Belajar Dari US$ Index : Proteksi Nilai Yang Semakin Kita Butuhkan…

US$ Index
Yang disebut US$ Index adalah nilai relatif  US$ terhadap sekelompok mata uang fiat lain yang dianggap cukup besar pengaruhnya di dunia. Mata uang lain ini adalah Euro (EUR), Japanese Yen (JPY), Pound Sterling (GBP), Canadian Dollar (CAD), Swedish Krona (SEK) dan Swiss Franc (CHF).


Karena perbadingan nilai yang bersifat relatif satu sama lain ini, maka ketika US$ menguat – mayoritas yang lain melemah , begitu pula sebaliknya. Dan ini berlaku tidak hanya terhadap sekelompok mata uang yang dijadikan pembanding tersebut diatas, tetapi juga berlaku terhadap mata uang lain seperti Rupiah.

Contohnya bisa kita lihat saat ini, pada saat artikel ini saya tulis US$ Index lagi sangat perkasa di angka 87.65. Maka mata uang lain seperti Rupiah saat ini lunglai di angka Rp 12,000/US$. Meskipun demikian kita tidak perlu terlalu kecil hati karena kita punya banyak teman - mata uang lain-pun tidak kalah lunglainya, pada saat ini Euro berada pada US$ 1.2585; Pound Sterling pada US$ 1.4239 dan seterusnya.

Apakah US$ memang begitu perkasanya sehingga mata uang lain begitu lemahnya ?, ternyata tidak demikian juga bila kita gunakan timbangan yang adil dan bernilai baku sepanjang zaman yaitu emas atau Dinar.
erhatikan illustrasi grafik diatas yang menunjukkan perbandingan US$ Index setahun terakhir dengan harga emas pada periode yang sama. Setahun lalu ketika US$ lagi lemah-lemahnya yang ditunjukkan dengan US$ Index berada pada kisaran angka 72, harga emas dunia berada pada kisaran angka US$ 970/oz.

Saat artikel ini saya tulis US$ lagi ‘kelihatan’ –nya perkasa dengan Index pada angka diatas 87; tetapi harga emas dunia juga pada kisaran US$ 970/oz. Artinya kalau kita percaya bahwa emas-lah (atau Dinar) timbangan yang adil itu – sebagaimana sejarah telah membuktikan bahwa harga kambing tetap dikisaran 1 Dinar setelah lebih dari 1400 tahun – maka sebenarnya US$ saat ini sama lemahnya dengan US$ setahun yang lalu.

Nah kalau US$ saja yang kelihatannya perkasa relatif terhadap mata uang fiat lain  – ternyata sebenarnya juga dalam kondisi yang lemah dibandingkan timbangan yang baku; maka mata uang fiat lain yang lemah terhadap US$ tentu menjadi sangat-sangat lemah bila ditimbang dengan timbangan baku emas atau Dinar.

Inilah sebabnya Anda jangan heran bila sudah beberapa hari ini nilai tukar Dinar dalam Rupiah melambung diatas Rp 1.5 juta. Bagi Anda yang telah menukar uang Rupiahnya ke Dinar mulai harga Rp 800 ribuan dua tahun lalu atau  Rp 1.2 juta-an setahun lalu – seolah Anda untung besar saat ini. Namun perlu diingat bahwa ini hanya keuntungan relatif karena melemahnya daya beli uang fiat Anda.

Yang terjadi sebenarnya adalah dengan Dinar , Anda bisa mempertahankan nilai tukar asset Anda ketika asset Anda yang lain (uang fiat) kehilangan nilai tukarnya. Dengan apa yang terjadi saat ini,  kini telah terbukti bahwa Dinar dapat menjadi proteksi nilai terhadap hasil jerih payah Anda.

Nah kedepannya bagaimana ?, perhatikan grafik diatas sekali lagi. Kemungkinannya hanyalah dua yaitu US$ Index terus naik, yang berarti mata uang fiat lain terhadap US$ nilainya akan terus turun. Maka bila ini yang terjadi, harga emas dunia bisa saja turun tetapi Anda semakin membutuhkan proteksi nilai terhadap hasil jerih payah Anda.

Sebaliknya, bisa saja US$ sudah kehabisan tenaga dan mulai menurun; bila ini yang terjadi maka uang fiat kita berkemungkinan naik nilai relatifnya terhadap US$ , namun pada saat yang bersamaan harga emas dunia juga kemungkinan besar akan naik relatif terhadap US$. Tergantung dari besaran kenaikkannya ini apakah lebih besar kenaikan harga emas dunia atau lebih besar kenaikan nilai tukar uang kita terhadap US$. Bila yang pertama terjadi maka emas atau Dinar dalam Rupiah masih  tetap akan naik, emas atau Dinar baru akan turun bila  yang kedua yang terjadi – yaitu Rupiah menguat lebih besar dari menguatnya harga emas Dunia dalam US$. Wallahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar