Oleh: Muhaimin Iqbal
Disamping ayat-ayat tentang keimanan, perintah menyembah kepadaNya dan larangan mensekutukanNya – Al-Qur’an ternyata sangat-sangat banyak membahas tentang pertanian dalam arti luas – termasuk didalamnya perkebunan, peternakan dan pengelolaan/penggunaan hasilnya. Ayat-ayat pertanian ini saya jumpai menyebar hampir di seluruh juz, setidaknya ada di 26 dari 30 juz dalam Al-Qur’an. Di sebagian besar surat-surat panjang dan sebagian surat-surat pendek terdapat ayat-ayat yang terkait dengan pertanian ini, sekurangnya ada 44 surat yang mengungkapkannya.
Hal
ini juga sejalan dengan penuturan Nabi Saleh terhadap kaumnya tentang
tiga hal yaitu perintah menyembah kepada Allah, tidak menyekutukanNya
dan manusia diciptakan dari tanah/bumi untuk memakmurkannya (QS 11:61).
Maka disinilah ruh dari pertanian di dalam Al-Qur’an, yaitu terkait
langsung dengan perintah untuk memakmurkan bumi setelah kita diperintah
untuk menyembah hanya kepadaNya dan tidak menyekutukanNya.
Hal-hal
yang baik di Al-Qur’an juga diungkapkan dengan perumpamaan yang terkait
dengan pertanian. Misalnya ketika Allah memuji umat Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kalimat yang digunakan adalah : “…yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas
pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
mukmin)...” (QS 48:29)
Demikian pula dengan perumpamaan kalimat yang baik : “Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke
langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat.” (QS 24-25)
Bahkan
seruan Adzan yang kita dengar 5 kali sehari, antara lain menyeru kita
untuk meraih kemenangan/kesuksesan atau dalam bahasa Arab disebut falah –
yang akar katanya sama dengan bertani ().
Ini karena proses untuk mencapai kemenangan itu persis seperti bertani,
yaitu mulai dari melakukan persiapan, menanam, merawatnya sebaik
mungkin dan baru bisa memetik hasilnya.
Kemenangan atau kesuksesan tidak datang secara ujug-ujug,
dia perlu proses yang sangat mirip dengan proses bertani ! Oleh karena
itu, meskipun Anda tidak tertarik dengan dunia pertanian sekalipun –
InsyaAllah Anda tetap akan memperoleh manfaatnya belajar proses bertani
ini – karena toh Anda juga ingin mencapai kemenangan/kesuksesan di
bidang Anda masing-masing.
Maka
mulai dari tulisan ini sampai beberapa tulisan berikutnya saya akan
membahas ayat-ayat pertanian tersebut dalam konteksnya masing-masing.
Saya urutkan dari juz I surat ke 2 dan
seterusnya, kemudian di akhir rangkaian tulisan ini insyaAllah akan
saya buatkan ringkasannya – tetapi tidak urut sesuai urutan juz
melainkan melalui urutan proses menanam.
Dengan
mengurutkan sesuai urutan proses menanam setelah kita tahu semua
ayat-ayat yang terkait pertanian ini, diharapkan akan memudahkan kita
dalam mengambil rujukannya di lapangannya nanti. Misalnya ketika kita
mulai menyemai bibit, ayat mana yang berlaku. Ketika tanaman tumbuh
baik, ayat mana yang berlaku – begitu seterusnya sampai ketika kita
panen dan menyimpan hasilnya sebagian-pun kita tahu ayat mana yang
berlaku.
Dimulai
dari surat Al-Baqarah, surat terpanjang yang membentang di 3 juz – juz
awal di Al-Qur’an, Allah memperkenalkan tanaman-tanaman yang buahnya
banyak dan rasanya enak secara umum. Tidak spesifik terhadap buah dari
tanaman tertentu, tetapi spesifik terhadap lokasi/negeri tertentu yaitu
negeri Baitulmaqdis yang diberkahi (QS 2:58).
Nilai
pelajarannya adalah bila kita ingin tanaman-tanaman kita berbuah banyak
dan rasanya enak, yang harus kita kejar adalah bagaimana mendatangkan
keberkahan itu ke bumi/negeri kita. Karena syarat keberkahan negeri
adalah iman dan taqwa (QS 7:96), maka iman dan takwa inilah bekal dan
persiapan terbaik untuk bertani itu.
Di
surat yang sama Allah memperkenalkan teknik dasar dalam pengolahan
lahan pertanian yaitu dengan membajak dan mengairinya dengan air (QS
2:71) – pelajaran ini disisipkan Allah dalam perintah kepada bani Israil
untuk menyembelih sapi – yang sempat mereka ngeyel hampir-hampir tidak melaksanakannya.
Masuk
ke juz II tetapi suratnya masih sama yaitu Surat Al-Baqarah, Allah
mengingatkan bahwa akan ada segolongan orang yang akan berbuat kerusakan
di muka bumi. Kali ini kita diberi tahu secara spesifik kerusakan apa
yang akan dilakukan tersebut, yaitu merusak tanaman dan keturunannya –
dalam tafsir lain disebut juga merusak ternak. (QS 2:205)
Kerusakan
semacam ini dianggap lumrah dijaman ini ketika umat ini tidak mengurusi
pertanian/peternakannya sendiri. Tanaman-tanaman telah dirusak gen-nya
sehingga tanaman yang berbuah tidak lagi menghasilkan bibit/keturunan –
nama kerennya adalah Genetically Modified Organism (GMO).
Kerusakan
terhadap ternak juga dilakukan terang-terangan, yaitu selain
menyuntiknya dengan berbagai hormone – ternak-ternak sekarang tidak lagi
binatang herbivore – pemakan tumbuhan. Ternak sekarang menjadi omnivore
– pemakan segala, karena diantara ransum makanannya meliputi tepung
tulang, tepung daging sampai tepung darah !
Saya
sendiri sangat kawatir bahwa ternak-ternak yang kita makan sekarang
telah menjadi binatang jalalah, binatang yang semula halal tetapi
menjadi tidak halal karena makanannya adalah makanan yang haram/najis.
Untuk menjadi halal kembali, binatang semacam ini harus dikembalikan ke
makanan aslinya – tumbuh-tumbuhan – untuk periode 40 hari lamanya .
Masih
di surat Al-Baqarah tetapi sudah masuk Juz III, Allah merangkai 23 ayat
mulai dari 261 sampai 283 yang terkait dengan pengelolaan harta dan
muamalah secara umum. Rangkaian ayat-ayat panjang ini dimulai oleh Allah
dengan membuat perumpamaan, apa perumpamaannya ?
Lagi-lagi terkait pertanian : “Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS 2:261)
Selain
memberi pelajaran untuk berinfaq, ayat ini juga memberi isyarat hasil
pertanian yang ideal – yaitu sebutir benih yang menghasilkan 700 butir
biji-bijian. Dengan (potensi) kelipatan hasil yang demikian besar, maka tidak heran bila akar kata bertani adalah sama dengan akar kata kemenangan/kesuksesan ( ). InsyaAllah bersambung ke Juz 4 dst.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar