China Bersiap Memimpin Perdagangan Dunia Tanpa US Dollars…?

US Down
Kinerja US$ terus menjadi keprihatinan para pemimpin dunia, terutama negara yang memegang US$ dalam jumlah terbesar seperti China. Di sela-sela  pertemuannya dengan para petinggi Amerika awal pekan ini, secara terus terang asisten menteri keuangan China Zhu Guang Yau mengungkapkan : “Pemerintah China sebagai pemerintahan yang bertanggung jawab, pertama dan paling penting harus bertanggung jawab pada rakyat China. Jadi tentu kami prihatin dengan keamanan asset-asset China”. Yang dimaksud asset-asset China dalam pertemuan ini adalah asset China dalam bentuk US Treasury Debt yang kini nilainya telah mencapai US$ 801.5 milyar. 


Meskipun pertemuan ditutup dengan penuh semangat seperti yang diungkapkan oleh Menlu AS Hillary Clinton “kami telah meletakkan dasar-dasar yang positif, kooperatif dan hubungan yang komprehensif abad 21” ; dunia tidak menutup mata atas upaya-upaya lain yang nampaknya juga dilakukan oleh China sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap rakyat China – seperti yang diungkapkan oleh Zhu tersebut..

Ada dua hal yang dilakukan China untuk menggantikan atau setidaknya mengurangi ketergantungan terhadap US$ dalam perdagangan internasional.

Pertama adalah pendekatan bottom-up untuk menggantikan US$ dengan Yuan, tidak melalui system perbankan – tetapi melalui perdagangan. Dengan negara terbesar di Amerika selatan – Brasil misalnya , mereka telah menyepakati rencana untuk menggunakan Yuan langsung sebagai pengganti US Dollar dalam perdagangan antara kedua negara ini. Setelah itu, target besar berikutnya adalah OPEC yang diharapkan akan segera dapat menerima Yuan untuk pembayaran minyak produksi mereka.

Langkah kedua yang masih misterius karena sangat dirahasiakan, kemungkinan besar melibatkan juga negara kuat Jerman, selain Brasil, Rusia dan India yang bersama China sebelumnya telah intensif bicara dalam forum BRIC.

Yang mereka sedang persiapkan secara rahasia nampaknya semacam sistem barter yang canggih, yang tidak melibatkan uang fiat seperti US$. Hal ini sedikit bocor oleh pernyataan salah satu konsultan mereka yang antara lain mengungkapkan : “Ketika terjadi keambrukan (system finansial dunia yang didominasi US$), system ini tidak akan membutuhkan reserve currencies lagi, karena 95% dari transaksi akan berupa barter atau imbal dagang yang canggih melalui platform perdagangan yang sedang di design untuk siap beroperasi awal 2010. System baru ini akan meniadakan peran bank yang selama ini menjadi jalur sempit (bottleneck) dalam perdagangan secara local, nasional dan internasional”.

Betapapun siapnya negara China untuk menggantikan Amerika dalam perdagangan dunia, negara-negara yang penduduk terbesarnya Muslim seharusnya memiliki langkah-langkah tersendiri dan tidak mengikuti atau terbawa arus oleh negara lain, baik itu Amerika mapun China. Keduanya tidak bersahabat dengan dunia Islam seperti apa yang ditunjukkan Amerika di Palestina, dan apa yang dilakukan China terhadap saudara-saudara kita Muslim Uighur.

Selain karena faktor politik ini, sebenarnya dunia Islam telah memiliki platform perdagangan yang berbasis Dinar, yang memang sudah mengedepankan perdagangan benda riil ke benda riil lainnya. Dengan system Dinar, perdagangan tidak perlu ribet seperti dalam system barter – tetapi juga tidak perlu rentan terhadap fluktuasi nilai mata uang masing-masing negara karena nilai daya beli Dinar yang baku secara universal – tidak terpengaruh waktu dan tempat.

Negara-negara yang mau menggunakan system Dinar ini juga tidak perlu re-invent the wheel karena system yang mengatur perdagangan berbasis Dinar ini sudah lengkap, utuh dan proven karena telah lebih dari seribu tahun diterapkan dunia Islam – itulah syariah.

Dengan keunggulan-keunggulan system Dinar ini; seharusnya dunia Islam yang memimpin perdagangan dunia kedepan. Apalagi sumber daya alam terbesar seperti minyak, panas bumi, gas, hutan dan lain sebagainya tersedia dengan cukup di dunia Islam tersebut.

Namun kalau harapan ini terlalu jauh, bila pendekatan top-down dari pemimpin-peminpin negara Islam untuk rakyatnya sulit diharapkan;  maka umat Islam yang cerdas-pun dapat memulainya dengan pola bottom-up. Umat sendiri yang secara luas menyebarkan dan menggunakan system perdagangan berbasis Dinar yang adil, maka setelah itu pemerintah-pemerintah negeri muslim suka atau tidak suka akan mengikuti kemauan dan kepentingan rakyatnya. Insyaallah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar