Uang Privat Versi John Naisbitt , Versi Sejarah China dan Dinar…

CPI
Karena masih perkasanya US$ hari-hari ini harga komoditi seperti emas , minyak dlsb. masih terus tertekan atau berarti turun. Di pasar internasional minyak sempat turun 8 % tadi malam dan emas turun sekitar 4%.

Harga Emas dan Dinar di GeraiDinar tidak sedrastis ini turunnya karena yang kita perdagangkan fisik, selain faktor trend harga di pasar Internasional – GeraiDinar harus make sure bahwa barangnya bener-bener ada pada harga yang kita cantumkan – inilah maka harga emas fisik di Jakarta khususnya Logam Mulia ikut menentukan harga GeraiDinar.

Harga Dinar yang relatif rendah untuk ukuran saat ini (meskipun sangat tinggi dibandingkan dua tiga tahun lalu !), adalah baik bagi proses awal pengenalan Dinar karena Dinar lebih mudah terjangkau oleh masyarakat secara luas.

Setelah Dinar menyebar luas di masyarakat dan kemudian digunakan menjadi uang seperti yang kita tawarkan salah satunya dengan M-Dinar, maka fluktuasi harga Dinar terhadap mata uang kertas menjadi tidak terlalu masalah.
Harga komoditilah yang menjadi kepentingan kita sesungguhnya – bukan harga uang kertas. Harga komoditi dalam Dinar relatif stabil sepanjang masa – seperti harga kambing yang tetap pada kisaran 1 Dinar sejak zaman Rasulullah SAW 1400 tahun lalu.

Sebaliknya kebutuhan hidup kita apabila dibeli dengan uang kertas terus membubung tinggi. Grafik diatas adalah grafik Consumer Price Index untuk segala jenis kebutuhan di Amerika sejak tahun 1800. Bisa dibayangkan tingginya Index harga ini dalam beberapa tahun kedepan karena grafik ini adalah grafik logaritmik.

Atas dasar grafik yang dikeluarkan oleh American Institute for Economic Research (AIER) tersebut bahkan ada analis dari warga Amerika sendiri yang memperkirakan uang US$ tidak akan survive sampai tahun 2015.

Pertanyaannya adalah kalau US$ saja yang sampai hari-hari ini masih menunjukkan keperkasaannya diperkirakan tidak akan survive; lantas apa jadinya mata uang lain yang relatif lebih lemah ? – tentu peluang survive-nya menjadi lebih kecil lagi.

Kemudian apa yang akan menjadi uang pada paska rezim uang kertas ini ?. Menurut John Naisbitt mata uang yang akan datang adalah apa yang disebutnya sebagai mata uang privat yaitu komoditi atau benda riil yang memiliki nilai intrinsik.

Komoditi atau benda riil yang memiliki nilai intrinsik apa lagi kalau bukan emas dan perak yang paling sesuai untuk menjadi uang kembali ?.

Konsep uang privat yang dicetuskan John Naisbitt tersebut ternyata bukan barang baru.

Di China sampai tahun 1927 uang yang banyak beredar adalah ‘uang swasta’ atau ‘private notes’ yang dikeluarkan oleh ‘bank-bank swasta’; yang sejatinya adalah usaha dagang biasa. Private Notes tersebut dapat ditukar kembali menjadi perak ke bank yang mengeluarkannya, dan perak inilah yang menjadi uang masyarakat paling luas di China pada zaman tersebut.

Yang terjadi di China dalam sejarah tersebut sangat banyak kemiripannya dengan apa yang terjadi di Dunia Islam pada masa-masa kekhalifahan.

Di Islam zaman kekhalifahan dikenal adanya Al-Shuftajah yang bisa dikeluarkan antara lain oleh institusi yang disebut SharfSharf ini adalah sejatinya tempat-tempat penukaran uang, dimana pedagang antar Negara menitipkan hasil jualannya di Sharf negeri tujuan – dan hanya  membawa pulang Al-Shuftajah. Se tiba di negeri asalnya Al-Shuftajah ditukar kembali menjadi emas perak di Sharf yang ada di negeri asal tersebut.

Jadi kalau prediksi John Naisbitt benar, bahwa orang akan kembali ke uang privat – maka yang paling siap sesungguhnya adalah umat Islam yang mau belajar dari system keuangannya sendiri. System Dinar dan Dirham bukan hanya teori, melainkan telah ribuan tahun dipraktekkan dengan baik oleh umat ini.

Meskipun yang dominan di dunia saat ini adalah masih uang kertas, bukan berarti yang dominan ini yang benar.

Meminjam kata-kata Sayyid Quthb dalam bukunya Petunjuk Jalan “ Sementara kepemimpinan dunia masih dipegang oleh pemikiran lain, bangsa lain, pandangan hidup lain…kita harus tetap mengusahakan kebangkitan Islam sejauh apapun jarak yang merentang…..Usaha untuk membangkitkan Islam kembali adalah langkah pertama yang tidak mungkin diabaikan”.

Semoga langkah kecil membangkitkan Dinar ini dapat menjadi kontribusi kita dalam upaya membangkitkan Islam kedepan,  sekaligus dalam jangka pendek juga memberi solusi bagi problem umat zaman ini yaitu problem finansial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar