Oleh: Muhaimin Iqbal
Lima tahun lalu kami mengajari kambing-kambing kami jenis peranakan etawa (PE) untuk belajar minum dari instrumen yang canggih. Mereka harus menekan dengan lidahnya batang besi kecil di tengah pipa supaya air keluar. Tentu sulit sekali awalnya, tetapi ketika salah satu dari mereka bisa – maka yang lainpun segera bisa. Kini lima tahun kemudian, generasi demi generasi kambing berganti – tetapi semua bisa minum dari instrumen tersebut tanpa harus kami ajari lagi. Siapa yang mengajari mereka ? Itulah yang disebut kecerdasan kolektif.
Kecerdasan
kolektif adalah buah dari kolaborasi , upaya kolektif maupun perlombaan
individu dalam sekelompok makhluk hidup dalam merespon situasi yang
dihadapinya. Kecerdasan kolektif ini ada tentu saja di manusia, tetapi
juga ada di hampir seluruh jenis binatang bahkan sampai bakteri
sekalipun. Bila kita pahami bagaimana kecerdasan kolektif ini bekerja,
banyak hal bisa kita lakukan untuk memperbaiki kwalitas kehidupan kita
ini.
Untuk contoh kambing PE kami tersebut di atas misalnya, beberapa hari mengajari mereka minum dari stainless nipple tersebut di atas – membuahkan generasi kambing selanjutnya yang paham dimana mereka bisa memperoleh minumnya.
Karena
mereka minum dari tempat yang dibuat secara tertutup dan otomatis, maka
kesehatannya bisa dijaga dan bahkan bila dikehendaki obat atau vitamin
untuk mereka bisa disampaikan lewat air minum ini.
Lebih
dari itu mereka juga menjadi guru bagi sesamanya. Ketika ada kambing PE
baru yang kami beli dari daerah dan dibawa ke kandang kami, sudah bukan
kami lagi yang harus mengajari mereka. Tinggal digabungkan dengan
kambing-kambing yang sudah paham dimana tempat mereka minum, maka
kambing baru inipun segera tahu dimana tempat minumnya dan bagaimana
cara meminumnya. Kambing lebih mudah belajar dari sesama kambing
langsung ketimbang belajar dari manusia !
Dariwaktu
ke waktu tentu ada kambing yang harus dijual atau disembelih, tetapi
karena kecerdasan kolektif ini milik bersama – maka dia tetap ada
bersama dengan kambing-kambing yang tinggal untuk terus diwariskan ke
kambing-kambing yang lahir baru maupun kambing-kambing yang didatangkan
dari luar.
Domba
jauh lebih cerdas dari kambing, bahkan dalam suatu riset dikatakan
bahwa kecerdasan domba hanya kalah dari simpanse, gajah dan lumba-lumba.
Kita sudah sering melihat bagaimana simpanse, gajah maupun lumba-lumba
beraksi dengan kecerdasannya. Tetapi rata-rata kita belum pernah
menyaksikan bagaimana domba beraksi dengan kecerdasannya. Mengapa ?, ya
karena belum kita latih saja.
Yang
kita maksudkan kecerdasan untuk domba tentu bukan berarti akan bisa
menyelesaikan soal-soal matematika yang rumit, tetapi sekedar mengingat
tugas-tugas atau tanda-tanda spesifik. Konon domba adalah binatang yang
paling baik ingatannya, dia bisa mengingat wajah penggembalanya,
mengingat jalur perjalanan pulang ke kandangnya, ingat siapa yang
memimpin perjalanannya dan insyaAllah dia juga akan ingat mana-mana
batas yang boleh dimakan dan tidak, batas wilayah yang boleh dilalui dan
tidak. Dua hal terakhir ini yang sedang kami coba untuk mengajarkannya
dalam program yang kami sebut penggembalaan presisi.
Barangkali timbul pertanyaan di Anda, lho
domba-domba ini kan akan dijual atau disembelih dalam beberapa bulan
kedepan, paling lama dua tahun ? lantas apa gunanya mereka sekarang
belajar sesuatu yang rumit bagi mereka sendiri ? Disitulah rahasia dari
kecerdasan kolektif itu, bagi individu domba tertentu bisa jadi dia
tidak terlalu penting – tetapi secara kolektif menjadi sangat penting.
Dalam
usianya yang pendek, domba-domba tersebut tetap bisa menjadi penyambung
pesan bagi domba-domba yang lain – bahwa yang dalam batas ini tidak
boleh dimakan, bahwa diluar tanda ini tidak boleh dilalui dlsb.
Pesan-pesan yang mudah diingat oleh generasi domba-domba berikutnya
maupun domba-domba baru yang dimasukkan ke kelompok yang sudah
‘terdidik’ ini.
Betapapun
pendek usia mereka, secara kolektif mereka membawa pesan untuk generasi
selanjutnya untuk menjadi lebih cerdas, lebih mudah digembalakan –
bahkan ditempat sulit sekalipun seperti di jalur hijau ditengah jalan
tol, di pinggir rel kereta api dst.
Dari
sini pelajaran itupun kembali ke kita bangsa manusia. Usia kita yang
lebih panjang dari hewan-hewan tersebut, kecerdasan kitapun jauh lebih
tinggi dari mereka. Tetapi sudahkan keberadaan kita ini membawa
pesan-pesan untuk kehidupan yang lebih baik bagi generasi yang akan
datang ? Atau sebaliknya kita merusak mereka dengan pesan-pesan yang
memang tidak mendidik ?
Apa
yang kira-kira kita ajarkan pada anak cucu kita kedepan ? korupsi yang
turun temurun dan makin mewabah ? fitnah-memfitnah, caci-mencaci dalam
politik a la demokrasi ?
pengelolaan alam yang sembrono yang menimbulkan musibah disana sini ?
kekerasan demi kekerasan yang menjadi tontonan sehari-hari di televisi ?
Bila
seperti ini yang berlanjut, maka keberadaan kita tidak membawa pesan
kecerdasan kolektif bagi anak cucu kita. Malah sebaliknya keberadaan
kita hanya membawa pesan kejahatan dan kerusakan kolektif bagi mereka.
Maka
sebelum semuanya menjadi terlambat, kini waktunya bagi kita untuk
memulai menyampaikan pesan berantai yang akan membentuk kecerdasan dan
kebaikan kolektif ini. Bukan hanya pesan dengan kata-kata, tetapi dengan
perbuatan – agar menjadi mudah untuk ditiru dan disempurnakan.
Di antara pesan-pesan tersebut adalah bahwa – apapun yang dialami umat ini saat ini, kita tidak perlu
merasa lemah dan bersedih karena umat ini adalah umat tertinggi bila
kita benar-benar beriman (QS 3 : 139). Yang kita butuhkan untuk
(kembali) menjadi umat tertinggi ini adalah kita harus menggunakan
Al-Qur’an sebagai petunjuk dan nasihatNya (QS 3:138) untuk segala urusan
kita (QS 16:89).
Bumi
masih akan makmur sekali lagi ditangan kaum muslimin sebagaimana kabar
nubuwah yang disampaikan oleh junjungan kita nabi akhir jaman Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : " Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya tetapi
dia idak mendapatkan seorangpun yang bersedia menerima zakatnya itu.
Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan
padang-padang rumput dan sungai-sungai " (HR. Muslim).
Kepemimpinan di dunia-pun masih akan akan sekali lagi bergilir ke tangan kaum muslimin sebagaimana hadits : “Adalah
masa Kenabian itu ada di tengah tengah kamu sekalian, adanya atas
kehendaki Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki
untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak
kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehendak Allah.
Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki
untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit
(Mulkan ‘Adldlon), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah
mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian
adalah masa Kerajaan yang memaksa (Mulkan Jabariyah), adanya atas
kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghendaki
untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak
Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah).” Kemudian beliau (Nabi)
diam.” (HR.Ahmad).
Maka
bisa jadi kita sekarang hidup dalam situasi yang kita tidak sukai –
karena memang kita sedang dalam kekuasaan ‘raja-raja’ yang memaksa atau mulkan jabariyah.
Entah berapa lama dan berapa generasipun ini harus kita lalui – sejauh
pesan-pesan kecerdasan dan kebaikan kolektif yang kita teruskan ke anak
dan cucu kita, maka insyaAllah pada waktunya nanti akan datang kembali
kejayaan umat ini.
Kejayaan umat yang mirip dengan eranya Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali - yang semoga Allah ridlo kepada mereka semua – kejayaan umat yang dalam hadits tersebut di atas disebut Khilafah ‘ala minhajin nubuwah.
Untuk perjalanan sampai kesana, generasi sesudah kita harus lebih baik
dari kita dan untuk saat ini peran itu adanya pada diri kita. Bila
pesan-pesan kebaikan yang kita sampaikan, insyaAllah akan menghasilkan
kebaikan dan begitu pula sebaliknya.
Maka
saat inilah waktunya kita mulai memainkan peran untuk membangun
generasi yang secara kolektif lebih baik. Generasi yang lebih paham dan
lebih dekat dalam pengamalan petunjuk-petunjukNya dan sunnah-sunnah
nabiNya. Generasi yang akan kembali memakmurkan bumi menjadi
semakmur-makmurnya, dan sekaligus juga generasi yang akan bener-bener
menjadi khalifah di muka bumi ini. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar