Oleh: Muhaimin Iqbal
Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi bahwa sekitar 1.3 milyar ton bahan makanan terbuang secara sia-sia setiap tahunnya. Sementara di satu sisi dunia berjuang untuk memproduksi makanan, di sisi lain makanan yang sudah diproduksi disia-siakan. Salah satu kunci untuk menurunkan jumlah bahan makanan yang terbuang adalah dengan mengolahnya dengan baik, agar bahan pangan bisa disimpan lebih lama dan mudah didistribusikan ke daerah yang membutuhkannya.
Bukan hanya mencegah pemborosan yang membuat kita bersaudara dengan
setan (QS 17:27), mengolah pangan dengan baik juga akan menjadi peluang
tersendiri bagi yang bisa atau mau melakukannya. Inilah yang antara
lain juga dipelajari di Agroforestry Apprenticeship Program (AAP) yang saat ini sedang berlangsung di Jonggol Farm.
Kita
diberi makanan yang sangat cukup dan petunjukNya langsung dimulai dari
perintah untuk kita memperhatikan makanan kita tersebut (QS 80 :24),
maka bisa kita lihat penjabarannya dalam table dibawah – betapa lengkap
makanan yang disediakanNya untuk kita tersebut. Setiap unsur yang makro
maupun mikro terlengkapi satu sama lain dari berbagai sumber makanan
yang kita disuruh memperhatikan ini.
Setelah sumber-sumber keamanan pangan yang paling lengkap tersebut kita ketahui, challenge berikutnya tentu saja adalah bagaimana memproduksinya secara efisien – inilah yang sedang kita lakukan di kebun model kita.
Tetapi
katakanlah kita nantinya insyaAllah sukses memproduksi berbagai bahan
makanan tersebut secara lengkap dan cukup, pencapaian ini belum akan
berarti banyak bila akhirnya toh sebagiannya terbuang karena tidak
berhasil dikonsumsi oleh orang yang membutuhkan pada waktunya.
Maka
disinilah letak perlunya kita sambil menunggu panen dari kebun-kebun
tersebut, kita sudah harus bisa membangun ketrampilan mengolah (bahan)
makanan kita sendiri. Berikut adalah aneka proses pasca panen yang bisa
kita lakukan untuk memaksimalkan manfaat dari hasil tanaman-tanaman kita
tersebut.
Sebagai contoh adalah zaitun yang sudah kita tanam rame-rame bersama peserta program SKP dan KKP , kita sudah mulai membangun ketrampilan untuk mengolah daunnya menjadi obat herbal yang lagi nge-trend di dunia yang disebut Olive Leaf Extract.
Puluhan
hektar kacang tanah yang rame-rame kita tanam di Buleleng Bali melalui
program SKP, kita tidak ingin akhirnya hanya menjadib kacang goreng
saja. Sebagiannya tentu untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kacang
goreng yang tahun lalu nilai impornya masih melebihi impor beras, tetapi
kedepannya kita juga harus bisa memprosesnya dengan nilai tambah yang
lebih baik – misalnya menjadi minyak kacang tanah.
Ketika
masyarakat menengah atas mulai sadar kesehatan yang membuat mereka
butuh minyak goreng yang lebih sehat, salah satu pilihan terbaiknya
setelah minyak zaitun dan minyak kelor (ben oil) adalah minyak kacang tanah.
Ketersediaan modal, skills
, mesin –mesin pengolahan yang efektif serta terjangkau dlsb. yang
selama ini menjadi kendala bagi masyarakat pada umumnya untuk bisa
mengolah sumber-sumber bahan pangan yang ada – memang masih terus harus
diatasi, tetapi inipun mestinya juga tidak terlampau sulit –sulit amat.
Para
peserta AAP misalnya termasuk bagian dari prakteknya adalah membuat
mesin pengering berteknologi tinggi – namun murah. Hasilnya diharapkan
dapat mengeringkan hampir seluruh bahan makanan yang ada di sekitar kita
tanpa mengurangi nilai gizinya. Pengeringan yang baik adalah yang mampu
mempertahankan seluruh nutrisi yang ada di bahan makanan, maka inilah
yang kita sedang lakukan dan inilah antara lain yang menjadi peluang.
Sebagai
contoh di musim manga seperti ini mangga harganya murah dan banyak yang
terbuang karena tidak berhasil dikonsumsi pada waktunya. Dikirim
ketempat lain juga sering tidak ekonomis karena biaya ongkos pengiriman
yang melebihi harga mangganya sendiri.
Lagi
pula kalau kita menyimpan mangga atau mengirimkannya ketempat lain
sebenarnya yang kita simpan dan kirimkan tersebut mayoritasnya adalah
air karena 90% dari isi daging mangga adalah air.
Setelah
dipisahkan bijinya dan dagingnya dikeringkan sampai kandungan air
mangga kurang dari 5 % dan dijadikannya bubuk mangga, maka nutrisi yang
sama dengan sebuah mangga bisa disimpan dan dikirimkan dalam berat yang
hanya sekitar 1/15 dari berat mangga semula.
Dengan menjadikannya tepung, pilihan bentuk-bentuk makanan berbasis mangga bisa menjadi
tidak terbatas. Bisa menjadi juice, sirup, smoothies , pudding, kue
manga, dodol dlsb-dlsb. Intinya adalah kita bisa menyimpan , mengirimkan
dan mengolah nutrisi yang ada di dalam sebuah mangga dengan cara yang
jauh lebih efisien. Tidak ada
lagi hasil mangga yang melimpah di musimnya yang terbuang. Hal yang sama
Anda bisa lakukan untuk durian, rambutan dan berbagai hasil pertanian
lainnya.
Bayangkan
sekarang bila kita rame-rame mengajak masyarakat untuk memperhatikan
sumber-sumber makanan yang ada di sekitarnya – perintah di surat ‘Abasa
ayat 24, kemudian mengajarinya untuk mengolah secara murah dan efisien –
insyaAllah kita akan bisa mengurangi resiko krisis pangan dan mengusir
peluang setan jauh-jauh dari menjadi saudara kita. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar