Berani Berbeda

Jum'at, 7 Nopember 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Bila kita bisa mengikuti secara sungguh-sungguh petunjukNya yang diberikan ke kita melalui kitabNya dan sunnah-sunnah RasulNya, kita pasti menjadi orang yang berbeda. Berbeda ini fitrah dan sepenuhnya negeri ini mengakui perbedaan. Selain dalam aqidah dan ibadah khusus yang sudah pasti berbeda dengan umat lain, kita juga berbeda dalam berekonomi, berbudaya, dalam berpakaian , dalam makanan dan bahkan dalam berobat atau mencari penyembuhan atas penyakit kita. 


Dalam tulisan ini saya akan fokus pada dua hal yang terakhir yaitu makanan dan obat-obatan. Dalam hal makanan bila umat lain bisa makan dan minum apa saja yang menurut mereka enak, makanan kita tidak bisa sembarang makanan – makanan kita harus halal. Bahkan daging domba yang paling lezat dan paling sehat menurut World Healthiest Food  yaitu apa yang disebut grass-fed lamb – domba yang diberi makan rumput, bisa menjadi tidak halal hanya karena menyembilihnya tidak menyebut nama Allah.

Bukan hanya dalam zat makanannya yang berbeda, cara memperoleh makanan tersebut juga harus halal. Grass-fed lamb yang disembelih dengan menyebut nama Allah sekalipun bisa menjadi makanan yang tidak halal untuk kita makan bersama anak istri kita – bila cara memperolehnya dengan korupsi, mengambil hak orang lain dan dari uang riba.

Semuanya sudah benar, makanannya terjamin kehalalannya – cara memperolehnya juga sudah benar melalui cara yang hak – ketika akhirnya kita makan makanan tersebut – belum tentu juga kita mendapatkan keberkahan dari makanan ini. Yang terakhir ini – berkah - dirahasiakan oleh Allah bagian mana dari makanan tersebut yang berkah.

Tetapi melalui Nabi kita, kita diberi petunjuk bagaimana agar kita bisa memperoleh keberkahan dari makanan kita itu. Petunjuknya antara lain adalah dalam hadits berikut ;

Dari Jabir Radliallahu ‘Anhu berkata : “ Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “ Sesungguhnya setan mendatangi salah seorang dari kalian pada setiap keadaannya, hingga akan mendatanginya di saat makan. Sebab itu apabila jatuh sepotong makanan, maka hendaklah ia membersihkan kotorannya lalu memakannya. Dan hendaklah ia tidak membiarkannya dimakan oleh setan. Dan jika telah selesai makan, hendaklah ia menjilati jari-jemarinya, karena ia tidak tahu pada bagian makanan yang manakah adanya berkah”” (HR. Muslim).

Bagian dari rezeki kita yang paling bernilai – yaitu rezeki yang berkah, kita tidak pernah tahu yang mana itu. Ini juga sejalan dengan rezeki yang diberikan oleh Allah kepada orang yang bertakwa : “Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka…” (QS 65:3)

Selain asalnya yang tidak  disangka-sangka, jumlahnya juga tidak bisa dihitung : “ Dan Engkau memberi rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa bisa dihitung (tanpa batas)”. (QS 3:27)

Maka prinsip dasar yang sama dengan rezeki dan keberkahan untuk makanan  tersebut juga berlaku ketika kita berobat atau mencari penyembuhan atas penyakit yang kita derita.

Kita tahu hanya Allah-lah yang bisa menyembuhkan kita : “dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,” (QS 26 :80). Yang menyembuhkan hanya Allah, tetapi ikhtiar adalah kewajiban kita. Ikhtiar-pun tidak sembarang ikhtiar, ikhtiar yang melibatkan kemusrikan justru akan membuat si sakit seperti sudah jatuh ketimpa tangga pula. Semula diuji dengan penyakit fisik, tetapi malah gagal dengan ujian keimanan.

Ikhtiar secara ilmiah tanpa didasari keimanan-pun bisa jatuh kepada kemusrikan yang sama , yaitu bila kita mengira bahwa obat itulah yang menyembuhkan kita – padahal hanya Allah-lah yang menyembuhkan, obat-obatan hanya wasilah atau sarana/jalan untuk mencapai kesembuhan itu.

Indahnya petunjuk kita itu detil – dilengkapi penjelasannya dan dilengkapi pula dengan contoh-contoh soalnya. Dalam bidang mengobati penyakit misalnya, Ada hampir 100 tanaman obat yang ada contoh penggunaannya. Sampai-sampai seorang peneliti barat John Andrew Morrow berhasil mengkompilasinya dalam sebuah ensiklopedia yang disebut : “ Encyclopedia of Islamic Herbal Medicine” ( MacFarland & Company Inc. Publisher, London 2011).

Kharakter berbeda-nya umat ini bahkan juga ketika kita mengggunakan obat dari sumber bahan yang sama persis. Zaitun misalnya, yang selain disebut langsung di Al-Qur’an sebagai pohon yang banyak berkahnya ( QS 24:35), juga disebut dalam hadits menyembuhkan 70 penyakit – diantaranya penyakit paling serius di jaman itu yaitu penyakit kusta atau lepra.

Dimana perbedaan cara berobat kita dengan umat lain yang juga menggunakan zaitun di jaman ini ?

Dunia kapitalisme barat jaman ini menjadikan industri obat hanyalah salah satu cara untuk menggeruk keuntungan sebesar-besarnya dan mengeksploitasi orang lain atas temuan-temuan ilmiahnya. Sebuah perusahaan obat di Amerika misalnya sudah sejak tahun 1970-an meneliti daun zaitun sebagai obat. Maka mereka berusaha untuk meneliti bagian mana dari zaitun ini yang berkhasiat untuk penyembuhan.

Mereka menduga bahwa yang berkhasiat untuk penyembuhan itu Calcium Elenolate yang diturunkan dari zat pahit yang adanya di daun zaitun. Zat pahit di daun zaitun itu sendiri diidentifikasi oleh para ilmuwan awal abad lalu (1900-an) sebagai Oleuropein.

Untungnya perusahaan obat di Amerika tersebut tidak berhasil meyakinkan diri mereka sendiri bahwa Calcium Elenolate tersebut-lah yang merupakan unsur penyembuh utama dari daun zaitun. Mereka hanya menemukan bahwa seandainya Calcium Elenolate itu-pun dijadikan obat, maka dia menjadi obat yang paling aman di dunia – karena ketika hewan percobaannya diinjeksi dengan dosis ratusan kali dari yang seharusnya – hewan tersebut tetap segar bugar.

Secara umum dunia barat akhirnya kembali kepada zat yang mereka temukan abad lalu yaitu Oleuropein – yang mereka anggap inilah zat penyembuh dari zaitun itu. Maka Ekstrak daun zaitun yang ada di pasaran dunia sekarang yang disebut OLE (Olive Leaf Extract) kwalitasnya ditentukan berdasarkan kandungan Oleuropein ini.

Mereka juga menemukan bahwa Oleuropein sebagai antioxidant yang menyembuhkan berbagai penyakit modern – yang umumnya disebabkan oleh radikal bebas (karena pencemaran udara, air, factor makanan dlsb) – mempunyai kemampuan sekitar 20 kali lebih kuat dari tanaman paling kuat antioxidant lainnya. Ukuran kekuatan antioxidant ini dihitung dari apa yang mereka sebut ORAC (Oxygen Radical Absorbance capacity) – kapasitas menyerap radikal oksigen.

Mereka cukup puas dengan obat yang efektifitasnya 20 kali dari tanaman herbal terbaik lainnya, sedangkan kepada kita dijanjikan sesuatu yang nilainya 29,000 – 100,000 atau bahkan lebih kali sesuatu yang sejenis – itulah berkah, pernah saya tulis hitungannya dalam tulisan berjudul Matematika Berkah. Kita hanya tidak diberi tahu persis dari mana bagian dari zaitun ini yang paling berkah.

Maka cara mengambil keberkahan zaitun sebagai makanan atau obat ya persis seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut di atas – yaitu sampai ‘mengambil yang jatuh dan membersihkannya’, sampai ‘menjilati jari-jemari kita’ karena kita tidak pernah tahu bagian mananya yang berkah.

Tidak tahu bukan berarti tidak berilmu, zaitun sudah menjadi obat 13 abad sebelum orang barat menemukan Oleuropein – yang mereka duga itulah obat. Bisa jadi Oleuropein adalah bagian dari yang berkhasiat sebagai obat itu, tetapi tetap sangat banyak zat lain yang juga berefek penyembuhan  yang ada pada zaitun, sebagian sudah ditemukan manusia – sebagian lainnya belum.

Prinsip lain yang juga sangat berbeda dengan mereka yang tidak mengenal halal-haram adalah cara mengambil zat yang kita anggap bermanfaat itu. Sesuatu yang asalnya berkah, bisa kehilangan keberkahannya atau bahkan menjadi haram ketika dicampur dengan sesuatu yang haram. Contohnya adalah jual beli, pada umumnya halal dan Allah memberkahi pedagang yang jujur. Tetapi jual beli ini menjadi haram ketika ada unsur menipu didalamnya.

Nah bayangkan sekarang dengan daun dari  pohon zaitun yang diberkahi ini kemudian diekstrak dengan standar teknologi yang dipakai di dunia sekarang – yaitu melibatkan alcohol – maka keberkahan zaitun menjadi hilang bahkan menjadi haram untuk kita konsumsi.

Maka sampai kepada cara mengambil zat yang ada di dalam zaitun itu sendiri – atau yang disebut proses ekstraksi, kita juga harus menggunakan cara yang berbeda. Itulah sebabnya kita mengembangkan teknologi yang kita sebut Cold Water Fresh Extraction with Controlled Humidity Drying – ekstraksi segar dengan air dingin dan dengan menggunakan pengeringan melalui kendali kelembaban.

Dengan teknik ini, maka tidak ada zat yang terbuang dan tidak ada zat yang ditambahkan. Tidak ada yang terbuang karena seperti dalam hadits tersebut di atas – kita tidak pernah tahu bagian mana yang paling berkah dari pohon berkah ini, maka kita berusaha mengambil semuanya.


Ibaratnya kalau kita tega makan daunnya untuk berobat – maka daun segar itulah yang kita makan sebagai obat.  Hanya saja kan tidak enak dan tidak praktis, maka dengan teknologi tersebut kita bisa membuatnya mudah untuk dikonsumsi, didistribusikan dan praktis untuk disimpan juga.

Lantas bagaimana dengan zat sisa ekstraksi berupa cairan dan ampasnya ?, justru disinilah esensi dari keberkahan itu. Ketika kita mencari obat untuk kita sendiri-pun, kita lakukan sambil memberi sumber makanan yang baik bagi ternak kita – ampas dari ekstraksi daun zaitun ini masih mengandung berbagi mineral yang baik untuk ternak kita – kalau rasanya masih agak pahit-pahit sehingga ternak kurang suka, bisa dilakukan fermentasi untuk membuat aromanya menjadi lebih menarik dan lebih mudah untuk dicerna oleh ternak kita.

Air sisa ektraksi – yang tiada lain adalah berupa air yang semula digunakan untuk media ekstraksi, tetapi kemudian terbawa didalamnya berbagai zat sisa ekstraksi daun pohon yang banyak berkahnya ini – insyaAllah bisa kita gunakan untuk menyirami tanaman kita, baik secara langsung ataupun melalui proses fermentasi untuk meningkatkan efektifitas dan daya simpannya.

Keberkahan lainnya adalah dampak lingkungannya dengan industri yang dikembangkan berdasarkan petunjuk semacam ini. Bila pabrik obat pada umumnya, limbahnya berbahaya bagi lingkungan karena baik zat maupun prosesnya banyak melibatkan zat kimia.

Industri obat herbal yang hanya menggunakan air dan daun ini sama sekali tidak memiliki limbah, semuanya bermanfaat. Obatnya untuk manusia, ampasnya untuk ternak dan air sisa ekstraksi menjaga kesuburan tanaman.

…Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda(antara yang hak dan yang batil) …” (QS 2:185)

“(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS 3 : 138-139)

By design-Nya kita memang dirancang untuk berbeda, berbeda untuk menjadi lebih baik dan lebih unggul – bila menggunakan kitabNya sebagai petunjuk dan pelajaran. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar