Oleh: Muhaimin Iqbal
Nabi-nabi yang ditugasi Allah untuk suatu kaum, dia selalu dibekali dengan suatu hal yang pasti bisa mengungguli obsesi kaum pada zamanya – hal ini kita mengenalnya sebagai mukjizat. Nabi Musa Alaihi Salam diberi kemampuan menaklukkan para tukang sihir Fir’aun, karena sihir itulah obsesi kaum Fir’aun pada zaman itu. Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditugasi untuk kaum akhir jaman, maka beliaupun dilengkapi dengan mukjizat yang akan mampu menaklukkan obsesi apapun dari umat akhir zaman.
Ketika Allah menghibur Nabi Musa yang sempat merasa takut melihat kepiawaian para tukang sihir Fir’aun, Allah berfirman : “…Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul …”(QS 20:65). Kalimat yang senada-pun Allah gunakan untuk menghibur kita – yang minder dengan berbagai keunggulan umat lain jaman ini – “…Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman...” (QS 3:139)
Tetapi
Allah tidak memberi kita kemampuan menaklukkan sihir karena bukan sihir
ini obsesi umat di jaman ini. Obsesi umat di jaman ini adalah ilmu,
teknologi, strategi, creativity, research and development dan hal-hal
lain yang dibutuhkan untuk menjadi unggul di jaman ini.
Maka
mukjizat Nabi kita adalah Al-Qur’an, yang didalamnya terdapat petunjuk
dan penjelasan – yang akan membuat kita berbeda dengan umat yang lain
(QS 2:185), yang membuat kita unggul bila kita menjadikan KitabNya
tersebut sebagai petunjuk dan pelajaran (QS 3:138-139) :
“(Al
Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kamu bersikap lemah,
dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang
yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Berabad-abad
lamanya umat ini unggul ketika masih menggunakan Al-Qur’an sebagai
petunjuk dan sumber pelajaran. Di abad pertengahan misalnya, menurut
sejarawan Lavis dan Rambu yang menggambarkan Inggris Anglo Saxon abad
pertengahan sebagai negeri yang tandus, kumuh dan liar.
Mereka
belum mengenal kebersihan, kotoran hewan dan sampah dapur dibuang di
halaman sehingga menimbulkan bau busuk. Di rumah mereka belum mengenal
kamar, mereka tidur rame-rame didalam rumahnya bersama ternak mereka.
Mereka belum mengenal lampu jalanan dan kota terbesar mereka dihuni
sekitar 25,000 orang.
Di
abad yang sama, dunia Islam sudah memiliki kota-kota besara seperti
Bagdad, Damaskus, Cordoba, Granada dan Sevilla. Cordoba misalnya
digambarkan sebagai kota yang sangat indah dikelilingi taman-taman yang
hijau, penduduknya sudah lebih dari 1 juta jiwa. Sudah ada 80,000 gedung
dan 600 masjid, 50 rumah sakit dan 80 sekolah. Di pinggiran kota ada
pekerjaan yang sangat baik bagi wanita, yaitu wanita-wanita penulis
mushaf dengan Khat Kufi.
Abad
ini secara fisik kondisi itu berbalik, ketika umat tidak lagi
menggunakan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pelajaran, ketika umat lebih
suka mengikuti saja hampir seluruh aspek kehidupan hedonis kapitalisme
ribawi – umat memasuki lubang biawak yang sama dengan yang diikutinya.
Kondisi ini persis yang dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits dari Abu Sa'id (al-Khudry) bahwasanya Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sungguh
kalian akan mengikuti sunnah (cara/metode) orang-orang sebelum kamu,
sejengkal-demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga andaikata mereka
memasuki lubang masuk ‘Dlobb' (binatang khusus padang sahara, sejenis
biawak-red), niscaya kalian akan mengikutinya pula". Kami (para
shahabat) berkata: "Wahai Rasulullah! (mereka itu) orang-orang Yahudi
dan Nashrani?". Beliau bersabda: "Siapa lagi (kalau bukan mereka-terj.)". (H.R. Bukhari)
Maka
saya membayangkan kondisi umat ini ketika kita bangkit kembali dengan
menggunakan Al-Qur’an sebagai petunjuk, dan sunnah-sunnah nabiNya
sebagai suri tauladan. Entah pada generasi keberapa dari kita sekarang,
ketika sejarawan kembali akan mencatat kurang lebih begini ;
“Ketika
dunia barat dengan kapitalisme-nya mengeksploitasi manusia dan alam
untuk kepentingan pribadi-pribadi dan kelompok-kelompok, jurang yang
miskin dan si kaya semakin lebar, kemiskinan merajalela sementara harta
hanya dikuasai oleh segelintir orang-orang super kaya, mayoritas pekerja
tidak menyadari tabungan hari tua mereka terus menyusut daya belinya
karena faktor inflasi, alam
dirusak sampai-sampai orang harus membayar untuk mereduksi CO2 yang ada
di alam, kekumuhan dan kegersangan muncul dimana-mana, air diperjual
belikan dengan sangat mahal, penyakit demi penyakit bermunculan tanpa
ketemu obatnya, kalau toh ada obat itu dibuat dari bahan kimia hasil
riset konglomerasi obat besar – obat menjadi sangat mahal padahal efek
samping yang ditumbulkannya bisa lebih besar dari penyakit yang berusaha
disembuhkannya, yang tidak kalah seriusnya adalah penyakit sosial
masyarakat…”
Sejarawan yang sama kemudian melanjutkan :
“Sementara
itu di negeri yang kembali ke Islam, urusan tanah, air dan energi (api)
dikelola bersama untuk kepentingan rakyat keseluruhan, tidak ada bagian
bumi yang diterlantarkan apalagi dirusak, bila tidak bisa dimakmurkan
oleh satu pihak dalam tiga tahun diambil oleh negara dan diserahkan ke
yang bisa memakmurkannya, bumi yang makmur dengan pepohonannya juga
makmur dengan mata airnya, akses pasar menjadi hak semua rakyat,
kemakmuran menjadi merata, tetap ada yang kaya dan ada yang miskin –
tetapi mayoritasnya berada di tengah yaitu orang-orang yang
berkecukupan. Udara bersih tetap terjaga, demikian pula dengan makanan
sehat yang diproduksi dengan cukup oleh negeri mereka sendiri. Tidak
banyak penduduk yang sakit karena kebersihan udara, air dan makanan
mereka, kalau toh ada yang sakit mereka cukup menggunakan
tanaman-tanaman yang biasa mereka makan juga untuk obat mereka. Penyakit
sosial nyaris tidak ada karena hukum agama ditegakkan…”.
Kapan
saat itu terjadi ? saat kita tidak lagi terobsesi untuk mengikuti
mereka dalam memasuki lubang biawak, saat kita hanya terobsesi dengan
mukjizat yang diturunkan Allah ke Nabi akhir jaman – untuk mengungguli
apapun obsesi umat di jaman ini. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar