Oleh: Muhaimin Iqbal
Menurut data Habitat – PBB, 30 % penduduk perkotaan tinggal di daerah kumuh sementara yang di desa malah lebih banyak yaitu 35 %. Kekumuhan ini dicirikan antara lain dengan kurangnya air bersih, terbatasnya saluran pembuangan, kepadatan yang berlebihan, struktur bangunan yang tidak layak, dan status tempat tinggal yang tidak sah. Kondisi ini akan terus memburuk seiring dengan bertambahnya penduduk di muka bumi, dapatkah kita melakukan perbaikan ?
Rumah adalah salah satu sumber kebahagiaan dan juga sekaligus sumber kesedihan sebagaimana diungkap dalam hadits : “Ada
empat sumber kebahagiaan seseorang, yaitu istri salehah, rumah yang
luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Juga ada empat
sumber kesedihan seseorang, yaitu tetangga yang jahat, istri yang
membangkang, rumah yang sempit, dan kendaraan yang buruk.” (HR. Imam Ibnu Hibban).
Maka
mengatasi problem-problem kesulitan perumahan bagi rakyat adalah juga
bagian dari mengatasi kesedihan-kesedihannya. Saat ini kita di Indonesia
mengalami kekurangan perumahan sekitar 15 juta rumah dan bertambah
sekitar 400,000 setahunnya. Maka inilah tantangannya.
Tetapi
bila rumah dibangun dengan cara-cara seperti sekarang, nampaknya
problem perumahan ini bukannya teratasi malah tereskalasi. Lantas apa
solusinya ?
Nampaknya
hanya ada satu jalan untuk menyelesaikan masalah ini, yaitu kembali
kepada petunjukNya. Inspirasinya datang dari wahyu Allah ke lebah : “Dan
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit,
di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia".” (QS 16 :68).
Karena
lebah mendapatkan wahyu untuk membuat rumah kemudian lebah benar-benar
menggunakan wahyu itu – maka tidak ada lebah yang tidak punya rumah, dan
lingkungan rumahnya-pun tidak ada yang kumuh. Rumah lebah-pun selalu
indah sehingga tidak ada perbedaan yang significant antara
tingat-tingkat masyarakat lebah dalam hal perumahannya. Lebah pekerja
memiliki rumah yang sama indahnya dengan lebah-lebah jantan – calon
suami ratu lebah.
Lebah
membangun rumah dari bahan-bahan yang ada di sekitarnya sehingga tidak
ada lebah yang kesulitan mencari bahan banguan untuk rumahnya. Beda
sekali dengan manusia, ketika semen di Jawa harganya hanya Rp 70,000,-
semen di salah satu kabupaten di Papua bisa mencapai 20 kalinya yaitu Rp
1,400,00 per sak.
Lebah membangun rumah dengan bergotong royong, sehingga tidak perlu membayar tenaga kerja atau resources lain yang mahal. Rumah lebah tidak terbebani biaya bunga atau riba, sehingga tidak ada rumah lebah yang mahal.
Rumah
lebah dekat dengan ‘tempat kerja’ di mana lebah mencari makan, sehingga
tidak ada lebah yang perlu membuang waktu terlalu banyak untuk pergi
dan pulang dari tempat kerjanya.
Di
dalam rumah-nyapun lebah masih bisa produktif menghasilkan
produk-produk yang sangat bermanfaat untuk koloni lebah maupun untuk
manusia, yaitu madu.
Di akhir cerita tentang lebah tersebut Allah-pun mengingatkan manusia agar belajar darinya : “Kemudian
makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu
yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman
(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan.” (QS 16:69)
Bayangkan
kalau prinsip-prinsip rumah lebah ini semua bisa diterapkan dalam
pembangunan rumah manusia, Maka insyaAllah sumber-sumber kebahagiaan
itupun akan datang dari rumah-rumah kita semua.
Bayangkan
kalau kita bisa membangun rumah atau perumahan seperti lebah : 1) Tidak
menggunakan bahan selain yang ada di sekitar kita; 2) Membangun dengan
cara gotong royong; 3) Rumah yang dekat dengan tempat kerja atau bahkan
menjadi rumah produktif yang sekaligus tempat kerja.
Dengan
teknologi ini Anda akan bisa membuat rumah dengan bahan dari galian
tanah di lokasi rumah yang akan dibangun. Tanah yang dikeduk untuk leveling atau digali untuk resapan air, bisa cukup untuk membuat batu bata khusus yang disebut Interlocking Brick. Dari batu bata inilah dinding rumah akan dibuat.
Untuk membangun rumah dengan Interlocking Brick
selain murah juga mudah, sehingga Anda bisa bekerjasama dengan
tetangga-tetangga untuk saling membangunkan rumah masing-masing. Tentu
ini bisa dicapai bila Anda bertetangga dengan orang-orang yang baik
seperti diindikasikan dalam hadits tersebut di atas.
Kemudian
prinsip ketiganya adalah juga sangat dimungkinkan dengan era teknologi
ini. Anda tidak harus bekerja di pusat kota, dengan telekomunikasi yang
baik – Anda tetap akan bisa bekerja meskipun komplek perumahan Anda nun
jauh di tempat yang masih segar di luar kota sana.
Semua rancang bangun rumah dengan Mortartless Technology
(MT) ini insyaAllah siap, hanya kami masih membutuhkan ahli produksi
mesin, baik perorangan maupun perusahaan yang siap memproduksi
mesin-mesin yang murah dan reliable
untuk memproduksi bata khusus tersebut di atas. Bila Anda tertarik
untuk memproduksi mesin-mesin ini atas pesanan kita semua, silahkan
menghubungi kami di menu kontak ini, briefing spesifikasi teknis hanya akan diberikan ke peminat yang capable untuk mewujudkannya – menurut penilaian kami.
InsyaAllah
bersama-sama kita bisa ikut mengatasi problem perumahan di negeri ini,
sekaligus menghadirkan kebahagiaan bagi jutaan orang yang kini belum
bisa menikmati kebahagiaan dari rumahnya. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar