 28 dan 31), kebutuhan
tanaman obat (QS 80 :30) dan bahkan juga tanaman-tanaman untuk ternak
mereka (QS 80 :31-32).
Setelah
metode ini berhasil dengan 680 orang sarjana di 680 desa percontohan,
tinggal diikuti dengan sarjana-sarjana berikutnya di desa-desa lainnya.
Setiap tahun penambahan desa yang digarap, yang diterjunkan adalah dua
kali dari yang sebelumnya – referensinya ada di papan catur dalam
tulisan saya sebelumnya ‘Yang Ngurusi Bukan Ngrusuhi’
. Maka dengan pendekatan ini insyaAllah Indonesia yang memiliki sekitar
74,000 desa akan bisa makmur dalam periode kurang dari 10 tahun.
Bagaimana
kalau para sarjana pertanian tidak tertarik untuk membangun desa ?,
tidak masalah karena banyak sarjana lain dan bahkan juga pemuda-pemuda
terampil yang bisa diajari dengan konsep yang sama. Yang lebih penting
bukan sarjana atau tidaknya, yang penting adalah mau menggunakan
petunjukNya atau tidak. Yang mendatangkan kemakmuran bukan
kesarjanaannya, tetapi adalah keimanan dan ketakwaannya – maka inilah
syarat utamanya.
Untuk
membekali para sarjana atau pemuda trampil tersebut terjun ke
desa-desa, bisa saja dibentuk syirkah level berikutnya. Yaitu syirkah
para pemodal dengan para pemuda yang akan terjun ke desa-desa tersebut.
Orang-orang yang tinggal di kota-kota seperti saya dan Anda-pun
insyaAllah akan mau bersyirkah mendanai para pemuda yang akan
memakmurkan desa dan insyaAllah juga akan memakmurkan negeri ini secara
keseluruhan - bahkan juga negeri-negeri lain dengan pola yang sama.
Untuk
mencapai dampak yang massif secara nasional dan bahkan juga
internasional, puluhan ribu sarjana dan tenaga terampil di desa-desa
tersebut dapat terus didampingi dan diintegrasikan dengan konsep Bertani
di Era Wiki yang systemnya sudah siap beroperasi di Wikitani
(www.wikitani.com).
Dari
2.7 milyar penduduk dunia yang miskin yang saya sebut di awal tulisan
tersebut di atas, 700 juta diantaranya berada di sekitar kita yaitu Asia
Tenggara. Maka ini mudah-mudahan bisa menjadi wasilah
kita untuk mendekatkan diri kepada Allah, agar Dia ridlo untuk
memasukkan kita menjadi golongan kanan atas upaya kita untuk bisa
memberi makan di hari-hari kelaparan ini (QS 90 : 12-18).
Agar solusi ini tidak hanya menjadi wacana dan tulisan belaka, lets just do it
!. Bagi Anda yang berminat untuk program ini, maupun yang berminat
untuk menjadi sponsornya – kami undang untuk bergabung dalam acara
pembukaan Startup Center di Jl. Juanda 43 Depok – tentative tanggal 16
November 2013. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar