Oleh : Muhaimin Iqbal
Sejak
kakek nenek moyang kita di surga yaitu Adam dan Hawa ketika beliau
diperkenalkan oleh Allah SWT kepada musuhnya, Allah SWT juga memberi
isyarat akan Economic Challenges yang
akan mereka hadapi bila mereka sampai keluar dari surga. Ini
menunjukkan betapa pentingnya aspek ekonomi agar mampu dikelola
mengikuti petunjuknya karena bila tidak kita akan celaka dan Allah SWT
sendiri yang mengabarkan ini bahkan ketika Adam dan Hawa belum perlu
berurusan dengan masalah-masalah ekonomi. Breafing ekonomi selagi Adam dan Hawa masih di surga ini tertuang dalam rangkaian tiga ayat berikut:
Kemudian
kami berfirman, "wahai Adam! sungguh ini (Iblis) musuh bagimu dan musuh
bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkan kamu
berdua dari syurga, nanti kamu celaka. Sungguh, ada (jaminan) untukmu
disana, engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan telanjang dan sungguh
disana engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimpa panas
matahari” (QS Taha :117-119)
Terimplikasi
dari rangkaian ayat tersebut jaminan atas ketersediaan pangan, sandang,
air minum dan perumahan tidak berlaku bagi Adam dan
keturunan-keturunannya ketika keluar dari surga, seperti kita yang masih
di dunia ini. Empat kebutuhan dasar inilah yang menggerakkan segala
kegiatan ekonomi manusia sejak turunnya Adam dari surga hingga kita yang
hidup di era post modern ini. Selama lebih dari tujuh puluh tiga tahun
Indonesia merdeka kita pun mengenal tiga kebutuhan pokok yaitu sandang,
pangan dan papan tetapi kita miss untuk kebutuhan dasar yang sangat penting yaitu air minum.
Selama
ini kita menganggap air minum tersedia begitu saja disekitar kita
sehingga tidak ada upaya untuk menghematnya apalagi melestarikannya.
Masyarakat-masyarakat perkotaan sudah merasakan dampak dari kesulitan
air minum ini dengan membayar mahal kebutuhan air minum mereka. Sejumlah
daerah juga mengalami defisit air minum hingga delapan bulan, bahkan
untuk pulau Jawa, Bali dan Lombok di prediksi akan mengalami defisit air
minum secara permanen (defisit dua belas bulan) pada tahun 2025 bila
kita tidak berbuat yang kita bisa sekarang ini.
Untuk
pangan Alhamdulillah konon orang Indonesia yang masih lapar sekarang
berada pada persentase satu digit. Namun karena jumlah penduduk
Indonesia yang berada dikisaran 260 juta jiwa, persentas kelaparan yang
satu digit tersebut bisa berarti melibatkan sekitar 20 juta orang. Yang
bisa makan dengan cukup pun, ekonomi pangan kita belum sepenuhnya
berpihak ke para pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi
pangan. Para petani menjadi kelompok masyarakat yang berpenghasilan
terendah di negeri ini. Mereka sering menjadi korban kebijakan publik
yang terkait dengan impor bahan pangan dari luar negeri.
Demikian
pula urusan sandang, negeri yang sudah tujuh puluh tiga tahun merdeka
ini masyarakatnya memang boleh dibilang tidak mengalami kesulitan untuk
berpakaian secara cukup. Namun lagi-lagi, kegiatan ekonomi yang terkait
dengan pengadaan sandang ini juga belum menguntungkan masyarakat kita.
Kita begitu banyak mengimpor tekstil dan produk tekstil dari luar negeri
sehingga mayoritas kita hanya menjadi pasar/konsumen dari kebutuhan
dasar ini.
Untuk
perumahan, masalahnya lain lagi. Kaum milenial terancam semakin sulit
untuk bisa memiliki rumah yang lebih terjangkau dari tempat kerjanya
ditengah meningkatnya harga lahan dan kosentrasi kegiatan ekonomi di
pusat-pusat kota.
Jadi
di empat kebutuhan dasar yang di indikasikan ke Adam dan Hawa selagi
masih di surga tersebut, kini terbukti benar-benar menjadi tantangan
ekonomi yang tidak mudah bagi kita yang hidup di dunia ini, lebih-lebih
ketika persaingan hidup secara global semakin terbuka. potensi-potensi
ekonomi kita seperti pasar sandang dan pangan yang sudah di serobot oleh
para pemasar global. Namun kita dijamin pula oleh Allah SWT, kita tidak
akan pernah tersesat dan juga tidak pernah celaka dalam urusan-urusan
tersebut dengan syarat kita mengikuti petunjuknya. Jaminan Allah SWT ini
ada di ayat berikut: Dia
(Allah) berfirman "turunlah berdua kamu dari surga bersama-sama,
sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Jika datang
kepadamu petunjuk dari-Ku, maka ketahuilah barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." (Q.S 20: 23)
Bahkan di ayat yang lain Allah SWT juga mengungkapkannya dengan ayat yang senada, yaitu sebagai berikut: kami berfirman, "Turunlah kamu semua dari surga! kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (Q.S 2:38)
Jadi
betapa besar pun tantangan ekonomi yang kita hadapi sesungguhnya kita
tidak perlu takut, bersedih, tersesat, apalagi celaka selagi kita
berpegang kepada petunjuk-Nya. Didalam Al Qur'an amat sangat banyak
ayat-ayat yang membahas detail dari setiap kebutuhan dasar tersebut
diatas. Bahkan lebih dari itu, juga setiap hal yang menunjang
terpenuhinya kebutuhan dasar tersebut, seperti masalah energi, keuangan,
perdagangan, sosial, kesehatan, pendidikan, teknologi, pencatatan
akutansi, kepemilikan hak, perlindungan atas kepemilikan hak, dan lain
sebagainya pendek kata seluruh detail kebutuhan kita ada petunjuk-Nya
dan ini dirangkum dalam satu ayat di surat An-Nahl ayat 89 yang intinya
menjelaskan bahwa Al Qur'an atau petunjuknya ini adalah untuk menjawab
semua persoalan.
Ada
belasan buku yang sudah saya tulis untuk menjelaskan berbagai hal
tersebut dan InsyaAllah masih akan terus menggali sumber petunjuk yang
tidak habis-habisnya ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar