Life Purpose

Selasa, 28 Februari 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Mark Twain atau Samuel Langhorne Clemens adalah penulis dan entrepreneur abad 19, yang karyanya hingga kini banyak menginspirasi perusahaan-perusahaan raksasa di dunia. Menurut si Mark Twain ini, ada dua hari terpenting dalam kehidupan manusia – yaitu yang pertama adalah kelahirannya dan yang kedua adalah ketika dia tahu untuk apa dia dilahirkan. Konon kebanyakan orang di dunia barat tidak tahu untuk apa dia dilahirkan, maka sedikit yang tahu alasan untuk apa dia dilahirkan dan kemudian dengan passion mengejarnya – itulah yang sukses. Kita tentu memiliki cara tersendiri dalam memahami hal ini, tetapi apakah itu ?


Kita memiliki petunjuk, untuk apa kita dilahirkan – yaitu di surat Ad-Dzariyat ayat 56 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (menyembah) kepadaKu”.

Meskipun sudah ada petunjuk ini, juga tidak sedikit orang yang tidak memahami untuk misi apa dia dilahirkan. Yang sering terjadi adalah kita berada di dua ekstrem, golong pertama adalah yang memahami menyembah/beribadah kepadaNya dalam arti sempit atau arti khusus.

Misalnya banyak sekali orang yang sudah pensiun dari pekerjaannya kemudia bilang begini : ‘…kini waktunya saya tinggal beribadah kepadaNya…’. Kalimat ini tentu betul karena memang sejalan dengan ayat tersebut di atas. Tetapi kalu ibadah ini hanya diartikan secara khusus seperti sholat, zakat, puasa, haji – maka lantas siapa yang bekerja keras menyelesaikan berbagai urusan keumatan ?

Orang-orang yang pensiun dari pekerjaannya, umumnya mereka berusia diantara 55-70 tahun adalah orang-orang yang sangat matang dalam pengalaman di bidangnya masing-masing. Ilmu dan pengalamannya banyak sekali bermanfaat, kalau saja dia optimalkan untuk menyelesaikan perbagai persoalan yang dihadapi masyarakat – tentu dia akan memiliki makna hidup yang lebih.

Di sisi lain ada golongan kedua yang bekerja keras tanpa tujuan yang jelas, hari-hari dilaluinya dengan rutinitas dari pagi sampai petang, dari tanggal satu sampai tanggal gajian. Berpuluh tahun berlalu tanpa sadar, hingga jatuh waktunya pensiun barus tersadar – dan menjadi golongan yang pertama tadi  ‘…waktunya untuk beribadah..’.

Maka ayat tersebut di atas juga tidak berdiri sendiri, ada ayat lain yang melengkapinya – sehingga manusia yang mau membaca petunjukNya secara komplit – insyaAllah tidak akan tersesat dalam memahaminya. Misalnya surat hud ayat 61 yang penggalan artinya ‘…Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari tanah (bumi) dan menjadikan kamu pemakmur-nya…’.

Di sini misi itu begitu jelas, bahwa ada tugas yang harus kita laksanakan di muka bumi ini – selain menyembah kepadaNya kita juga harus memakmurkan bumi ini. Dan memakmurkan bumi ini-pun juga bisa dimaknai secara khusus seperti bercocok tanam dlsb, maupun yang bersifat umum – menjaga kemakmuran dengan keadilan, menghilangkan kesusahan hidup bagi penghuninya, menyelesaikan berbagai persoalan yang ada di masyarakat, memenuhi berbagai kebutuhannya dlsb.

Al—Qur’an juga menyebut alasan keberadaan kita di  muka bumi adalah untuk menjadi khalifah-Nya, sebagai pemakmur bumi atau khalifah/wakil-Nya kita mendapatkan mandate untuk mengalahkan kedzaliman ( QS 7:129) ; menghilangkan kesusahan (QS 27:62); menghilangkan kekufuran (QS 35:39) ; menegakkan keadilan (QS 38:26) dlsb.

Maka dengan berbagai petunjuk tersebut, mestinya umat ini menjadi lebih mudah dan memiliki jawaban yang sangat clear atas pertanyaan untuk apa dia dilahirkan. Bila orang yang tidak beriman kepada Allah Yang Esa saja, bisa sukses setelah memahami tujuan dia diciptakan – mestinya kita berpeluang lebih baik, karena kita memiliki standar sukses yang berbeda – yaitu mencapai kebaikan hidup di dunia dan di akhirat, yang ada di do’a sapu jagad kita.

Saya pernah bertemu founder dari Waze – perusahaan yang kemudian dibeli Google senilai US$ 1 Milyar. Apa yang terpikirkan oleh dia ketika membuat Waze ? dia ketemu tujuan hidupnya. Dia melihat tidak ada di dunia ini yang bisa menyelesaikan (solve) kemacetan, karena pertumbuhan kendaraan yang tidak sebanding dengan pertumbuhan panjang jalan.

Dia-pun tidak berusaha menyelesaikan (to solve) kemacetan itu, lha wong pemerintah-pemerintah di dunia saja tidak bisa. Maka yang dia lakukan adalah mengatasi (overcome) atau lebih tepatnya mengakali (outsmart) kemacetan. Kemacetannya sendiri tetap saja terjadi, tetapi bagi sebagian orang yang menggunakan Waze – dia bisa mengalahkannya, itulah idenya – dan itulah life purpose yang dia kejar sampai mendapatkannya.

Bagi orang-orang yang telah menemukan tujuan hidupnya, dia akan memiliki internal drive yang lebih dari orang lain. Ketika mayoritas orang melihatnya tidak mungkin untuk dilakukan – seperti kasus Waze tersebut di atas, orang yang memiliki tujuan hidup justru mengatakan  “…maka inilah tugas saya, karena orang lain tidak akan melakukannya !...”.

Kita tentu akan mengatakan bahwa tujuan hidup kita lebih dari itu, lebih dari sekedar mengakali kemacetan – meskipun yng inipun sudah bernilai US$ 1 Milyar !, tetapi apa itu konkritnya ? Kalau ada 1000 orang saja yang bisa mendefinisikan tujuan hidupnya dengan sangat jelas, kemudian mengejarnya hingga tuntas – maka seluruh persoalan penting negeri ini insyaAllah akan terselesaikan satu per satu.

Berikut diantaranya contoh-contoh dari tugas itu:

Harga daging mahal, konsumsi protein hewani rata-rata penduduk negeri ini hanya sekitar ¼ dari rata-rata dunia, kecerdasan generasi kita bisa terganggu karena kekurangan protein ini, sedangkan kita tidak ingin meninggalkan generasi yang lemah. Siapa yang akan mengatakan ‘…ini tugas saya untuk menyelesaikannya, karena belum nampak siapa orang lain yang akan melaksanakannya…’.

Debu-riba riba merajalela dimana-mana, menyelimuti seluruh kehidupan kita. Lebih dari 95% urusan financial kita terkait dengan riba, bahkan ada debu riba yang kita dipaksa menghirupnya melalui BPJS yang akan menjadi wajib bagi seluruh penduduk negeri ini dua tahun dari sekarang. Padahal saat kita mengkonsumsi riba, do’a kita-pun terancam tidak terkabulkan.  Siapa pula yang akan mengatakan ‘…ini tugas saya untuk menyelesaikannya, kalau toh hanya satu hal ini saja yang  bisa saya selesaikan dalam hidup saya…’.

Pertanyaan yang sama akan bisa kita ulangi untuk berbagai masalah besar yang tidak atau belum terselesaikan setelah 72 tahun merdeka dan 7 presiden berganti, seperti masalah banjir Jakarta, kebakaran hutan (tahun ini kita bersyukur karena hujan turun terus), kemiskinan, ketergantungan bahan pangan impor dlsb.dlsb.

Kita tidak harus menjadi pemimpin formal seperti presiden , menteri, gubernur atau walikota untuk menyelesaikan masalah besar. Juga tidak harus pengusaha besar yang memiliki dana yang berlimpah awalnya. Uri Levin - founder Waze adalah orang biasa, demikian pula pada tingkat nasional kita – ada Nadiem Makarim yang berhasil menyiasati masalah transportasi kota-kota di Indonesia, ada Ahmad Zaky yang karena jasanya memberdayakan UMKM sampai mendapatkan Tanda Kehormatan Stayalancana Wirakarya dari Presiden RI dlsb.

Di luar sana masih ada segudang masalah yang belum terselesaikan, tetapi ini juga berarti segudang peluang bagi siapapun yang menemukan misi hidupnya, yang menemukan masyalah kemudian menyelesaikannya dengan tuntas – ketika orang lain bahkan tidak memikirkannya. Kita juga bisa, insyaAllah !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar