Guru...Berdiri, Murid...Berlari

Senin, 8 Desember 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal 
 
Bila negeri-negeri berkembang terus berjuang memerangi kemiskinan tentu ini adalah hal yang wajar karena di negeri-negeri tersebut memang masih banyak kemiskinan. Yang mungkin tidak banyak yang tahu adalah bahwa negeri adikuasa-pun terus berjuang melawan kemiskinan, apakah ini mudah bagi mereka ? Ternyata tidak juga. Setengah abad mereka berjuang memerangi kemiskinan tetapi yang terjadi malah kemiskinan di negeri mereka juga terus membengkak. Apakah kita layak mencontoh, berguru atau mengidolakan sesuatu yang gagal ? 


Di Amerika misalnya, setengah abad yang lalu (1964) – presiden mereka Lyndon B. Johnson (LBJ) – mengumumkan perang melawan kemiskinan di negeri itu. Saat itu kemiskinan di Amerika berada pada tingkat 19 %, tetapi upaya ini hanya efektif kurang lebih 10 tahun  ketika mereka berhasil menurunkan tingkat kemiskinannya ke level 11.2 %. Selebihnya kemiskinan itu cenderung kembali naik.

Jumlah Rakyat Penerima Food Stamp di AS
Indikatornya adalah grafik  disamping yang menunjukkan jumlah rakyat Amerika yang menerima bantuan makanan (food –Stamp). Pada tahun 1975 atau sekitar 10 tahun sejak  LBJ menyatakan perang terhadap kemiskinan, penerima food stamp sekitar 17 juta orang atau 7.9 % dari penduduk Amerika. Tahun lalu (2013) penerima food stamp itu berjumlah 47 juta atau 14.9 % dari jumlah penduduk Amerika.

Ironinya lagi adalah di negeri adikuasa itu jumlah hutangnya juga terus melonjak secara sangat cepat. Ada situs yang mengikuti jumlah hutang itu secara real time yaitu antara lain www.brillig.com . Di puncak krisis financial global tahun 2008 hutang mereka berada pada angka US$ 10.6 trilyun. Ketika saya akses lagi kemarin sore ketika saya menyiapkan data untuk tulisan ini (07/12/2014), jumlah hutang itu telah mendekati US$ 18 trilyun.

Bila pada tahun 2008 rata-rata rakyat Amerika menanggung hutang US$ 34,860 ; kini rata-rata mereka menanggung hutang US$ 56,327. Jadi selain kemiskinan membengkak, hutang pemerintahnya-pun membengkak. Lantas untuk apa hutang tersebut kok tidak berhasil mengentaskan kemiskinan ?

Lonjakan Hutang AS
Hutang-hutang pemerintah untuk stimulus ekonomi pada umumnya hanya menguntungkan golongan yang kaya – sehingga yang kaya semakin kaya. Tetapi si miskin bukan hanya tambah miskin , tetapi jumlah si miskin ini terus bertambah banyak.

Kok bisa, di satu sisi orang kaya tambah kaya – tetapi yang miskin juga terus bertambah miskin dan jumlahnya terus bertambah banyak ? apa yang menyebabkannya ?. Supaya tidak ada subjectivity saya dalam menilai ekonomi mereka, saya ambilkan analisa bertambah banyaknya orang miskin di Amerika ini dari penulis mereka sendiri yang sangat kondang – yaitu Robert T Kiyosaki.

Dalam buku dia yang terbaru Second Chance (Plata Publishing , 2014), dia mengungkapkan bahwa ada tiga hal yang mencuri kekayaan orang Amerika sehingga puluhan juta orang menjadi miskin dalam arti yang sebenarnya – sampai harus diberi food stamp.

Pertama adalah ketidak-adilan pajak, rakyat kebanyakan yang hanya bisa bekerja sebagai pegawai (Employee), mereka terkena pajak rata-rata sebesar 40 % dari penghasilannya. Para pekerja mandiri (self-employed), usaha kecil, para professional seperti dokter dan lawyer mereka malah terkena pajak yang sangat tinggi lagi hingga 60 %.

Kwadrant Pajak
Di lain pihak para pemilik usaha besar, perusahaan dengan karyawan lebih dari 500 orang – mereka hanya terkena pajak sebesar 20 %. Dan yang luar biasa adalah untuk para investor, sahamnya bisa terus melonjak nilainya demikian pula dengan asset-asetnya – untuk ini pajak mereka  0 (nol) % !

Kedua yang mencuri kekayaan rakyat mereka adalah inflasi, yaitu ketika pemerintah terus menemukan cara-cara kreatif dalam ‘mencetak uang’ dari awang-awang, maka penghasilan masyarakat kebanyakan – yang cenderung stagnan – akan terus kehilangan daya beli.

Ketiga adalah system perbankan yang disebut Fractional Reserve System, dimana bank hanya perlu memiliki cadangan sebesar angka fractional reserve tersebut – misalnya 10 %, maka bank boleh memberi pinjaman sampai sepuluh kalinya. Ini juga cara cerdas untuk ‘mencetak uang’ dari awang-awang yang berbuntut pada hilangnya daya beli masyarakat yang menabung. Dalam bahasa  ‘Rich Dad’ Kiyosaki ini disebut saver are losers – para penabung adalah pihak yang kalah.

Analisa proses pemiskinan sebagian besar rakyat tersebut memang diungkapkan oleh Robert T Kiyosaki berdasarkan apa yang terjadi  di masyarakat  Amerika, tetapi karena system capitalism yang dikembangkan di Amerika – juga diikuti dengan sadar ataupun tidak oleh negara-negara lain di dunia, maka proses pemiskinan yang kurang lebih sama terjadi di seluruh dunia – bahkan dengan tingkat akselerasi yang lebih cepat – ingat pepatah Guru ….Berdiri, Murid….Berlari !

Dari sekitar 7.3 milyar penduduk dunia saat ini, 4 milyarnya berada di posisi Bottom of Pyramid – yaitu bagian bawah piramida sosial – yang paling miskin, dengan daya beli dibawah US$ 2 per hari. Menurut laporannya McKinsey 2012, dengan standar US$ 2 per hari yang sama, sekitar separuh penduduk negeri ini juga berada dibawah garis kemiskinan – berarti kini jumlahnya sekitar 125 juta orang.

Struktur masyarakat yang berat di bawah seperti ini tidak akan sustainable – tidak bisa berkelanjutan. Sesuatu yang tidak seimbang – tidak balance – juga tidak akan sustainable. Anda bisa terus mengendarai sepeda roda dua tanpa jatuh – karena ada keseimbangan disana, ada sesuatu yang berputar – yaitu roda – sehingga Anda seimbang.

Demikian pula kita bisa terus tinggal di bumi dengan aman sampai hari kiamat – karena sampai hari itu matahari, dan bulan terus berputar dan beredar di garis edarnya masing-masing ( QS 36 :38-40). Ketika matahari dibenturkan dengan bulan (QS 75 :9) , baru saat itulah kehidupan di bumi berakhir.

Jadi untuk menjaga sesuatu agar bisa berkelanjutan, dibutuhkan keseimbangan – itulah mengapa Allah menekankan sekali untuk ditegakkan keseimbangan ini  dan kita tidak boleh mengganggu keseimbangan tersebut (QS 55 : 7-9). Untuk keseimbangan ini dibutuhkan perputaran yang terus menerus.

Dalam dunia ekonomi-pun juga demikian, keseimbangan eknomi hanya akan terjadi bila terjadi perputaran harta secara terus menerus. Itulah sebabnya harta tidak boleh  hanya berputar di golongan yang kaya saja ( QS 59 :7), harta harus berputar bebas sampai golongan yang miskin sekalipun – ini berarti akses capital harus milik semua masyarakat.

Bukan hanya modal, si miskin juga harus bisa dengan mudah memutar asetnya dalam perdagangan – ini berarti akses pasar. Untuk bisa berjualan, dia juga harus memiliki sesuatu yang bisa dijual secara terus menerus – yang berarti dia harus bisa berproduksi – akses produksi.

Akses modal, akses pasar dan akses produksi inilah tiga hal yang bila dibuka secara adil untuk semua orang – akan membentuk keseimbangan ekonomi melalui transformasi spiral – yang pernah saya tulis di awal tahun ini dalam judul tulisan “Masyarakat Solusi – Bukan Beban dan Bukan Korban”.

Bila ekonomi bisa terus berputar dengan panduan ayat-ayatNya seperti beberapa yang saya kutib tersebut di atas, keseimbangan antara yang miskin dan yang kaya akan terjadi. Kemiskinan bisa jadi akan tetap ada – sebagaimana juga kekayaan – karena Allah menciptakan segala sesuatu itu berpasangan ( QS 36 : 36), tetapi namanya berpasangan mestinya jumlahnya (relative) sama. Ada sedikit orang kaya, sedikit orang miskin – dan yang paling banyak adalah orang-orang yang berkecukupan.

Inilah keseimbangan  yang harus dicapai di segala bidang karena  dengannya kehidupan di bumi ini akan bisa  terus bisa berkelanjutan – sampai Dia sendiri yang menentukan kapan keseimbangan dan kehidupan itu akan diakhiri. Tugas kita hanya menjaga – dan jangan sampai merusaknya.

Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia menciptakan keseimbangan. Agar kamu tidak merusak keseimbangan itu. Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu.” (QS 55 : 7-9).

Sekarang ada dua pelajaran di depan mata kita, yang satu terbukti merusak keseimbangan sebagaimana fakta-fakta yang diungkap Kiyosaki tersebut di atas – yang satu mengajurkan kita menegakkannya dan tidak merusaknya. Lantas mana yang kita pilih ? masihkah kita akan terus mengikuti mereka meskipun mereka akan (segera) masuk lubang biawak ? Pilihan guru kita ini akan menentukan kemana tujuan hidup yang akan kita capai – maka jangan sampai salah memilih guru !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar