Kekhalifahan dan Ecosystem di Alam…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Selasa, 12 Juni 2012

Dalam tingkah laku konsumsinya, perbedaan yang mendasar antara manusia dengan mahluk lain di muka bumi adalah mahluk lain hanya mengkonsumsi produk bumi yang renewable. Sebaliknya manusia menkonsumsi yang renewable dan juga yang non-renewable, yang renewable-pun banyak dikonsumsi melebihi kecepatan pembentukannya. Itulah sebabnya, manusia menjadi makhluk yang paling merusak di muka bumi ini. Tetapi sebaliknyapun bisa juga terjadi, karena manusia-lah yang diberi amanah untuk menjadi khalifah di muka bumi – maka dia harus bisa memperbaikinya, bukan hanya merusaknya.

Meninggalkan Riba : Dari Pendekatan Institusional Ke Pendekatan Produk…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Ahad, 10 Juni 2012

Setelah 1400 tahun lebih  riba dilarang bagi umat Islam dan 8 tahun setelah fatwa MUI tentang haramnya bunga bank, faktanya negeri dengan penduduk mayoritas muslim ini 95 % lebih masih mengelola keuangannya secara ribawi. Pertanyaannya adalah mengapa ini terjadi ?, ketika kita dilarang makan babi serta merta kita mau meninggalkannya. Ketika dilarang makan riba kok kita tidak bisa segera meninggalkannya ?, barangkali pendekatannya selama ini yang kurang pas benar. Maka saya akan mencoba memberikan pendekatan alternatifnya.

The Big Picture…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Kamis, 7 Juni 2012

Beberapa tahun lalu seorang pelukis Swedia berhasil membuat lukisan yang sangat besar seluas sekitar 8,000 m2 atau hampir 1.5 kali luasan lapangan bola. Saking besarnya lukisan yang memecahkan rekor Guinnes World Records ini, orang hanya bisa melihatnya dengan sempurna bila dia naik helicopter atau pesawat yang terbang rendah. Orang yang berdiri di atasnya malah tidak bisa melihat lukisan tersebut karena dia hanya akan melihat cat tumpah disana-sini dengan berbagai warnanya.

Peluang (dan Ancaman) Dari Business Model…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Rabu, 6 Juni 2012

Tiga puluh tahun lalu ketika masih kuliah satu-satunya perusahaan yang produk dan layanannya saya gunakan adalah Perum Pos dan Giro – yang kini namanya PT. Pos Indonesia (Persero). Layanan tersebut adalah untuk penerimaan wesel dari orang tua setiap bulan, dan surat-menyurat dengan calon ibunya anak-anak hampir setiap hari. Apakah mahasiwa kini mengandalkan PT. Pos untuk wesel dan surat-menyuratnya ?, kemungkinan besarnya kok tidak. Mereka kini lebih banyak menggunakan jasa bank (untuk pengiriman uang) dan telepon, sms, surel untuk komunikasinya.

Oleh: Muhaimin Iqbal
Selasa, 5 Juni 2012

Mahatma Gandi perlu waktu 32 tahun (1915 – 1947) untuk memerdekakan negerinya dari penjajahan Inggris dengan gerakan swasembada (swadeshi)-nya. Periode yang kurang lebih sama diperlukan negeri ini untuk kehilangan kemerdekaan ekonominya (1966-1998) yang ditandai dengan menunduknya presiden negeri ini ketika harus menanda tangani 50 butir kesepakatan (LOI – Letter of Intent) dengan IMF.  Yang saya ingin sampaikan adalah betapa dekatnya hubungan antara swasembada itu dengan kemerdekaan suatu bangsa.

Agar Anak Cucu Tidak Menjadi Sandra Bom Waktu Bahan Bakar…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Senin, 4 Juni 2012

Buah simalakama dalam pengelolaan kebutuhan bahan bakar telah kita rasakan dalam beberapa dekade belakangan ini, krisis politik dan keuangan 1997/1998 salah satu pemicunya juga kenaikan bahan bakar. Heboh rencana kenaikan bahan bakar dua bulan lalu juga nyaris menimbulkan krisis politik sebelum akhirnya pemerintah mengurungkan niatnya. Bukan berarti masalah selesai sampai disini, penyelesaian yang ada sekarang hanya menunda masalah tersebut dan sama sekali belum menyelesaikan akar masalahnya.

‘Baju Baru’ Sang Raja…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Jum'at, 1 Juni 2012

Dalam suatu kisah ada raja yang sangat disegani oleh rakyatnya. Apapun yang disabdakan raja - atau para pembantunya, rakyat harus percaya. Suatu hari raja membeli ‘baju baru’ dari tukang jahit kebanggaannya, konon hanya rakyat yang bodoh dan tidak taat yang tidak bisa melihat baju baru sang raja tersebut. Rakyatnya yang pinter dan taat harus bisa melihat dan mengagumi baju baru sang raja. Maka raja-pun keliling negeri mengenakan ‘baju-baru’nya untuk melihat kepandaian dan ketaatan rakyatnya.