Science Yang (Tidak) Menyelamatkan…

Sabtu, 29 Maret 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Semalam saya diundang teman saya seorang profesor science dan mantan dekan perguruan tinggi negeri di Jawa Timur. Ada hal yang menarik sekali dari pernyataan beliau ini bahwa science saja ternyata tidak bisa menyelamatkan kehidupan manusia di muka bumi ini. Maka pak professor ini melalui organisasi sosial keagaamaan yang dipimpinnya, minta kami membantu menyiapkan sekolah untuk anak-anak sejak usia dini di lingkungan masjidnya. Lantas seperti apa kira-kira pengembangan science ke depan kalau begitu ?


Science dan technology tentu masih akan terus kita butuhkan untuk meningkatkan kwalitas kehidupan manusia di muka bumi, tetapi dia tidak bisa dibiarkan berjalan sendiri, tidak bisa menentukan arahnya sendiri. Science dan technology harus diberi panglima yang menentukan arah perkembangannya, di- guide dengan petunjuk sehingga dia berjalan ke arah yang benar.

Dengan science dan technology yang di-guide oleh petunjuk inilah manusia bisa mewujudkan apa yang dijanjikan oleh Allah bahwa langit dan bumi seisinya ini ditundukkanNya untuk kita.

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang berjidal dengan Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” (QS 31:20)

Penaklukan langit dan bumi ini hanya memberi manfaat pada manusia bila dia tidak berjidal atau membantah petunjukNya. Orang Rusia telah menaklukkan angkasa luar sejak awal tahun 60-an, diikuti oleh orang Amerika menginjakkan kaki di bulan pada akhir dasawarsa yang sama.

Sejak saat itu silih berganti negeri-negeri yang mampu berlomba menaklukkan angkasa, tetapi apa manfaatnya bagi kehidupan di muka bumi ? Karena penaklukan ini tidak didasari keimanan – maka penaklukan-penaklukan ini belum memberi manfaat yang luas bagi kehidupan manusia. Penaklukan bumi bahkan lebih banyak merusak ketimbang memperbaikinya.

Maka disinilah challenge-nya bagi pendidikan anak-anak kita ke depan. Dengan science dan technology masa depan mereka insyaAllah akan menaklukkan langit dan bumi dengan seijin dan petunjukNya seperti yang diindikasikan di ayat tersebut di atas. Tetapi sebelum itu dilakukan, anak-anak kita tersebut harus terbangun dengan sangat kuat karakter keimanannya – itulah sejatinya yang dipersiapkan oleh Kuttab Al-Fatih maupun Madrasah Al-Fatih yang mulai menerima pendaftaran yang mbludak untuk tahun ajaran ini.

Setelah Depok, Purwakarta, Bekasi, Jakarta Timur, Semarang dan Purwokerta yang sudah menerima pendaftaran, insyaAllah dalam waktu dekat juga akan hadir jaringan Kuttab Al-Fatih di kota Malang.

Bersamaan hadirnya Kuttab Al-Fatih Malang ini nantinya, insyaAllah juga akan hadir khasanah science tingkat tinggi di lingkungan Kuttab Al-Fatih secara keseluruhan. Pak professor teman saya tersebut menyampaikan ke saya bahwa apa yang selama ini diajarkan di S1, S2 dan bahkan S3 sekalipun sesungguhnya tidak ada kesulitan untuk diajarkan di tingkat SD (Kuttab ) maupun madrasah – tergantung bagaimana teknik penyampaiannya.

Beliau memberi gambaran misalnya kalau dikasih pekerjaan rumah sederhana sebagai berikut, maka kemampuan menjawab pertanyaan ini bagi Anda yang S1- S3 belum tentu lebih baik dari jawaban anak-anak Anda yang di SD – sekelas Kuttab atau anak-anak sekelas Madrasah. Tertantang untuk mencobanya ? Pertanyaannya begini :

Tanaman-tanaman itu memproses gula di daun, kemudian menyimpan gula hasilnya ada yang di umbi, ada yang di batang dan ada yang di buah”. Pertanyaannya, kapan tanaman melakukan ini dan bagaimana melakukannya ?

Hanya dengan menjawab pertanyaan seperti ini, orang-orang yang beriman akan bertambah keimanannya. Tetapi orang-orang yang kufur akan bertambah kekufurannya. Ilmuwan yang kufur akan mengandalkan bukti ilmiah sebelum dia meyakini sesuatu. Padahal percaya dengan yang ghaib adalah bagian dari keimanan – lihat QS 2:3 !.

Maka jelaslah kini betapa pentingnya kita membekali anak-anak kita dan kita sendiri dengan karakter keimanan sebelum kita belajar apapun yang lain. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar