Oleh: Muhaimin Iqbal
Dalam suatu hadits, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda “Manusia itu bagaikan seratus unta, hampir-hampir tidak engkau temukan satupun rahilah” (HR. Bukhari). Lantas apa rahilah itu ?, dia adalah unta yang enak untuk ditunggangi, kuat mengangkat beban yang berat, kuat untuk melakukan perjalanan yang sangat jauh dan enak pula dipandang mata. Yang demikian itu jumlahnya sedikit, tidak lebih dari 1 %.
Bisa
kita bayangkan di era Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sampai
berabad-abad kemudian. Perjalanan dagang maupun perjalanan perang dengan
menempuh perjalanan yang sangat jauh - ratusan kilometer, maka tidak
sembarang unta bisa menemani perjalanan-perjalanan berat tersebut. Hanya
rahilah – unta pilihan, satu dari seratus unta – yang dapat menanggung
beban berat perjalanan panjang seperti ini.
Apa
hubungannya rahilah ini dengan kita – kok kita diibaratkan dengan unta
tersebut ? manusia seperti kita ini memang juga demikian, dari sekian
banyak manusia yang ada – yang berkwalitas hanya sangat sedikit, tidak
lebih satu dari setiap seratus orang.
Seperti
masuk perguruan tinggi terbaik, fakultas terbaik – dari setiap satu
kursi diperebutkan oleh seratus orang, maka yang masuk tersebutlah yang
terbaik di antara teman-teamannya. Seperti calon pengusaha, seratus
orang ikut pelatihan usaha dan berniat untuk menjadi pengusaha – tetapi
akhirnya yang benar-benar menjadi pengusaha juga amat sedikit, tidak
lebih dari satu orang dari setiap seratus calon pengusaha.
Bahkan
saya khawatir, melihat fenomena yang terjadi di negeri ini dengan
korupsi dan penyalah gunaan kekuasaan yang ada – sangat bisa jadi yang
kini terpilih menjadi anggota legislatif, menjadi eksekutif dan bahkan
juga puncak yudikatif-pun bukan orang-orang pilihan, bukan rahilah.
Rahilah
hanya ada 1 % dari mereka, dari setiap seratus anggota legislatif hanya
ada satu yang benar-benar baik. Dari setiap seratus kepala daerah,
hanya ada satu yang benar-benar baik, dst. Anda bisa cek ini dengan
spontanitas, dari ratusan kepala daerah yang ada, siapa yang baik di
benak Anda ? tidak lebih satu atau dua nama saja. Dari ratusan anggota
dewan yang terhormat, siapa yang baik di benak Anda ? belum tentu Anda
mengenal satu orang-pun dari mereka !
Walhasil
‘rahilah’ itu memang sangat sedikit di antara kita, ‘rahilah-rahilah’
di bidang apapun, baik itu di bidang pendidikan, ekonomi, usaha,
politik, pemikiran dlsb.
Tetapi
sangat sedikit bukan berarti tidak ada, dan disinilah peluang terbaik
bagi kita semua untuk menjadi ‘rahilah’ di bidang kita masing-masing.
Bila di negeri ini ada sekitar 200 juta muslim, maka ada peluang untuk 2
juta muslim di negeri ini menjadi ‘rahilah’ – yaitu orang-orang terbaik
di bidangnya masing-masing.
Menjadi yang terbaik ini bukan hanya keinginan atau kebutuhan kita, tetapi juga perintah.
Ibnu ‘Abbas menceritakan ; “ Tatkala
turun ayat :“Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya
mereka dapat mengalahkan dua ratus musuh. Dan jika ada seratus orang
yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu
orang kafir …(Al Anfal : 65)”. Maka diwajibkan kepada mereka tidak ada
seorangpun yang lari dari (menghadapi) sepuluh orang musuh. Abu Sufyan
berulang kali mengatakan : “Jangan sampai ada yang lari dua puluh orang
dari (menghadapi) dua ratus orang (musuh)”. Kemudian turunlah ayat :
“Sekarang Allah telah meringankan kepadamu…(Al Anfal 66)”. Maka diwajibkan jangan sampai ada yang lari seratus orang dari (menghadapi) dua ratus orang (musuh)…” (HR. Bukhari).
Jadi
dahulunya setiap seorang yang beriman, dia harus mampu menghadapi dan
tidak boleh lari dari sepuluh orang musuh. Kemudian diringankan menjadi
satu orang beriman tidak boleh lari dari dua orang
musuh ( seratus orang melawan dua ratus orang musuh). Yang namanya
di-‘ringankan’ itu pasti menyangkut kewajiban, yang semula ada kewajiban
yang berat (1 lawan 10) kemudian diringankan menjadi kewajiban yang
lebih ringan (1 lawan 2).
Sekarang
bila kita lihat realitanya di lapangan, yang terjadi malah sebaliknya.
Umat muslim yang jumlahnya mayoritas di negeri ini, dalam dunia ekonomi
dan perdagangan dipecundangi oleh non-muslim yang berjumlah sedikit.
Dalam dunia politik, muslim yang sangat banyak ini hanya dianggap
sebagai angka untuk perolehan suara. Setelah suaranya diperoleh, tidak
lagi menjadi fokus para yang terpilih untuk memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan dasar muslim ini seperti kebutuhan akan system
keuangan/permodalan yang bebas riba, kebutuhan akan makanan dan
obat-obatan yang jelas kehalalannya dlsb.
Dalam
situasi seperti ini, masihkah kita bisa menjadi ‘rahilah’ di bidang
kita masing-masing ? InsyaAllah masih bisa, bila ada satu orang di
setiap 100 orang muslim yang mau serius menempuh jalannya. Seperti apa
jalannya ?, ya seperti yang disebutkan dalam rangkaian ayat-ayat
tersebut di atas.
“Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu. Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar
di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh.
Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat
mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang
kafir itu kaum yang tidak mengerti. Sekarang Allah telah meringankan
kepadamu dan Dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika
ada di antaramu seratus orang yang sabar,
niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang; dan jika di antaramu
ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu
orang dengan seizin Allah. Dan Allah beserta (menolong) orang-orang yang sabar.” (QS Al Anfal 64-66)
Jalan
untuk mencapai keunggulan itu adalah dengan beriman mengikuti Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan bersabar. Maka dengan selalu
memperbaiki dan meningkatkan keimanan kita, meningkatkan
kesabaran-kesabaran di bidang kita, insyaAllah sebagian kita akan bisa
menjadi ‘rahilah’ di bidang masing-masing.
Meskipun
rahilah hanya satu dari setiap seratus (1 %), tetapi di tengah muslim
Indonesia yang jumlahnya 200-an juta – insyaAllah masih akan bisa hadir 2
juta-an ‘rahilah’. Semoga diantaranya adalah
kita semua yang mendapatkan motivasi ini, kemudian menempuh jalannya
dengan terus meningkatkan keimanan dan kesabaran. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar