Oleh: Muhaimin Iqbal
Lebih dari 1400 tahun sebelum manusia modern berusaha bersusah payah untuk bisa bertani secara benar dengan berbagai teorinya, Allah sebenarnya sudah menurunkan petunjukNya – termasuk tata cara untuk bisa bertani yang seharusnya ini. Allah mengungkapkannya dalam tiga kata yaitu ihtazzat warabat wa-anbatat, tiga kata yang tidak pernah cukup bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan manusia paling maju sekalipun. Saya hanya bisa berusaha semampu saya untuk bisa memahaminya, dan semoga inipun cukup untuk bekal berkontribusi memakmurkan bumi ini.
Ihtazzat
artinya bergerak, menggeliat yaitu merupakan tanda kehidupan – maka di
Al-Qur’an kita diterjemahkan sebagai hidup. Warabat artinya mengembang,
membengkak, gembur yaitu tanda kesuburan. Sedangkan wa-anbatat artinya
menumbuhkan. Tiga kata ini dirangkai oleh Allah di akhir ayat 5 dari
surat Al-Hajj.
Bila
kita bisa menghadirkan bumi atau tanah yang memenuhi kriteria ihtazzat
warabat wa-anbatat ini, maka insyaAllah kita akan bisa menanam segala
jenis tanaman secara indah. Seperti janjiNya :
“… Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, (ihtazzat) hiduplah bumi itu (warabat) dan suburlah (wa-anbatat) dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS 22:5)
Pertanyaannya
sekarang adalah bagaimana kita bisa menghadirkan bumi yang ihtazzat
warabat wa-anbatat ini ? Petunjuk detilnya ada di sejumlah ayat lain di
Al-Qur’an dan sudah banyak saya bahas di situs ini, dan baru sebagiannya
saja yang mulai bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan modern saat ini.
Rangkuman
dari penjelasan tersebut saya tuangkan dalam infografik dibawah, untuk
memudahkan mengingat bagi yang ingin mengamalkannya.
Diantaranya
petunjuk Allah untuk menghidupkan bumi yang mati dengan biji-bijian
(Surat Yaasiin :33). Lawan bumi yang mati adalah bumi yang hidup. Bumi
yang hidup dipenuhi oleh kehidupan microflora yang sudah pernah saya
tulis dalam Kemakmuran dari Kehidupan Di Bawah Tanah.
Bumi
yang hidup dipenuhi bermilyar microflora, bumi yang mati berarti tidak
terdapat microflora ini – lantas bagaimana biji-bijian bisa tiba-tiba
menghadirkan bermilyar microflora ?
Ketika
Allah menyebut bumi yang mati sperti di surat 36:33, Allah menggunakan
kata ekstremnya – yaitu bumi yang mati sekalipun bisa dihidupkan. Dalam
kenyataannya bumi kita tidak benar-benar mati dalam pengertian tidak ada
mcroflora sama sekali, masih ada cuma jumlahnya sedikit.
Sama ketika Allah menggunakan kata “…meninggalkan engkau (Muhammad) berdiri (berkhutbah)…”
dalam akhir surat Al-Jumu’ah, tidak berarti seluruh sahabat berlarian
keluar menyongsong dagangan dan meninggalkan Rasullullah sendirian,
tentu masih ada sahabat-sahabat terbaiknya yang terus mendengarkan
kutbah beliau.
Jadi
di bumi yang mati, masih ada sedikit microflora yang bertahan – tetapi
memang tidak cukup untuk ‘menghidupkan’ bumi itu. Maka ketika
biji-bijian ditanam, dua hal yang terjadi.
Pertama ilmu manusia modern seperti yang diungkapkan oleh hasil riset University
of Notre Damme baru-baru ini, baru bisa mengungkapkan bahwa ternyata di
setiap biji-bijian itu terkandung sejumlah besar microba yang
bersimbiose mutualisme dengan setiap biji-bijian. Microba mendapatkan
makanannya, dan biji-bijian mendapatkan perlindungan dari bacteri
pathogen – bacteri pembawa penyakit.
Kedua
ketika biji-bijian ditanam di tanah, bekal nutrisinya cukup untuk biji
tersebut memulai kehidupan. Ini terbukti bila Anda tanam di kapas-pun
biji ini bisa hidup. Ketika biji mulai tumbuh, semua yang tumbuh
mengeluarkan apa yang disebut exudates atau semacam keringat – dan
inilah sumber makanan microorganism itu.
Maka
muncullah kehidupan microflora (komunitas bacteria, fungi/jamur dlsb)
yang menggerombol di zona yang disebut rizhospere atau zona yang
terjangkau oleh sebaran makanan exudates yang dikeluarkan oleh tanaman
yang hidup tersebut. Diantara microba tertentu yang menggerombol di zona
perakaran ini, juga membantu mengikat nitrogen dari udara – yang
kemudian mengakselerasi tumbuhnya tanaman oleh supply nitrogen yang
lebih banyak.
Begitu
seterusnya pertumbuhan microflora juga terakselerasi dengan exudates
yang lebih deras lagi alirannya ketika tanaman cepat membesar. Kehadiran
microflora yang semakin bertambah banyak, mengundang hadirnya kehidupan
yang lebih besar dari berbagai jenis nematoda, anthropoda , cacing
dlsb.
Kehidupan
bawah tanah yang semakin lengkap ini membentuk apa yang disebut Soil
Food Web, yang kecil menjadi makanan dari yang besar , dan yang besar
ketika mati kembali menjadi makanan bagi yang kecil dst.
Dalam
proses saling memakan inilah terjadi perburuan hebat di dalam tanah.
Ketika cacing bergerak kesana kemari di dalam tanah misalnya, dia bukan
sekedar jalan –jalan seperti manusia yang sering bergerak tanpa tujuan,
gerakan cacing didorong oleh dua hal – yaitu dia sedang mengejar
makananannya, atau dia sedang berlari menghindari pemangsanya.
Akibat
pergerakan cacing dan perbagai binatang kecil lainnya di dalam tanah
tersebutlah – tanah menjadi bergerak dan hidup atau ihtazzat. Struktur
tanah juga menjadi gembur, banyak berlubang disana-sini sehingga tanah
mengembang menjadi subur atau warabat.
Keberadaan
sejumlah microflora didalam tanah juga menghadirkan sejumlah fungsi,
selain memfiksasi oksigen, mereka juga berbagi tugas untuk mengurai atau
men-decompose nutrisi tanaman, memproduksi antibiotic, asam amino,
vitamin, hormones, gula dlsb. Semua ini dibutuhkan untuk menumbuhkan tanaman yang sehat – inilah yang disebut wa-anbatat.
Jadi
tanaman tidak bisa hanya diberi makanan yang cukup, seperti manusia
juga – kita tidak bisa tinggal di dalam sel tahanan meskipun diberi
makan cukup. Kita butuh lingkungan yang hidup dengan berbagai
aktivitasnya – untuk bisa merasakan hidup yang sesungguhnya.
Untuk
bisa tanaman hidup yang sehat secara sesungguhnya, selain makanan dia
membutuhkan bumi yang hidup (ihtazzat) tadi – dan di bumi yang hidup
tanahnya selalu bergerak mengembang (warabat) oleh cacing dan berbagai
binatang kecil yang berlarian berkejaran satu sama lain. Bumi yang
seperti inilah yang kemudian bisa menghidupkan tanaman secara indah atau
sempurna (wa-anbatat).
Dari
sini kita bisa menyimpulkan sendiri, bila selama ini kita bertani hanya
dengan mengandalkan satu element saja yaitu nutrisi – bisa kah kita
bercocok tanam yang baik yang menghidupkan bumi itu ?
Bagaimanapula
bila nutrisi yang kita tambahkan tersebut adalah zat kimia, yang
membunuh microflora, cacing, antropoda dlsb. jadi seperti apa bumi ini ?
Bumi akan menjadi mati karena tidak ada kehidupan di dalam tanahnya.
Itulah sebabnya banyak tanah pertanian kita yang mengeras seperti roti
bantat, yang kalau toh masih menghasilkan produksi pertanian – itupun
dengan susah payah dan hasil yang tidak seberapa.
Konsep bertani yang benar dengan petunjukNya inilah yang antara lain hendak kita kembalikan melalui Workshop 2 hari tentang Integrated Organic Farming
bulan depan. Dan juga kita tidak ingin ini sekedar wacana, kita ingin
benar-benar membumikannya. Maka setelah workshop peserta yang berminat
dapat langsung aktif di kebun-kebun KKP (Kepemilikan Kebun Produktif) Tanjung Lesung Agropolis – yang kini juga telah siap menyediakan lahan-lahan yang siap garap dan bisa dimiliki dengan sertifikat hak milik. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar