Oleh: Muhaimin Iqbal
Kita sering mendengar istilah you are what you eat – Anda tergantung dari apa yang Anda makan. Kalimat yang sering digunakan untuk iklan makanan ini sebenarnya bisa menjadi sangat menarik apabila kita pahami makna yang sesungguhnya. Bahwa kita sangat dipengaruhi oleh apa yang kita makan, maka Allah-pun memerintahkan kita untuk memperhatikan makanan kita (QS 80 : 24). Kalau saja kita bener-bener melaksanakan satu perintah ini, kita akan rela mati-matian untuk memperjuangkan swasembada pangan kita sendiri. Mengapa ?
Ambil
contoh kasus satu saja yaitu kedelai yang harus kita impor mayoritasnya
karena kita tidak memprodukinya sendiri dengan cukup, apa dampaknya ?
Karena kita tidak punya pilihan lain, maka kita telan begitu saja
kedeleai impor tersebut tanpa ada upaya untuk mempelajari apa isinya.
Petani
kedelai menjadi tidak bergairah karena kalah bersaing dengan kedelai
impor, negeri ini harus mengorbankan trilyunan Rupiah setiap tahunnya
untuk mengimpor kedelai. Perajin tempe dan tahu-pun menjadi tergantung
pada komoditi impor ini, sewaktu-waktu harga melonjak hanya karena
Rupiah melemah misalnya – sudah tidak ada yang bisa mereka perbuat.
Tetapi
bukan hanya itu masalahnya, masalah terbesar dari kedelai impor adalah
dampak resiko-resiko yang belum diketahui (unkown risks) dari
mengkonsumsi kedelai impor tersebut – karena hampir pasti mayoritas
kedelai impor kita adalah kedelai GMO – Genetically Modified Organism.
Tahun
1997 saya masih rajin mencari ilmu asuransi ke Eropa, saat itu tanaman
GMO ini masih relatif baru. Pasarnya di dunia saat itu baru sekitar 3 %,
saat itupun industri asuransi sudah mewaspadai resiko makanan GMO ini
sehingga mereka menaruh exclusion
– pengecualian atau tidak dijamin semua resiko yang terkait langsung
maupun tidak langsung dari tanaman GMO ini. Ini menunjukkan betapa
dasyatnya resiko yang tidak diketahui dari makanan berbasis GMO ini.
Dalam
dasawarsa terakhir pasar komoditi hasil pertanian GMO ini seperti tidak
terbendung. Untuk kedelai, tiga produsen kedelai terbesar dunia yaitu
Amerika, Brasil dan Argentina komposisi tanaman GMOnya masing-masing
sudah mencapai 94 %, 88 % dan 98 %. Padahal produksi kedelai dari tiga
negara ini mewakili lebih dari 80 % kedelai dunia. Jadi bisa
dibayangkan, impor dari manapun hampir pasti kita akan ketemu kedelai
GMO !
Nah
sekarang apa masalahnya dengan GMO ini ? bukankan ini teknologi yang
baik yang bisa meningkatkan produksi ? Alasan para pemegang patent-nya
memang demikian, tetapi Allah Maha Tahu apa yang mereka rencanakan.
Maka pasti bukan kebetulan kalau terkait masalah ini, Allah sudah mengingatkan kita dengan petunjukNya sebagai berikut :
“Dan
di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia
menakjubkanmu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi
hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia
berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan
padanya, dan merusak tanam-tanaman dan keturunan, dan Allah tidak
menyukai kebinasaan.” (QS 2 : 204-205)
Dua ayat tersebut sangat relevan dengan masalah swasembada pangan yang
kita hadapi saat ini. Pertama kita diberi tahu bahwa ada pihak yang
menakjubkan kita ketika mereka bicara urusan dunia, siapa mereka ini ?
siapa yang paling menakjubkan kita ketika bicara masalah dunia politik,
ekonomi, budaya, teknologi dlsb. saat ini ? kita pasti tahu siapa-siapa
mereka ini.
Lantas
apa yang diperbuat oleh pihak yang menakjubkan ini di belakang kita ?
mereka merusak tanaman dan keturunan ! bagaimana mereka melakukannya ?
Karena
yang diubah adalah ditingkat gen ini (bahasa latinnya gene dari genesis
– yang artinya kelahiran/keturunan), maka kedelai yang sudah diubah
gen-nya tersebut akan terbawa sampai ke anak keturunannya.
Bagaimana
kalau kedelai tersebut dimakan manusia ? disitulah masalahnya. Ilmu
manusia ini terbatas, kita tidak bisa tahu dampak dari setiap perubahan
yang kita lakukan – apalagi kalau perubahan ini tidak didasari suatu
petunjukNya.
Karena ketidak tahuan inilah maka industri asuransi-pun memasukkannya sebagai unknown risk yang patut dikecualikan dalam jaminannya. Bahkan di Eropa, mereka melakukan moratorium – menghentikan impor komoditi hasil rekayasa genetika sejak
2003 – kecuali dengan peraturan yang sangat ketat, meskipun untuk pakan
ternak sekalipun. Karena ternak ujungnya dimakan manusia, resiko yang
ada di dalamnya akan terbawa pula.
Sepandai-pandai
mereka menutupi suatu rahasia, akhirnya toh akan terbongkar juga. Untuk
mengetahui rahasia karya mereka terhadap tanaman GMO ini-pun kita tidak
perlu jauh-jauh dari teman-teman mereka sendiri.
Sebagaimana diinformasikan di Al-Qur’an “…Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah…” (QS 59 :14)
Di Perancis ada suatu lembaga yang namanya Committee for Research and Independent Information for Genetic Engineering (CRIIGEN).
Mereka inilah salah satu pihak yang berhasil melakukan penelitian
independen – untuk mengetahui dampak dari makanan GMO. Video hasil
penelitian mereka ini dapat Anda saksikan di link ini.
Tumor
yang hampir sebesar perut tikus percobaan di video tersebut terjadi
pada usia tikus selama 200 hari percobaan – atau kurang lebih 40 persen
dari usia tikus rata-rata. Artinya kalau terjadi pada manusia
kemungkinan dampaknya baru muncul pada rentang waktu sekitar 20-30
tahun.
Dunia
baru mengkonsumsi secara massif produk GMO sekitar 10 tahun terakhir,
di kita yang massif ini ada pada kedelai impor. Bila ada resiko yang
kita belum tahu apa itu – makanya diexclude oleh perusahaan asuransi – kemungkinan baru terjadi dalam 10-20 tahun yang akan datang.
Namun
sebelum resiko-resiko itu bermunculan, harusnya kita bisa berbuat. Apa
yang paling memungkinkan kita bisa lakukan ? ya kembali menyimak
baik-baik perintahNya dalam surat ‘Abasa tersebut di atas. Yaitu
memperhatikan makanan kita, terus berbuat mulai dari yang kita bisa.
InsyaAllah kita bisa !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar