Oleh: Muhaimin Iqbal
Keterpurukan yang sangat mengenaskan pernah terjadi dalam sejarah umat ini ketika Bagdad jatuh ke tangan tentara Tatar pada tahun 656 H atau 1258 M. Namun perjalanan kesana sudah dimulai hampir 40 tahun sebelumnya ketika Genghis Khan mulai menyerang negeri kaum muslimin di daerah yang kini kita kenal sebagai Afganistan dan Uzbekistan (617 H), kemudian dilanjutkan lagi dengan serangan kedua oleh pengganti Genghis Khan yaitu Okitai pada tahun 628 H. Belajar dari sejarah ini penting karena bisa jadi dari sanalah kita bisa bangkit dari kondisi saat ini.
Setelah serangan pertama dan kedua tentara Tatar nan bengis tersebut, kondisi kaum
muslimin begitu lemahnya - nyaris tidak ada daya juang sama sekali.
Dikisahkan pernah ada tentara Tatar seorang diri menyerbu sebuah kampung
kaum muslimin, satu demi satu penghuni kampung terebut dibunuh – yang
lain tidak berani melakukan pembelaan apalagi perlawanan – maka habislah
seisi kampung ini.
Ketiadaan
daya juang untuk melawan juga tergambar dari kisah seorang pemuda
muslim yang ditangkap tentara Tatar – padahal tentara ini tidak sedang
membawa senjata sama sekali. Maka tentara tersebut memerintahkan si
muslim untuk tengkurep di tanah dan tidak bergerak sama sekali –
kemudian tentara ini pulang dulu ke markasnya untuk mengambil senjata –
dan balik ketempat muslim yang masih tengkurep tersebut untuk kemudian
membunuhnya.
Bukan
hanya di tingkat desa ataupun tingkat individu seperti kisah muslim
yang disuruh tengkurep tersebut, kondisi negeri-negeri Islam saat itu
tidak jauh berbeda. Mereka berjatuhan ketangan Tatar – nyaris tanpa
perlawanan.
Apa
relevansinya kisah ini dengan kondisi kita sekarang ?, saat ini kita
adalah mayoritas di negeri ini – tetapi siapa yang mengatur urusan kita
dalam bidang ekonomi, politik, keuangan, budaya, pedidikan dlsb.dlsb ?
Ketika pemerintah menunjuk lembaga ribawi – menurut standar Fatwa MUI no 1 tahun 2004 – untuk mewajibkan dan mengurusi seluruh
penduduk negeri ini dibidang kesehatan dengan apa yang disebut JKN –
dimana umat mayoritas ini ? dimana suaranya ? Tidak tahukah mereka bahwa
ini riba ?
Ketika 99.3 % obat tidak terjamin kehalalannya, dimanakah suara kita ? dharuratkah ini ? sampai kapan bisa dianggap dharurat ?
Dalam
bidang politik-pun tidak kalah menyedihkannya. Umat yang mayoritas ini
hanya dianggap sebagai angka yang diperebutkan setiap kali Pemilu.
Politikus yang tidak biasa sholat-pun tiba-tiba bisa berpeci dan berbaju
koko – yang dianggapnya Islami – demi meraih dukungan umat Islam.
Setelah pemilu selesai, selesai pulalah urusan umat ini – umat dilupakan
kembali dan tidak ada lagi yang mengurusi kepentingannya untuk sekedar
bisa hidup bebas riba, bebas dari makanan dan obat-obatan yang meragukan
kehalalannya dlsb.
Maka bisa jadi inilah salah satu kebenaran berita Nubuwah dari hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : ““Nyaris
orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya
orang yang menyerbu makanan di atas piring”. Ada yang bertanya : “
Apakah karena sedikitnya kita waktu itu ?” Beliau bersabda : “ Bahkan
kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kalian seperti buih di atas air.
Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuh terhadap kalian karena
terjangkitnya hati kalian dengan penyakit wahn”. Ada yang bertanya : “
Apakah wahn itu ?” Beliau Menjawab : “ Cinta dunia dan takut mati””. (HR. Ahmad, Al-Baihaqi dan Abu Dawud).
Kita tidak tahu apakah kondisi umat kita sekarang ini – dimana Yang Harampun Telah Diwajibkan
– sudah menjadi titik nadir umat ini di jaman ini, atau masih bisa
lebih buruk lagi dari yang ini – yang jelas kita mesti punya tekat untuk
bangkit. Tetapi dari mana mulainya ?
Pengobatan
penyakit yang efektif harus mengobati dari sumbernya. Karena
diagnosanya adalah seperti hadits di atas yaitu penyakit paling parah
dari umat ini adalah penyakit wahn atau cinta dunia dan takut mati – maka dari sinilah kita bisa bareng-bareng mengobati penyakit kita bersama itu.
Mulai
dari yang ringan saja dahulu, yaitu memberikan sebagian harta kita
untuk yang membutuhkannya – mudah-mudahan dengan ini kita sudah bisa
mulai mengikis penyakit cinta dunia kita.
Tetapi
diberikan ke siapa dan untuk apa harta kita tersebut ? Untuk inilah
antara lain Sabtu 04/01/14 kemarin kami meluncurkan program TAWAF (
Ta’awaun wa Waqf). Awalnya yang sudah siap program TAWAF ini kami
arahkan untuk dua pilar kebutuhan utama umat saat ini yaitu pendidikan
dan kesehatan.
Untuk pendidikan, dana yang masuk kami pergunakan untuk pengembangan Kuttab dan Madrasah Al-Fatih
– yang arahnya adalah untuk mempersiapkan generasi unggulan nan
gemilang di usia belia. Agar tidak menjadi muslim yang lemah seperti
kisah di atas.
Untuk kesehatan kami pandang urgent
sekali umat ini punya solusi pengelolaan biaya kesehatan yang bebas
riba, dan obat-obatan yang bebas babi dan hal-hal yang haram lainnya.
Maka saat inipun sudah terkumpul sedikit dana awal untuk mulai
memproduksi obat-obatan yang dijamin kehalalannya – awalnya adalah
obat-obatan herbal, tetapi juga dimungkinkan nantinya untuk memproduksi
obat-obat lainnya yang dibutuhkan oleh umat.
Systemnya
seperti pada ilustrasi di atas. Wakaf spesifik untuk produksi obat
tersebut awalnya untuk modal produksi obat-obat penting yang dibutuhkan
umat untuk substitusi obat-obat yang jelas keharamannya atau meragukan
kehalalannya. Sebagian obat ini nanti dibagikan ke masyarakat yang tidak
mampu, sebagian dijual dengan harga subsidi bagi yang kurang mampu dan
sebagian lagi dijual dengan harga normal bagi yang mampu. Hasil dari
penjualan ke kelompok masyarakat yang mampu inilah nantinya balik
kembali untuk modal memproduksi obat-obatan berikutnya. Dengan cara ini
diharapkan program wakaf ini menjadi berkelanjutan dalam jangka panjang
dan terus membesar dengan ijinNya.
Kelak
insyaAllah system TAWAF ini berkembang dengan adanya Rumah
Sakit/Bymaristan dlsb. pola pelayanan kami insyaAllah tetap mengikuti
skema di atas. Yang tidak mampu digratiskan, yang kurang mampu disubsidi
dan yang mampu bertaawun saling menolong sesama.
Diluar
tiga kelompok ini-pun insyaAllah akan ada sedikit orang yang dia
bersyukur tidak membutuhkan obat dan perawatan – karena dia tidak sakit ,
kemudian rasa syukur ini diwujudkan dalam bentuk memberikan sebagian
hartanya untuk digunakan oleh yang membutuhkan, utamanya untuk kelompok
satu dan dua tersebut di atas. Mudah-mudahan Anda termasuk sedikit orang
di golongan yang bersyukur tersebut :)
Agar tidak reinvent the wheel
dalam memproduksi obat-obat yang efektif tersebut sekaligus
mengakselerasi ketersediaan obat wakaf ini, kami membuka kesempatan bagi
para ahli, produsen, lembaga riset dlsb. yang ingin bekerjasama dengan
kami dalam memproduksi obat-obatan dengan dana wakaf ini.
Kami
menyadari bahwa wakaf produktif spesifik untuk memproduksi obat ini
hanyalah titik awal, dan tentu jumlahnya jauh dari mencukupi. Tetapi
kami berharap hanya kepadaNya, semoga langkah kecil ini bisa mengundang
pertolonganNya – agar digerakkan olehNya hati- hati umat ini untuk mulai
bahu membahu, tolong menolong (taawun) dalam barisan yang rapi berjuang
dijalanNya.
Sebagaimana
penguasaan Tatar atas kaum muslimin di Bagdad berakhir ketika ada
pemimpin umat yang berani melawannya – yaitu Sultan Mudhaffar Saifuddin
Qutus, dengan titik baliknya ketika panglima perang Tatar terbunuh di
pertempuran Ain Jalut ( kurang lebih pertengahan antara Gaza dan Damaskus), maka gerakan Taawun dan Wakaf (TAWAF) ini mudah-mudahan menjadi salah satu ‘Saifuddin Qutus’ untuk jaman ini, Pedang Din ini untuk membuktikan kebenaran ayatNya : “ Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah…” (QS 2 : 276). Amin
NB :
Bila Anda tertarik untuk bergabung dalam gerakan wakaf pendidikan dan obat ini silahkan menghubungi kami di kontak situs ini. Atau bila Anda mau transfer bisa langsung ke Rekening Yayasan kami di Bank Syariah Mandiri, no a/c : 7062270114 a.n. Al-Fatih Pilar Peradaban. Yayasan. Mohon di keterangan disebutkan “Pilar Pendidikan” (Untuk wakaf pendidikan) atau “Pilar Kesehatan” (untuk wakaf kesehatan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar