Meningkatkan Kecerdasan Rata-Rata

Senin, 23 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Sebuah studi terhadap IQ rata-rata dari 113 negara yang dilakukan oleh Richard Lynn dan Tatu Vanhanen beberapa tahun lalu menempatkan rata-rata IQ kita pada urutan ke 20, sementara itu Singapore, Korea Selatan dan Jepang masing-masing di urutan 1,2 dan 3. Pada urutan ke 20 ini IQ kita berada pada angka 88, yaitu masih berada pada range rata-rata normal antara 85 – 115. Bisakah angka IQ rata-rata ini ditingkatkan secara massal ? InsyaAllah bisa ! 


Bahwasanya ada beberapa negara yang ber-IQ rata-rata di atas 100 dan sebagian besarnya dibawah 100, pasti ada sesuatu yang mempengaruhi secara massal sehingga membentuk pola tertentu. Salah satu yang menyebabkan perbedaan IQ tersebut adalah pola makan, karena pola makan bisa diperbaiki – maka IQ rata-rata-pun insyaAllah bisa diperbaiki.

Meskipun besaran masa otak kita itu hanya mewakili sekitar 2 % dari tubuh kita, konsumsi energinya mencapai 20-25 % dari konsumsi energi total tubuh kita. Karena 60 % isi otak kita adalah lemak, maka ‘makanan’ otak kitapun mayoritasnya dari lemak ini.

Dari sinilah makanya kita harus hati-hati dalam mem-blame makanan tertentu sebagai sumber penyakit dlsb. Sejak beberapa tahun lalu misalnya Departemen kesehatan RI dalam Gerakan Nasional Sadar Gizi 2011-2014 mengajak masyarakat untuk mengurangi konsumsi lemak, lha terus penggantinya apa ?

Tanpa harus diajak mengurangi konsumsi lemak, rakyat menengah kebawah yang mewakili lebih dari 50% penduduk negeri ini memang akan cenderung mengurangi konsumsi lemak ini – karena mahal ! Sementara kelompok menengah atas perlu alternative, kalau ada yang dikurangi – apa yang perlu ditambah ?

Secara umum lemak terbagi tiga yaitu lemak tidak jenuh tunggal (mono unsaturated), tidak jenuh ganda (poly unsaturated) dan lemak jenuh (saturated). Konsumsi lemak tidak jenuh tunggal meningkatkan produksi neurotransmitter yang disebut acetylcholine.

Neurotransmitter adalah senyawa kimia dalam otak yang berfungsi menjalin komunikasi antara otak kita dengan bagian otak yang lain dan antara otak kita dengan seluruh bagian tubuh kita lainnya. Secara khusus neurotransmitter Acetylcholine meningkatkan kerja otak atau daya pikir dan meningkatkan memory.  

Jadi kita butuh lemak tidak jenuh tunggal (MUFA – Mono Unsaturated Fatty Acid) untuk meningkatkan daya pikir dan memori kita atau secara umum kita sebut kecerdasan, tetapi dari mana MUFA ini diperoleh ? pasti bukan kebetulan kalau kandungan MUFA tertinggi ini ada pada minyak nabati khusus yaitu minyak zaitun !

Dari sini kita bisa memahami sekarang, mengapa ulama-ulama dahulu rata-rata memiliki kecerdasan yang sangat tinggi – bisa dilihat dari karya-karya mereka, dan mereka juga memiliki kemampuan hafalan yang luar biasa. Hafal Al-Qur’an adalah standar mereka, dan bahkan lebih dari itu rata-rata mereka bisa hafal puluhan ribu hadis ! Berapa banyak hafalan kita sekarang ?

Ketaatan yang satu menghasilkan ketaatan berikutnya, begitu pula sebaliknya kemungkaran yang satu mengahasikan kemungkaran berikutnya. Ketika para rasulpun diperintahkan untuk makan-makanan yang murni/baik, sebelum diperintahkan untuk mengemban tugas amal shaleh (QS 23:51) – pasti ada hikmah besar didalam makanan yang thoyyibaat ini.

Makanan yang thoyyibaat, apalagi yang keberkahannya disebutkan langsung didalam Al-Qur’an seperti pada zaitun tersebut di atas – baru akhir-akhir ini saja para ilmuwan menemukan sebagian dari bentuk keberkahannya itu – yaitu pada dampaknya terhadap kecerdasan dan memory.

Masalahnya adalah minyak zaitun ini sangat mahal dibandingkan dengan rata-rata minyak goreng kita, lantas apa solusinya ?

Dalam jangka panjang kita harus berusaha keras untuk bisa memproduksinya sendiri. Cara membibit dan menanam zaitun bahkan sudah bisa dipelajari secara gratis di video yang kami publikasikan di youtube atau datang langsung ke Jonggol Farm – yang insyaAllah akan menjadi salah satu kebun zaitun pertama di Indonesia.

Dalam jangka pendek mestinya pemerintah yang bisa berbuat, untuk ini pemerintah dapat belajar dari apa yang dilakukan negeri jiran kita Singapore. Sejak tahun lalu pemerintah Singapore melalui Health Promotion Board (HPB)-nya mengkampanyekan penggunaan minyak goreng yang lebih sehat.

Bahkan lebih dari sekedar mengkampanyekan, mereka juga mensubsidi para pedagang besar minyak goreng agar mau menjual minyak goreng oplosan antara minyak sawit dan minyak canola. Minyak sawit yang memiliki lemak jenuh sampai 50 % dianggap kurang sehat oleh mereka, setelah dioplos dengan minyak canola – lemak jenuhnya turun tinggal 38 %.

Meskipun ber-IQ rata-rata 108 atau tertinggi di dunia, nampaknya Singapore belum memahami keberkahan zaitun dalam meningkatkan kecerdasan dan memory. Maka inilah yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

Kalau saja pemerintah RI mau memberikan subsidi minyak zaitun untuk seluruh anak-anak negeri ini minimal sampai tingkat SMA, maka insyaAllah secara bertahap kecerdasan rata-rata kita akan naik – begitu pula dengan kesehatannya. Agar subsidi ini tidak disalah gunakan atau salah sasaran, minyak zaitun bisa dibagikan secara gratis ke sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta dari tingkat playgroup sampai perguruan SMA.

Bayangkan dampaknya bila minimal anak-anak kita di generasi mendatang mengkonsumsi 1-2 sendok minyak zaitun setiap hari untuk jangka waktu minimal 12 tahun (sampai SMA) ! Dengan ini insyaAllah generasi mendatang akan jauh lebih sehat dan lebih cerdas dari generasi kita sekarang.


Bangsa ini akan menjadi bangsa unggul, bila seluruh aspek kehidupannya – sampai pada urusan makanan-pun mengikuti petunjukNya langsung. Inilah antara lain makna dua ayat berikut : (Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS 3:138-139)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar