Dunia Luas Dengan Daun Kelor

Jum'at, 14 Nopember 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Dalam pepatah ‘dunia tidak sesempit daun kelor’ – daun kelor diartikan sebagai sesuatu yang sempit atau kecil. Tidak banyak yang tahu bahwa arti (manfaat) harfiah daun kelor sesungguhnya sangat luas. Badan dunia WHO bahkan sudah 40 tahun terakhir menggunakan daun kelor ini untuk mengatasi malnutrisi pada anak-anak di negeri yang mengalami krisis pangan. Daun kelor insyaAllah bisa menjadi salah satu unggulan Indonesia di pasar MEA, bahkan pasar global nantinya. How ? 


Di dunia pesantren saya waktu kecil, Pak Kyai suka mengobati orang dengan daun kelor ini. Baik penyakit yang sifatnya fisik seperti luka dan korengan, sampai penyakit non fisik seperti gangguan setan. Pak Kyai pasti tidak sembarang mengobati, beliau punya dasar.

Mengenai daun kelor atau minyak dari buah kelor untuk mengusir setan  misalnya – ada di kitab Tibb al-A’immah, saya tidak mengenal siapa penulisnya. Yang lebih kuat dari ini adalah kitab Ath_Tibbun Nabawi-nya  Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Dalam kitab yang terakhir ini yang disebut adalah minyak minyak Baan atau minyak ben, digunakan bila minyak yang terbaik yaitu minyak zaitun tidak tersedia.

Pohon, daun dan buah kelor
Minyak ben (ben oil) dalam Encyclopedia of Islamic Herbal Medicine dihasilkan dari tanaman yang nama latinnya Moringa oleifera atau dalam bahasa kita dikenal sebagai pohon kelor (Jawa, Sunda, Bali dan Lampung), kerol (Buru), Maronggih (Madura), drumstick , miracle tree, magic tree, tree of life, the tree of paradise, mother best tree (Inggris), kalor, marunggai dan sajian (Melayu).

Meskipun seluruh pohon kelor mulai dari akar, pohon , daun dan buah-nya bermanfaat, daun dan buahnya yang sangat berpotensi untuk digarap secara serius menjadi unggulan komoditi kita. Kelor memang bisa tumbuh di seluruh dunia, tetapi habitat terbaiknya adalah negeri panas tropis – dan itu berarti Indonesia banget.

Daunnya memiliki nutrisi yang sangat lengkap, daun basahnya saja mengandung karbohidrat 12.5 %,  protein sampai hampir 7 % disamping kaya dengan vitamin A,  B1, B2, C, Calcium, Kalium dan berbagai mineral lainnya. Dalam kondisi kering, daun kelor memiliki kandungan protein sampai 27 %, tidak heran WHO menjadikan daun kelor ini untuk mengatasi malnutrisi di sejumlah negara.

Sekedar menunjukkan perbandingannya, dengan berat yang sama vitamin C yang ada di daun kelor segar 7 kali lebih banyak dari yang ada pada jeruk,  Vitamin A-nya 4 kali dari yang ada di wortel, Calciumnya 4 kali dari yang ada di susu, Kaliumnya  3 kali dari yang ada di pisang, dan proteinnya 2 kali dari yang ada di yoghurt. Bisa dibayangkan dasyatnya nutrisi yang ada  didalamnya bila kita buat ekstrak segar daun kelor !

Khasiat daunnya terhadap upaya penyembuhan penyakit juga sudah sangat banyak diriset di berbagai negara, antara lain bersifat antimicrobial, antiinflammatory, antioxidant, menurunkan tekanan darah, menurunkan kolesterol jahat, menurunkan gula darah, melindungi hati, antitumor, melancarkan darah dan kerja jantung.

Sebagaimana Ibnu Qayyim dalam kitab tersebut menyandingkan minyak terbaik yaitu minyak zaitun dengan minyak ben atau minyak kelor ini, maka kurang lebih seperti inipula kita menyandingkan produk unggulan kita zaitun dengan potensi unggulan lokal yaitu kelor.

Hubungan zaitun dan kelor itu seperti negeri Syam dan negeri kita Indonesia. Bahwa pohon zaitun diberkahi oleh Allah itu sudah pasti ( QS 24:35) demikian pula dengan negeri Syam (QS 17:1), kita di Indonesia juga bisa diberkahi tetapi bersyarat – yaitu bila penduduknya beriman dan bertakwa (QS 7 : 96).

Maka demikianlah pohon kelor yang kita gunakan sebagai makanan suplemen dan sarana pengobatan, insyaAllah bisa mendatangkan keberkahan bila kita penuhi syaratnya – yaitu menggunakannya dengan keimanan dan ketakwaan kita. Yang paling sederhana ya kita tidak meyakini bahwa kelor ini yang menyembuhkan – hanya Allah-lah yang menyembuhkan (QS 26:80), sedangkan kelor hanyalah salah satu sarana saja.

Meskipun hanya sebagai salah satu sarana penyembuhan, secara ekonomi kita punya peluang terbaik dibandingkan dengan negeri-negeri lain. Masyarakat kita sudah sangat mengenal kelor ini – sampai ada pepatah ‘dunia tidak sesempit daun kelor ‘ tersebut di atas.

Kelor mudah ditanam, bahkan cabang yang ditancapkan untuk pagar-pun bisa tumbuh. Artinya bila kita belum bisa memproduksi zaitun dalam jumlah besar, second best-nya kita punya kelor yang siap dikembangkan secara terstruktur, massif dan massal (TSM). Baik untuk pengobatan maupun untuk makanan suplemen pendongkrak gizi seperti yang dilakukan oleh WHO tersebut di atas.

Lebih-lebih Alhamdulillah kita juga sudah diberi ilmu olehNya untuk mengolah daun kelor ini, yaitu dengan ilmu yang sama yang kita gunakan untuk mengolah daun zaitun dengan teknologi CWFE-CHD (Cold Water Fresh Extraction with Controlled Humidity Drying).

Dengan teknologi ini, nutrisi yang ada di daun kelor hasil ekstraksi akan secara maksimal dipertahankan, terjamin kehalalannya karena proses ekstraksi hanya menggunakan air dingin. Dengan teknologi ini secara harfiah kita bisa makan pagar yang bergizi tinggi !

Dunia butuh sumber-sumber gizi baru, butuh obat yang aman dan khusus umat muslim juga harus terjamin kehalalannya – salah satunya sudah ada di sekitar kita, yang kita lakukan tinggal mensyukurinya dengan memanfaatkannya untuk kepentingan umat manusia seluruhnya.

Sayangnya, sudah 30 tahun lebih saya meninggalkan pesantren kecil di desa – dimana pohon kelor ada di pekarangan kita, bagi para pembaca yang mau beramal shaleh dengan membantu saya menemukan kembali bibit-bibit kelor khususnya stek batang – agar cepat bisa kita budidayakan – saya akan sangat berterima kasih.

Atau kalau tidak , di desa Anda mungkin sudah banyak tanaman ini – bisa mulai kita data dan kumpulkan potensi produksinya, kita bangun jaringan pemasarannya – insyaAllah bisa menjadi komoditi unggulan baru bagi kita semua.

Bila zaitun produksinya sudah dikuasai Eropa - nama ilmiahnya-pun disebut Olea europaea, sulit kita mengejar keunggulan Spanyol, Italia, Yunani dlsb. Yang sedang kita upayakan hanyalah insyaAllah unggul di tingkat Asia, maka kita perkenalkan visi Olea.Asia.

Namun tidak demikian dengan kelor, sejauh ini belum ada satupun negeri yang bisa meng-klaim unggul di bidang produksi kelor. Kitalah yang berpeluang terbaik untuk itu, selain buminya sudah cocok – juga tidak perlu lahan pertanian baru untuk ini.

Cukup kita mengganti pagar-pagar beton ataupun pagar tanaman yang belum kita tahu manfaatnya, dengan pagar yang lebih indah, lebih alami dan lebih bermanfaat, yaitu dengan batang-batang pohon kelor. Berbeda dengan pepatah yang sudah mendarah daging tersebut, bagi kita dunia bisa menjadi lebih luas (berkah) dengan daun kelor, InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar