Pertanian Dalam Al-Qur’an (Bagian I)

Selasa, 2 Juni 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal

Disamping ayat-ayat tentang keimanan, perintah menyembah kepadaNya dan larangan mensekutukanNya – Al-Qur’an ternyata sangat-sangat banyak membahas tentang pertanian dalam arti luas – termasuk didalamnya perkebunan, peternakan dan pengelolaan/penggunaan hasilnya. Ayat-ayat pertanian ini saya jumpai menyebar hampir di seluruh juz, setidaknya ada di  26 dari 30 juz dalam Al-Qur’an. Di sebagian besar surat-surat panjang dan sebagian surat-surat pendek terdapat ayat-ayat yang terkait dengan pertanian ini, sekurangnya ada 44 surat yang mengungkapkannya.


Hal ini juga sejalan dengan penuturan Nabi Saleh terhadap kaumnya tentang tiga hal yaitu perintah menyembah kepada Allah, tidak menyekutukanNya dan manusia diciptakan dari tanah/bumi untuk memakmurkannya (QS 11:61). Maka disinilah ruh dari pertanian di dalam Al-Qur’an, yaitu terkait langsung dengan perintah untuk memakmurkan bumi setelah kita diperintah untuk menyembah hanya kepadaNya dan tidak menyekutukanNya.

Hal-hal yang baik di Al-Qur’an juga diungkapkan dengan perumpamaan yang terkait dengan pertanian. Misalnya ketika Allah memuji umat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kalimat yang digunakan adalah : “…yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin)...” (QS 48:29)

Demikian pula dengan perumpamaan kalimat yang baik : “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS 24-25)

Bahkan seruan Adzan yang kita dengar 5 kali sehari, antara lain menyeru kita untuk meraih kemenangan/kesuksesan atau dalam bahasa Arab disebut falah – yang akar katanya sama dengan bertani (). Ini karena proses untuk mencapai kemenangan itu persis seperti bertani, yaitu mulai dari melakukan persiapan, menanam, merawatnya sebaik mungkin dan baru bisa memetik hasilnya.

Kemenangan atau kesuksesan tidak datang secara ujug-ujug, dia perlu proses yang sangat mirip dengan proses bertani ! Oleh karena itu, meskipun Anda tidak tertarik dengan dunia pertanian sekalipun – InsyaAllah Anda tetap akan memperoleh manfaatnya belajar proses bertani ini – karena toh Anda juga ingin mencapai kemenangan/kesuksesan di bidang Anda masing-masing.

Maka mulai dari tulisan ini sampai beberapa tulisan berikutnya saya akan membahas ayat-ayat pertanian tersebut dalam konteksnya masing-masing. Saya urutkan dari juz I  surat ke 2  dan seterusnya, kemudian di akhir rangkaian tulisan ini insyaAllah akan saya buatkan ringkasannya – tetapi tidak urut sesuai urutan juz melainkan melalui urutan proses menanam.

Dengan mengurutkan sesuai urutan proses menanam setelah kita tahu semua ayat-ayat yang terkait pertanian ini, diharapkan akan memudahkan kita dalam mengambil rujukannya di lapangannya nanti. Misalnya ketika kita mulai menyemai bibit, ayat mana yang berlaku. Ketika tanaman tumbuh baik, ayat mana yang berlaku – begitu seterusnya sampai ketika kita panen dan menyimpan hasilnya sebagian-pun kita tahu ayat mana yang berlaku.

Dimulai dari surat Al-Baqarah, surat terpanjang yang membentang di 3 juz – juz awal di Al-Qur’an, Allah memperkenalkan tanaman-tanaman yang buahnya banyak dan rasanya enak secara umum. Tidak spesifik terhadap buah dari tanaman tertentu, tetapi spesifik terhadap lokasi/negeri tertentu yaitu negeri Baitulmaqdis yang diberkahi (QS 2:58).

Nilai pelajarannya adalah bila kita ingin tanaman-tanaman kita berbuah banyak dan rasanya enak, yang harus kita kejar adalah bagaimana mendatangkan keberkahan itu ke bumi/negeri kita. Karena syarat keberkahan negeri adalah iman dan taqwa (QS 7:96), maka iman dan takwa inilah bekal dan persiapan terbaik untuk bertani itu.

Di surat yang sama Allah memperkenalkan teknik dasar dalam pengolahan lahan pertanian yaitu dengan membajak dan mengairinya dengan air (QS 2:71) – pelajaran ini disisipkan Allah dalam perintah kepada bani Israil untuk menyembelih sapi – yang sempat mereka ngeyel hampir-hampir tidak melaksanakannya.

Masuk ke juz II tetapi suratnya masih sama yaitu Surat Al-Baqarah, Allah mengingatkan bahwa akan ada segolongan orang yang akan berbuat kerusakan di muka bumi. Kali ini kita diberi tahu secara spesifik kerusakan apa yang akan dilakukan tersebut, yaitu merusak tanaman dan keturunannya – dalam tafsir lain disebut juga merusak ternak. (QS 2:205)

Kerusakan semacam ini dianggap lumrah dijaman ini ketika umat ini tidak mengurusi pertanian/peternakannya sendiri. Tanaman-tanaman telah dirusak gen-nya sehingga tanaman yang berbuah tidak lagi menghasilkan bibit/keturunan – nama kerennya adalah Genetically Modified Organism (GMO).

Kerusakan terhadap ternak juga dilakukan terang-terangan, yaitu selain menyuntiknya dengan berbagai hormone – ternak-ternak sekarang tidak lagi binatang herbivore – pemakan tumbuhan. Ternak sekarang menjadi omnivore – pemakan segala, karena diantara ransum makanannya meliputi tepung tulang, tepung daging sampai tepung darah !

Saya sendiri sangat kawatir bahwa ternak-ternak yang kita makan sekarang telah menjadi binatang jalalah, binatang yang semula halal tetapi menjadi tidak halal karena makanannya adalah makanan yang haram/najis. Untuk menjadi halal kembali, binatang semacam ini harus dikembalikan ke makanan aslinya – tumbuh-tumbuhan – untuk periode 40 hari lamanya .

Masih di surat Al-Baqarah tetapi sudah masuk Juz III, Allah merangkai 23 ayat mulai dari 261 sampai 283 yang terkait dengan pengelolaan harta dan muamalah secara umum. Rangkaian ayat-ayat panjang ini dimulai oleh Allah dengan membuat perumpamaan, apa perumpamaannya ?

Lagi-lagi terkait pertanian : “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS 2:261)

Selain memberi pelajaran untuk berinfaq, ayat ini juga memberi isyarat hasil pertanian yang ideal – yaitu sebutir benih yang menghasilkan 700 butir biji-bijian. Dengan  (potensi) kelipatan hasil yang demikian besar, maka tidak heran bila akar kata  bertani adalah sama dengan akar kata kemenangan/kesuksesan ( ). InsyaAllah bersambung ke Juz 4 dst.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar