Oleh Muhaimin Iqbal
Setelah berusaha memperkenalkan cara bertani menurut Islam dalam konsep Kebun Al-Qur’an dalam beberapa tahun terakhir, konsep itu kini menjadi lebih lengkap dan terstruktur setelah kami menemukan Kitab Al-Filaha karya Ibnu Awwam dari masa kejayaan pertanian Islam di abad ke 6 H (12 M) di Andalusia. Maka konsep utuh dari Islamic Agriculture itu kini siap diajarkan kembali di jaman ini melalui program yang kami sebut Madrasah Al-Filaha, program ini tersedia untuk segala usia dan segala jenjang pendidikan.
Kita
tahu dunia saat ini sedang mencari berbagai bentuk untuk bisa bertani
secara berkelanjutan dengan berbagai sebutannya seperti permaculture,
sustainable farming, organic farming, holistic farming, regenerative
farming, biodynamic farming dlsb. Semua ini saat ini masih dalam
pencarian-nya masing-masing, belum ada yang menjadi baku.
Dalam
Islam pecarian itu menjadi jauh lebih mudah karena kita memiliki
petunjuk berupa Al-Qur’an dan Al-Hadits, dalam bidang apapun kita bisa
merujuk pada dua petunjuk ini. Setelah itu ada karya para ulama di
bidang-nya masing-masing; dalam sejarah Islam semua yang mengkaji dan
mendalami Ilmu disebut ulama.
Ada semacam kaidah dari para ulama ini , yaitu apa yang disebut ‘…memulai dari yang diakhiri…’.
Ulama yang datang kemudian, tinggal meneruskan karya-karya ulama
sebelumnya di bidang masing-masing. Dengan konsep yang ‘tinggal
meneruskan’ inilah maka karya para ulama menjadi bertambah sempurna dari
waktu ke waktu.
Di
bidang pertanian, puncak karya inovasi pertanian itu sudah terjadi di
abad 6 H atau lebih dari 8 abad yang lalu. Setelah itu tidak banyak
perkembangannya, meskipun terus diamalkan sampai abad 19 dan bahkan di
awal abad 20. Maka kini ‘hutang’ kita pada ulama-ulama sebelumnya
tersebut, untuk meneruskan karya-karya mereka tersebut dan
mengamalkannya kembali.
Meskipun
inovasi-inovasi pertanian berhenti di abad ke 6 H tersebut, tidak
berarti kita akan bertani kembali ke cara yang yang kesannya kuno –
justru inilah yang sedang dicari masyarakat modern dewasa ini untuk bisa
bertani secara holistic farming, sustainable farming dlsb.
Kita tidak memberinya nama seperti mereka, karena perbedaannya sangat jelas dan inilah karakter petunjuk yang datang kepada kita “…petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasannya tentang petunjuk itu dan pembeda…”
(QS 2:285). Jadi sesungguhnya amat sangat jelas pembeda itu, maka di
bidang pertanian-pun sesungguhnya amat sangat berbeda antara bagaimana
mereka bertani dengan bagaimana seharusnya kita bertani.
Saya
beri contoh misalnya, perbedaan niat dalam bertani saja sudah bisa
mempengaruhi hasil. Bertani untuk mengeruk keuntungan sendiri dengan
niat untuk tidak memberi hak fakir miskin – sudah bisa membuat kebun itu
dihancurkan oleh Allah ( QS 68 :17-29), demikian pula bertani untuk
membanggakan karya sendiri juga bisa berakibat fatal (QS 18 : 32-42).
Sebaliknya bertani dengan niat mensedekahkan hasilnya, bisa menghadirkan
hujan kita sendiri bahkan ketika orang lain sedang kekeringan (Hadits).
Begitu
banyak ayat-ayatNya yang mengkaitkan langsung antara keimanan,
ketakwaan, istigfar dan taubat kita terhadap hasil bumi kita. Begitu
banyak pula petunjuk yang sangat detil di Al-Qur’an yang terkait dengan
pertanian ini, seperti bagaimana menghidupkan bumi yang mati, apa
urut-urutan tanaman yang harus ditanam, bagaimana menyusun kebun yang
baik, tanaman apa yang harusnya ada di negeri yang baik, dimana
sebaiknya kita menggembala, apa yang perlu dilakukan penggembala di pagi
dan sore hari dlsb.
Empat
hal yang mendasar yang harus diketahui seorang petani sebelum menanam
adalah pengetahuan tentang tanah, air, udara (musim) dan hara (nutrisi
tanah). Empat hal inipun ada bahasan detilnya di Al-Qur’an. Ada tujuh
jenis tanah yang disebutkan di Al-Qur’an untuk penciptaan manusia,
jenis-jenis tanah yang sama ternyata juga diperlukan untuk tananam bisa
hidup dengan baik.
Ada
lebih dari 40 ayat di Al-Qur’an yang membahas tentang air yang menjadi
prasyarat rumbuhnya tanaman dan pepohonan, sekitar 4/5-nya terkait
dengan air hujan dan sekitar 1/5-nya terkait dengan mata air. Maka
negeri ini sebenarnya sungguh beruntung karena kita memiliki hujan yang
banyak, yang merupakan sumber utama untuk hidupnya tanaman dan
pepohonan.
Untuk
udara atau musim ada sejumlah petunjuk detil kapan biji itu tumbuh,
maka saat itulah waktu terbaik untuk menanam. Untuk unsur hara tanah ada
petunjuk dari mana datangnya unsur-unsur ini ? yaitu dari binatang ternak maupun dari tanaman-tanaman tertentu – khususnya biji-bijian.
Maka kurikulum lengkap modul basic - Madrasah Al-Filaha itu kurang lebih akan sebagai berikut :
· Belajar
tentang nilai-nilai Islam dalam pertanian yang diambil dari Al-Qur’an
dan Hadits : Niat, Iman, Taqwa, Tawakkal, Shalat, Taubat, Infaq, Tugas
memakmurkan bumi, Tugas menjaga keseimbangan, karakter negeri yang baik,
karakter negeri yang diberkahi.
· Pengetahuan tentang 4 komponen utama pertanian : Tanah, Air, Udara dan Hara.
· Manajemen Tanah, Air, Udara dan Hara.
· Pengetahuan tentang tanaman-tanaman utama penghasil karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
· Proses pembenihan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan sampai panen dari masing-masing jenis tanaman.
· Pengetahuan tentang hama dan penyakit tanaman serta cara mengatasinya secara alami.
· Penanganan pasca panen, produksi dan pasar.
· Praktek lapangan dengan pendekatan 7 P (Perencanaan, Persiapan, Penanaman, Pemeliharaan, Perlindungan, Produksi, Pasar).
Target
dari modul basic ini adalah menghasilkan petani-petani professional
yang memiliki pola pikir dan pola tindak yang sesuai dengan
petunjuk-petunjukNya. Bila dilakukan langsung di lokasi magang atau
mondok, program basic ini insyaAllah bisa selesai dalam 3 bulan.
Programnya
dilakukan paralel, yaitu praktek langsung di lapangan di sebagian pagi,
siang dan sore hari. Selebihnya di waktu malam hari dan waktu-waktu
luang lain dipakai untuk mendalami Al-Qur’an, Hadits dan kitab ulama
yang terkait. Untuk yang terakhir ini kita gunakan Kitab Al-Filaha karya
Ibnu Awwam baik dari bahasa aslinya Bahasa Arab ataupun terjemahannya
yang insyaAllah siap pada waktunya.
Di
atas modul basic tersebut ada tiga modul pendalaman yang sifatnya
optional yaitu Modul Tanaman-Tanaman Khusus, Modul Peternakan dan Modul
Pengolahan Hasil Pertanian. Sama dengan modul basic, masing-masing modul
lanjutan ini juga bisa diselesaikan dengan mondok/magang tiga bulan.
Bila dilakukan tanpa mondok/magang maka kurang lebih akan diperlukan
waktu 2 sampai 4 kalinya tergantung seberapa instensif program akan
dijalankan.
Setelah
kurikulum siap, maka tantangannya kini adalah bagaimana mengajarkannya
langsung ke sebanyak mungkin masyarakat yang berminat – sehingga umat
ini bisa mengurusi kebutuhan pangannya sendiri dan bahkan bisa
bersedekah ke umat lainnya.
Maka
seperti penyebaran Kuttab Al-Fatih yang kini sudah ada di sepuluh kota
dan insyaAllah terus bertambah, demikian pula dengan Madrasah Al-Filaha
ini. Awalnya program ini insyaAllah akan tersedia di Jonggol Farm yang
kini sudah siap untuk menjadi pusat pelatihan sekaligus praktek dari
keseluruhan kurikulum Madrsah al-Filaha tersebut, kemudian program yang
sama juga bisa ditempelkan ke institusi-institusi atau lembaga lain yang
relevan dan berminat.
Meskipun
namanya madrasah – ini tingkatan ilmunya sama dengan perguruan tinggi.
Karena dalam konsep pendidikan Islam sesungguhnya hanya ada dua
tingkatan yaitu Kuttab untuk anak 5-12 tahun, dan di atas itu hanya ada
jenjang Madrasah yang bisa melahirkan segala macam ahli di bidangnya
masing-masing – yaitu para ahli yang kini dilahirkan di perguruan
tinggai dari S1, S2 sampai S3.
Jadi
Madrasah Al-Filaha bisa ditempelkan ke perguruan tinggi pertanian
misalnya, seperti bagaimana sekarang perguruan tinggi peranian-pun
menghadirkan jurusan ekonomi syariah untuk belajar tentang ekonomi
syariah. Mengapa tidak dengan pertaniannya sendiri juga dengan konsep
Islam ?
Bisa
pula ditempelkan ke pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah yang
sudah ada sekarang. Yaitu dengan cara memberi opsi kepada para
lulusannya sebelum terjun ke masyarakat, yaitu untuk masuk dahulu di
Madrasah Al-Filaha ini sehingga ketika terjun ke masyarakat mereka
bener-bener siap untuk memakmurkan bumi.
Kelas
Perdana Madrasah Al-Filaha di Jonggol Farm adalah penyempurnaan dari
program yang sudah jalan sebelumnya yaitu Agroforestry Apprenticeship
Program, insyaallah dimulai di bulan Syawal dan yang berminat bisa mulai
mendaftarkan diri dengan mengirimkan email yang disertai Curriculum
Vitae-nya.
Inti
program ini adalah gratis, karena baik fasilitas, materi dan lahan
percobaannya disediakan oleh Yayasan Dana Wakaf Indonesia. Namun bila
ada peserta ataupun pihak-pihak lain ingin berkontribusi dalam
mempersiapkan generasi para pemakmur bumi ini – tentu juga dipersilahkan
untuk berinfaq ataupun berwakaf ke Yayasan Dana Wakaf Indonesia ini
langsung. Dengan demikian secara bersama-sama kita akan bisa terus
mengajarkan dan menyempurnakan teknik-teknik memakmurkan bumi yang
terbaik dengan mengikuti petunjuk-petunjukNya.
Dengan
konsep ini pula kita ingin menghidupkan kembali tradisi pendanaan
program-program pendidikan dan latihan. Peserta didik digratiskan agar
sebanyak mungkin orang bisa belajar, dan agar tidak ada kendala biaya
bagi yang ingin belajar tetapi tidak mampu secara finansial. Sumber dana
pendididikan dicari melalui jalur terpisah yaitu infaq dan wakaf, untuk
memberi peluang yang sama bagi masyarakat luas - yang ingin terlibat
dalam gerakan pendidikan dan memakmurkan bumi ini tetapi dirinya sendiri
tidak bisa melakukannya karena faktor kesibukan pekerjaan, faktor
tempat tinggal dlsb. Dengan demikian semuanya berkesempatan yang sama
untuk beramal. InsyaAllah !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar