Oleh: Muhaimin Iqbal
Dua kata ini memiliki pengucapan yang sangat mirip tetapi memiliki makna yang sangat berbeda. Leadership adalah kepemimpinan sedangkan Leader Sheep adalah domba pemimpin. Keduanya menjadi relevan untuk kita jadikan bahan dalam tulisan ini karena bulan-bulan ini bangsa yang besar ini tengah berada dalam kegamangan massal dalam memilih kepemimpinan nasional kita untuk lima tahun mendatang. Waktunya kita belajar Leadership dari Leader Sheep.
Domba
adalah makhluk sosial yang luar biasa, mereka tidak cerdas tetapi
mereka tahu betul siapa pemimpin mereka. Domba akan panik bila dia
terpisah dari kelompoknya, bahkan ketika sedang asyik makan rumput-pun
mereka selalu saling menjaga visual contact antar sesamanya – agar tidak
terpisah dari rombongan.
Penggembala
yang berpengalaman bisa dengan mudah mengetahui siapa di antara kawanan
domba-domba tersebut yang menjadi Leader Sheep atau domba pemimpin bagi
sesamanya. Dari pengetahuan ini dia mudah mengarahkan berapa banyak-pun domba dalam gembalaannya.
Karena domba yang mudah diarahkan ini, domba-domba tersebut semua bisa
makan dengan tenang dan akhirnya memberi hasil berupa domba-domba yang
gemuk.
Sebaliknya juga demikian, penggembala yang amatiran tidak memahami struktur masyarakat domba dan tidak cukup empathy
untuk bisa mengetahui siapa domba pemimpin diantara domba-domba dalam
gembalaannya. Akibatnya dia akan susah payah mengarahkan domba-nya,
domba akan ribut karena gelisah dan tidak tenang makan sehingga akan
berdampak pada hasil yang tidak baik berupa domba-domba yang kurus.
Jadi
meskipun padang rumputnya sama, seorang penggembala bisa memberi hasil
yang sangat berbeda dengan penggembala lain – antara lain ya karena empathy-nya dan kemampuannya dalam mengidentifikasi Leader Sheep – domba pemimpinnya.
Nah
dari sini kita bisa belajar memilih National Leadership kita dari
karakter Leader Sheep – karakter domba pemimpin yang telah dipelajari
manusia dalam perbagai tingkatan peradaban selama ribuan tahun.
Dalam
kawanan domba, seekor domba pemimpin biasanya relatif menonjol
dibandingkan dengan yang lain – bukan karena fisiknya tetapi karena
aktivitasnya. Dia cenderung bukan yang paling gemuk, bahkan cenderung
lebih langsing bila dibandingkan domba-domba yang lain. Mengapa ?
Ketika domba-domba yang lain asyik makan, domba pemimpin memasang seluruh panca
inderanya untuk bisa mendeteksi perubahan lingkungannya – dia menjadi
kurang konsentrasi ketika makan sehingga dia cenderung lebih kurus. Dari
perilakunya inilah domba pemimpin kemudian menjadi domba paling peka
terhadap lingkungan dan perubahannya.
Kepekaan
domba-domba pemimpin ini misalnya terungkap dari berbagai cerita rakyat
yang berkembang dari padang pasir yang sangat panas sampai di daerah
dekat kutub yang sangat dingin.
Di
padang pasir yang sangat panas berkembang cerita rakyat bagaimana
domba-domba pemimpin menyelamatkan kawanannya dengan cara dia akan
berlari dahulu kemudian diikuti yang lain ketika badai pasir datang.
Bahkan dengan melihat perilaku dombanya ini, sang penggembala-pun bisa
ikut berlarian menyelamatkan diri.
Di
negeri Iceland yang sangat dingin, mereka memiliki domba kutub yang
berbulu sangat tebal. Perilaku domba-domba ini secara tradisional
menjadi instrument untuk ‘peramalan cuaca’ yang cukup efektif. Dari
perilaku domba-domba pemimpin ini masyarakat kutub bisa mendeteksi kapan
badai salju akan turun, kapan waktunya cukup aman untuk bekerja diluar
rumah dlsb.
Kita
tidak di padang pasir yang sangat panas dan tidak di negeri kutub yang
sangat dingin, budaya menggembala kita juga tidak berkembang karena kita telah salah sangka bahwa menggembala hanya bisa dilakukan di padang-padang rumput yang luas.
Pelajaran
menggembala tidak diajarkan secara cukup detil di perguruan-perguruan
tinggi pertanian yang memiliki fakultas peternakan sekalipun. Pelajaran
menggembalapun tidak didalami secara khusus di perguruan-perguruan
tinggi Islam yang memiliki fakultas atau jurusan Al-Qur’an maupun
hadits. Padahal ini adalah sunnah seluruh nabi – menggembala domba, juga
secara spesifik ada tuntunannya di Al-Qur’an.
Menggembala adalah pelajaran yang teramat penting untuk dilewatkan begitu saja. Karena ignorance
kita terhadap konsep menggembala inilah maka rakyat kita hanya makan
daging ¼ dari rata-rata daging yang dikonsumsi penduduk dunia. Kita juga
nyaris kesulitan untuk menemukan pemimpin yang memiliki empathy terhadap rakyat yang dipimpinnya.
Seandainya
saja kita terbiasa menggembala, kita akan lebih mudah menentukan
pemimpin kita antara lain dengan melihat karakter Leader Sheep tersebut
di atas. Tetapi terlepas dari segala kekurangan dan kelemahan tersebut,
insyaAllah kita tetap bisa belajar dari domba pemimpin atau Leader Sheep
ini.
Domba
pemimpin dia adalah domba yang akan berlari pertama kali ketika
kandang/pembatas dibuka meskipun semua domba berkesempatan yang sama,
dia akan menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mendeteksi dimana potensi
makanan berada, juga mendeteksi dimana akan ada bahaya.
Dia adalah domba yang visioner yang bisa ‘melihat’ sesuatu sebelum domba-domba yang lain melihatnya, dia me-lead kawanannya
untuk menjauh dari bahaya. Dia tidak makan kenyang sementara kawanan
domba yang dipimpinya dalam bahaya. Dia sensitif, dia peka dan
domba-domba lain mengikutinya meskipun tidak ada yang memaksanya.
Inilah
kata kuncinya, domba pemimpin dia berjalan dahulu kemudian kawanan
domba yang dipimpinnya akan mengikutinya dari belakang. Dia di depan
memberi contoh dan menanggung resiko pertama, bukan di belakang
mengeluarkan instruksi demi instruksi. Kawanan domba secara otomatis
akan mengikuti pemimpin yang ada di depan mereka, bukan domba lain yang teriak-teriak di belakang.
Kita harus
belajar dari domba dan pemimpin domba atau Leader Sheep ini secara
harfiah – domba ya domba fisik, gembala yang gembala fisik domba di
ladang gembalaan - karena selama ini istilah domba atau gembala lebih
sering digunakan umat lain untuk arti kiasan yang lain. Sesungguhnya
kitalah yang lebih tepat untuk menggunakan dan menerapkan konsep domba
dan gembala ini, kemudian mengambil manfaat dan pelajaran yang
sebenarnya dari dua hal tersebut. Kita yang lebih berhak karena ada di
kitab suci kita Al-Qur’an dan bahkan ada di hadits-hadits yang sahih.
Kitab kita Al-Qur’an memberi petunjuk jelas dan spesifik untuk kita menggembalakan ternak ; “Dia-lah,
Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya
menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada
(tempat tumbuhnya) itu kamu menggembalakan ternakmu.” (QS 16 : 10).
Keutamaan domba sebagai harta terbaik dan menggembala domba sebagai penghidupan atau pekerjaan terbaik setelah berjihad terungkap antara lain melalui dua hadits sahih berikut :
Dari Abu Said Al-Khudri berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Waktunya akan datang bahwa harta muslim yang terbaik adalah domba yang digembala di puncak gunung dan tempat jatuhnya hujan. Dengan membawa agamanya dia lari dari beberapa fitnah (kemungkaran atau pertikaian sesama muslim)”. (H.R. Bukhari)
Dari Abu Hurairah R.A. dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : “Di antara penghidupan (pekerjaan) manusia yang terbaik,
adalah seorang laki-laki yang memegang kendali kudanya di jalan Allah.
Dia terbang diatasnya (dia menaikinya dengan jalan yang cepat). Setiap mendengar panggilan perang dia terbang diatasnya dengan
bersemangat untuk mencari kematian dengan jalan terbunuh (dalam keadaan
syahid) atau menyongsong kematian ditempat datangnya. Atau seorang laki-laki yang menggembala domba di puncak gunung dari
atas gunung ini atau lembah dari beberapa lembah. Dia mendirikan
sholat, memberikan zakat dan menyembah kepada Tuhannya hingga kematian
datang kepadanya. Dia tidak mengganggu kepada manusia, dan hanya berbuat
baik kepada mereka.” (H.R. Muslim).
InsyaAllah kita akan bisa memilih National Leadership kita yang baik bila kita mau belajar dari Leader Sheep ini. Insyaallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar