Oleh: Muhaimin Iqbal
Dalam pepatah ‘dunia tidak sesempit daun kelor’ – daun kelor diartikan sebagai sesuatu yang sempit atau kecil. Tidak banyak yang tahu bahwa arti (manfaat) harfiah daun kelor sesungguhnya sangat luas. Badan dunia WHO bahkan sudah 40 tahun terakhir menggunakan daun kelor ini untuk mengatasi malnutrisi pada anak-anak di negeri yang mengalami krisis pangan. Daun kelor insyaAllah bisa menjadi salah satu unggulan Indonesia di pasar MEA, bahkan pasar global nantinya. How ?
Di
dunia pesantren saya waktu kecil, Pak Kyai suka mengobati orang dengan
daun kelor ini. Baik penyakit yang sifatnya fisik seperti luka dan
korengan, sampai penyakit non fisik seperti gangguan setan. Pak Kyai
pasti tidak sembarang mengobati, beliau punya dasar.
Mengenai daun kelor atau minyak dari buah kelor untuk mengusir setan misalnya – ada di kitab Tibb al-A’immah, saya tidak mengenal siapa penulisnya. Yang lebih kuat dari ini adalah kitab Ath_Tibbun Nabawi-nya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.
Dalam kitab yang terakhir ini yang disebut adalah minyak minyak Baan
atau minyak ben, digunakan bila minyak yang terbaik yaitu minyak zaitun
tidak tersedia.
Meskipun
seluruh pohon kelor mulai dari akar, pohon , daun dan buah-nya
bermanfaat, daun dan buahnya yang sangat berpotensi untuk digarap secara
serius menjadi unggulan komoditi kita. Kelor memang bisa tumbuh di
seluruh dunia, tetapi habitat terbaiknya adalah negeri panas tropis –
dan itu berarti Indonesia banget.
Daunnya memiliki nutrisi yang sangat lengkap, daun basahnya saja mengandung karbohidrat 12.5 %, protein sampai hampir 7 % disamping kaya dengan vitamin A, B1,
B2, C, Calcium, Kalium dan berbagai mineral lainnya. Dalam kondisi
kering, daun kelor memiliki kandungan protein sampai 27 %, tidak heran
WHO menjadikan daun kelor ini untuk mengatasi malnutrisi di sejumlah
negara.
Sekedar
menunjukkan perbandingannya, dengan berat yang sama vitamin C yang ada
di daun kelor segar 7 kali lebih banyak dari yang ada pada jeruk, Vitamin A-nya 4 kali dari yang ada di wortel, Calciumnya 4 kali dari yang ada di susu, Kaliumnya 3 kali dari yang ada di pisang, dan proteinnya 2 kali dari yang ada di yoghurt. Bisa dibayangkan dasyatnya nutrisi yang ada didalamnya bila kita buat ekstrak segar daun kelor !
Khasiat daunnya terhadap upaya penyembuhan penyakit juga sudah sangat banyak diriset di berbagai negara, antara lain bersifat antimicrobial, antiinflammatory, antioxidant,
menurunkan tekanan darah, menurunkan kolesterol jahat, menurunkan gula
darah, melindungi hati, antitumor, melancarkan darah dan kerja jantung.
Sebagaimana
Ibnu Qayyim dalam kitab tersebut menyandingkan minyak terbaik yaitu
minyak zaitun dengan minyak ben atau minyak kelor ini, maka kurang lebih
seperti inipula kita menyandingkan produk unggulan kita zaitun dengan
potensi unggulan lokal yaitu kelor.
Hubungan
zaitun dan kelor itu seperti negeri Syam dan negeri kita Indonesia.
Bahwa pohon zaitun diberkahi oleh Allah itu sudah pasti ( QS 24:35)
demikian pula dengan negeri Syam (QS 17:1), kita di Indonesia juga bisa
diberkahi tetapi bersyarat – yaitu bila penduduknya beriman dan bertakwa
(QS 7 : 96).
Maka
demikianlah pohon kelor yang kita gunakan sebagai makanan suplemen dan
sarana pengobatan, insyaAllah bisa mendatangkan keberkahan bila kita
penuhi syaratnya – yaitu menggunakannya dengan keimanan dan ketakwaan
kita. Yang paling sederhana ya kita tidak meyakini bahwa kelor ini yang
menyembuhkan – hanya Allah-lah yang menyembuhkan (QS 26:80), sedangkan
kelor hanyalah salah satu sarana saja.
Meskipun
hanya sebagai salah satu sarana penyembuhan, secara ekonomi kita punya
peluang terbaik dibandingkan dengan negeri-negeri lain. Masyarakat kita
sudah sangat mengenal kelor ini – sampai ada pepatah ‘dunia tidak
sesempit daun kelor ‘ tersebut di atas.
Kelor
mudah ditanam, bahkan cabang yang ditancapkan untuk pagar-pun bisa
tumbuh. Artinya bila kita belum bisa memproduksi zaitun dalam jumlah
besar, second best-nya
kita punya kelor yang siap dikembangkan secara terstruktur, massif dan
massal (TSM). Baik untuk pengobatan maupun untuk makanan suplemen
pendongkrak gizi seperti yang dilakukan oleh WHO tersebut di atas.
Lebih-lebih
Alhamdulillah kita juga sudah diberi ilmu olehNya untuk mengolah daun
kelor ini, yaitu dengan ilmu yang sama yang kita gunakan untuk mengolah
daun zaitun dengan teknologi CWFE-CHD (Cold Water Fresh Extraction with
Controlled Humidity Drying).
Dengan
teknologi ini, nutrisi yang ada di daun kelor hasil ekstraksi akan
secara maksimal dipertahankan, terjamin kehalalannya karena proses
ekstraksi hanya menggunakan air dingin. Dengan teknologi ini secara
harfiah kita bisa makan pagar yang bergizi tinggi !
Dunia
butuh sumber-sumber gizi baru, butuh obat yang aman dan khusus umat
muslim juga harus terjamin kehalalannya – salah satunya sudah ada di
sekitar kita, yang kita lakukan tinggal mensyukurinya dengan
memanfaatkannya untuk kepentingan umat manusia seluruhnya.
Sayangnya,
sudah 30 tahun lebih saya meninggalkan pesantren kecil di desa – dimana
pohon kelor ada di pekarangan kita, bagi para pembaca yang mau beramal
shaleh dengan membantu saya menemukan kembali bibit-bibit kelor
khususnya stek batang – agar cepat bisa kita budidayakan – saya akan
sangat berterima kasih.
Atau
kalau tidak , di desa Anda mungkin sudah banyak tanaman ini – bisa
mulai kita data dan kumpulkan potensi produksinya, kita bangun jaringan
pemasarannya – insyaAllah bisa menjadi komoditi unggulan baru bagi kita
semua.
Bila zaitun produksinya sudah dikuasai Eropa - nama ilmiahnya-pun disebut Olea europaea,
sulit kita mengejar keunggulan Spanyol, Italia, Yunani dlsb. Yang
sedang kita upayakan hanyalah insyaAllah unggul di tingkat Asia, maka
kita perkenalkan visi Olea.Asia.
Namun
tidak demikian dengan kelor, sejauh ini belum ada satupun negeri yang
bisa meng-klaim unggul di bidang produksi kelor. Kitalah yang berpeluang
terbaik untuk itu, selain buminya sudah cocok – juga tidak perlu lahan
pertanian baru untuk ini.
Cukup
kita mengganti pagar-pagar beton ataupun pagar tanaman yang belum kita
tahu manfaatnya, dengan pagar yang lebih indah, lebih alami dan lebih
bermanfaat, yaitu dengan batang-batang pohon kelor. Berbeda dengan
pepatah yang sudah mendarah daging tersebut, bagi kita dunia bisa
menjadi lebih luas (berkah) dengan daun kelor, InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar