Oleh: Muhaimin Iqbal
Jaringan perhotelan besar dunia pasti tidak mengira kalau pasar mereka bisa tersedot oleh lahirnya startup seperti Airbnb yang kini menjadi accommodation leader di dunia. Atau jaringan transportasi global tersedot pasarnya oleh Uber yang juga bermula dari startup. Namun kini korporasi-korporasi global mulai bisa mengantisipasi datangnya pesaing yang tidak disangka-sangka ini, dan bahkan mengubahnya menjadi sumber-sumber non-organic growth mereka. Bagaimana caranya ?
Dalam
beberapa tahun terakhir ini raksasa-raksasa dunia seperti GE, IBM,
Coke, MasterCard, Cisco, Metlife dan berbagai raksasa lainnya, mulai
membiakkan tumbuhnya startups yang berada dalam dinding-dinding
korporasi mereka. Selain mengelaborasi sumber pertumbuhan yang tidak
terbayangkan sebelumnya, mereka juga menggunakan internal startups untuk
melihat potensi ancaman yang tidak terduga.
Internal
Corporate Startups, Internal Startups atau Internal Ventures mereka
biasa disebut – adalah seperti startups lainnya. Mereka diberi
environment ketidak pastian, resiko, learning process, capital
struggling - sama seperti para startup pada umumnya – hanya mereka berada dalam lingkungan perusahaan well established raksasa.
Segala
kesusahan dan rintangan yang umumnya dihadapi startups, sepadan dengan
potensinya untuk menghasilkan sumber-sumber pertumbuhan baru yang tidak
disangka-sangka oleh team yang puas dengan kemapanan.
Internal
startups juga menjadi peluang jalur cepat bagi anak-anak muda yang
memilih jalur berkarir di perusahaan besar, tetapi ingin menaiki
tangga-tangga korporasi secara cepat – namun juga beresiko.
Karena
risks and rewards yang berdampingan dengan begitu nyata inilah para
startupers bisa lebih menghayati sumber-sumber rezeki yang tidak
disangka-sangka asalnya (QS 65:2-3) dan tidak terhitung jumlahnya (QS
3:27).
Sama
dengan startups pada umumnya yang bisa meminimize resiko sambil
memperbesar peluang sukses dengan perbagai program mentoring, inkubasi,
akselerasi dlsb., demikian pula Internal Corporate Startups.
Mentor
mereka tidak bisa diperankan oleh perusahaan induknya – karena akan
terjebak dalam pola pikir existing korporasi. Lantas siapa seharusnya
mentor mereka ?
Mentor
terbaik adalah ecosystem startups – dimana budaya startups memang sudah
terbangun. Di Indonesia salah satunya adalah Indonesia Startups Center
yang ada di Depok, yang dalam usianya tiga tahun ini telah melahirkan
sekitar satu lusin startups baik yang gagal maupun yang berhasil.
Justru
karena banyaknya yang gagal dan sedikitnya yang berhasil inilah –
environment startups begitu terasa di Startup Center. Satu keberhasilan
dapat meng-cover seluruh yang gagal, tinggal mengulangi keberhasilan dan
belajar dari berbagai kegagalan.
Indonesia Startup Center (ISC)
juga belajar langsung dari gurunya para startups dunia, bahkan team
inti ISC saat ini masih berkantor di San Francisco bersama 500 Startups
dunia. Pengalaman ini akan sangat berharga bagi para startupers negeri
ini, baik yang sifatnya independent – maupun bagi korporasi yang ingin
membangun Internal Corporate Startups mereka.
Jadi
kalau Anda saat ini sedang menjalankan perusahaan raksasa, baik swasta
maupun BUMN, atau bahkan non-profit organization – dan Anda ingin
memiliki peluang pertumbuhan yang tidak disangka-sangka - mungkin waktunya Anda untuk mulai merintis startups di lingkungan Anda.
Tidak
tahu atau tidak pengalaman bagaimana startups ini harus mulai dari mana
dan bagaimananya ? Tidak masalah, karena kini ada Startups Center di
Depok lengkap dengan pengalaman lokal namun juga kaya dengan wawasan
globalnya.
Kami
tentu tidak tahu detil internal usaha Anda, justru ini yang menjadi
plus point untuk bisa melihat usaha Anda dari kacamata yang sama sekali
berbeda. Seperti ucapan pemenang nobel dunia Muhammad Yunus yang
membangun Grameen Bank : “ Saya tidak akan pernah bisa membuat Grameen Bank – bila saya orang bank !”.
Inilah
kelebihan para Startupers – mereka melihat sesuatu secara berbeda dari
yang sudah ada. Sedangkan Startup Center seperti kami di ISC – Depok,
role kami juga bukan mengajari bagaimamana-nya – karena setiap startups
adalah unique, dan justru dengan ke-unique-an inilah mereka berpotensi
unggul tanpa batas.
Role kami utamanya hanya tiga, yaitu memotivasi, menginspirasi dan men-challenge – selebihnya let the startup do it ! InsyaAllah kita semua bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar