Oleh: Muhaimin Iqbal
Sebuah studi terhadap IQ rata-rata dari 113 negara yang dilakukan oleh Richard Lynn dan Tatu Vanhanen beberapa tahun lalu menempatkan rata-rata IQ kita pada urutan ke 20, sementara itu Singapore, Korea Selatan dan Jepang masing-masing di urutan 1,2 dan 3. Pada urutan ke 20 ini IQ kita berada pada angka 88, yaitu masih berada pada range rata-rata normal antara 85 – 115. Bisakah angka IQ rata-rata ini ditingkatkan secara massal ? InsyaAllah bisa !
Bahwasanya
ada beberapa negara yang ber-IQ rata-rata di atas 100 dan sebagian
besarnya dibawah 100, pasti ada sesuatu yang mempengaruhi secara massal
sehingga membentuk pola tertentu. Salah satu yang menyebabkan perbedaan
IQ tersebut adalah pola makan, karena pola makan bisa diperbaiki – maka
IQ rata-rata-pun insyaAllah bisa diperbaiki.
Meskipun
besaran masa otak kita itu hanya mewakili sekitar 2 % dari tubuh kita,
konsumsi energinya mencapai 20-25 % dari konsumsi energi total tubuh
kita. Karena 60 % isi otak kita adalah lemak, maka ‘makanan’ otak
kitapun mayoritasnya dari lemak ini.
Dari sinilah makanya kita harus hati-hati dalam mem-blame
makanan tertentu sebagai sumber penyakit dlsb. Sejak beberapa tahun
lalu misalnya Departemen kesehatan RI dalam Gerakan Nasional Sadar Gizi
2011-2014 mengajak masyarakat untuk mengurangi konsumsi lemak, lha terus penggantinya apa ?
Tanpa
harus diajak mengurangi konsumsi lemak, rakyat menengah kebawah yang
mewakili lebih dari 50% penduduk negeri ini memang akan cenderung
mengurangi konsumsi lemak ini – karena mahal ! Sementara kelompok
menengah atas perlu alternative, kalau ada yang dikurangi – apa yang
perlu ditambah ?
Secara
umum lemak terbagi tiga yaitu lemak tidak jenuh tunggal (mono
unsaturated), tidak jenuh ganda (poly unsaturated) dan lemak jenuh
(saturated). Konsumsi lemak tidak jenuh tunggal meningkatkan produksi neurotransmitter yang disebut acetylcholine.
Neurotransmitter
adalah senyawa kimia dalam otak yang berfungsi menjalin komunikasi
antara otak kita dengan bagian otak yang lain dan antara otak kita
dengan seluruh bagian tubuh kita lainnya. Secara khusus neurotransmitter Acetylcholine meningkatkan kerja otak atau daya pikir dan meningkatkan memory.
Jadi
kita butuh lemak tidak jenuh tunggal (MUFA – Mono Unsaturated Fatty
Acid) untuk meningkatkan daya pikir dan memori kita atau secara umum
kita sebut kecerdasan, tetapi dari mana MUFA ini diperoleh ? pasti bukan
kebetulan kalau kandungan MUFA tertinggi ini ada pada minyak nabati
khusus yaitu minyak zaitun !
Dari
sini kita bisa memahami sekarang, mengapa ulama-ulama dahulu rata-rata
memiliki kecerdasan yang sangat tinggi – bisa dilihat dari karya-karya
mereka, dan mereka juga memiliki kemampuan hafalan yang luar biasa.
Hafal Al-Qur’an adalah standar mereka, dan bahkan lebih dari itu
rata-rata mereka bisa hafal puluhan ribu hadis ! Berapa banyak hafalan
kita sekarang ?
Ketaatan
yang satu menghasilkan ketaatan berikutnya, begitu pula sebaliknya
kemungkaran yang satu mengahasikan kemungkaran berikutnya. Ketika para
rasulpun diperintahkan untuk makan-makanan yang murni/baik, sebelum
diperintahkan untuk mengemban tugas amal shaleh (QS 23:51) – pasti ada
hikmah besar didalam makanan yang thoyyibaat ini.
Makanan yang thoyyibaat,
apalagi yang keberkahannya disebutkan langsung didalam Al-Qur’an
seperti pada zaitun tersebut di atas – baru akhir-akhir ini saja para
ilmuwan menemukan sebagian dari bentuk keberkahannya itu – yaitu pada
dampaknya terhadap kecerdasan dan memory.
Masalahnya adalah minyak zaitun ini sangat mahal dibandingkan dengan rata-rata minyak goreng kita, lantas apa solusinya ?
Dalam
jangka panjang kita harus berusaha keras untuk bisa memproduksinya
sendiri. Cara membibit dan menanam zaitun bahkan sudah bisa dipelajari
secara gratis di video yang kami publikasikan di youtube atau datang langsung ke Jonggol Farm – yang insyaAllah akan menjadi salah satu kebun zaitun pertama di Indonesia.
Dalam
jangka pendek mestinya pemerintah yang bisa berbuat, untuk ini
pemerintah dapat belajar dari apa yang dilakukan negeri jiran kita
Singapore. Sejak tahun lalu pemerintah Singapore melalui Health Promotion Board (HPB)-nya mengkampanyekan penggunaan minyak goreng yang lebih sehat.
Bahkan
lebih dari sekedar mengkampanyekan, mereka juga mensubsidi para
pedagang besar minyak goreng agar mau menjual minyak goreng oplosan
antara minyak sawit dan minyak canola. Minyak sawit yang memiliki lemak
jenuh sampai 50 % dianggap kurang sehat oleh mereka, setelah dioplos
dengan minyak canola – lemak jenuhnya turun tinggal 38 %.
Meskipun
ber-IQ rata-rata 108 atau tertinggi di dunia, nampaknya Singapore belum
memahami keberkahan zaitun dalam meningkatkan kecerdasan dan memory.
Maka inilah yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
Kalau
saja pemerintah RI mau memberikan subsidi minyak zaitun untuk seluruh
anak-anak negeri ini minimal sampai tingkat SMA, maka insyaAllah secara
bertahap kecerdasan rata-rata kita akan naik – begitu pula dengan
kesehatannya. Agar subsidi ini tidak disalah gunakan atau salah sasaran,
minyak zaitun bisa dibagikan secara gratis ke sekolah-sekolah baik
negeri maupun swasta dari tingkat playgroup sampai perguruan SMA.
Bayangkan
dampaknya bila minimal anak-anak kita di generasi mendatang
mengkonsumsi 1-2 sendok minyak zaitun setiap hari untuk jangka waktu
minimal 12 tahun (sampai SMA) ! Dengan ini insyaAllah generasi mendatang
akan jauh lebih sehat dan lebih cerdas dari generasi kita sekarang.
Bangsa
ini akan menjadi bangsa unggul, bila seluruh aspek kehidupannya –
sampai pada urusan makanan-pun mengikuti petunjukNya langsung. Inilah
antara lain makna dua ayat berikut : “(Al
Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kamu bersikap lemah,
dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang
yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS 3:138-139)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar