Oleh: Muhaimin Iqbal
Mark Twain atau Samuel Langhorne Clemens adalah penulis dan entrepreneur abad 19, yang karyanya hingga kini banyak menginspirasi perusahaan-perusahaan raksasa di dunia. Menurut si Mark Twain ini, ada dua hari terpenting dalam kehidupan manusia – yaitu yang pertama adalah kelahirannya dan yang kedua adalah ketika dia tahu untuk apa dia dilahirkan. Konon kebanyakan orang di dunia barat tidak tahu untuk apa dia dilahirkan, maka sedikit yang tahu alasan untuk apa dia dilahirkan dan kemudian dengan passion mengejarnya – itulah yang sukses. Kita tentu memiliki cara tersendiri dalam memahami hal ini, tetapi apakah itu ?
Kita memiliki petunjuk, untuk apa kita dilahirkan – yaitu di surat Ad-Dzariyat ayat 56 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (menyembah) kepadaKu”.
Meskipun
sudah ada petunjuk ini, juga tidak sedikit orang yang tidak memahami
untuk misi apa dia dilahirkan. Yang sering terjadi adalah kita berada di
dua ekstrem, golong pertama adalah yang memahami menyembah/beribadah
kepadaNya dalam arti sempit atau arti khusus.
Misalnya banyak sekali orang yang sudah pensiun dari pekerjaannya kemudia bilang begini : ‘…kini waktunya saya tinggal beribadah kepadaNya…’.
Kalimat ini tentu betul karena memang sejalan dengan ayat tersebut di
atas. Tetapi kalu ibadah ini hanya diartikan secara khusus seperti
sholat, zakat, puasa, haji – maka lantas siapa yang bekerja keras
menyelesaikan berbagai urusan keumatan ?
Orang-orang
yang pensiun dari pekerjaannya, umumnya mereka berusia diantara 55-70
tahun adalah orang-orang yang sangat matang dalam pengalaman di
bidangnya masing-masing. Ilmu dan pengalamannya banyak sekali
bermanfaat, kalau saja dia optimalkan untuk menyelesaikan perbagai
persoalan yang dihadapi masyarakat – tentu dia akan memiliki makna hidup
yang lebih.
Di
sisi lain ada golongan kedua yang bekerja keras tanpa tujuan yang
jelas, hari-hari dilaluinya dengan rutinitas dari pagi sampai petang,
dari tanggal satu sampai tanggal gajian. Berpuluh tahun berlalu tanpa
sadar, hingga jatuh waktunya pensiun barus tersadar – dan menjadi
golongan yang pertama tadi ‘…waktunya untuk beribadah..’.
Maka
ayat tersebut di atas juga tidak berdiri sendiri, ada ayat lain yang
melengkapinya – sehingga manusia yang mau membaca petunjukNya secara
komplit – insyaAllah tidak akan tersesat dalam memahaminya. Misalnya
surat hud ayat 61 yang penggalan artinya ‘…Sembahlah
Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah
menciptakan kamu dari tanah (bumi) dan menjadikan kamu pemakmur-nya…’.
Di
sini misi itu begitu jelas, bahwa ada tugas yang harus kita laksanakan
di muka bumi ini – selain menyembah kepadaNya kita juga harus
memakmurkan bumi ini. Dan memakmurkan bumi ini-pun juga bisa dimaknai
secara khusus seperti bercocok tanam dlsb, maupun yang bersifat umum –
menjaga kemakmuran dengan keadilan, menghilangkan kesusahan hidup bagi
penghuninya, menyelesaikan berbagai persoalan yang ada di masyarakat,
memenuhi berbagai kebutuhannya dlsb.
Al—Qur’an juga menyebut alasan keberadaan kita di muka
bumi adalah untuk menjadi khalifah-Nya, sebagai pemakmur bumi atau
khalifah/wakil-Nya kita mendapatkan mandate untuk mengalahkan kedzaliman
( QS 7:129) ; menghilangkan kesusahan (QS 27:62); menghilangkan
kekufuran (QS 35:39) ; menegakkan keadilan (QS 38:26) dlsb.
Maka
dengan berbagai petunjuk tersebut, mestinya umat ini menjadi lebih
mudah dan memiliki jawaban yang sangat clear atas pertanyaan untuk apa
dia dilahirkan. Bila orang yang tidak beriman kepada Allah Yang Esa
saja, bisa sukses setelah memahami tujuan dia diciptakan – mestinya kita
berpeluang lebih baik, karena kita memiliki standar sukses yang berbeda
– yaitu mencapai kebaikan hidup di dunia dan di akhirat, yang ada di
do’a sapu jagad kita.
Saya
pernah bertemu founder dari Waze – perusahaan yang kemudian dibeli
Google senilai US$ 1 Milyar. Apa yang terpikirkan oleh dia ketika
membuat Waze ? dia ketemu tujuan hidupnya. Dia melihat tidak ada di
dunia ini yang bisa menyelesaikan (solve) kemacetan, karena pertumbuhan
kendaraan yang tidak sebanding dengan pertumbuhan panjang jalan.
Dia-pun tidak berusaha menyelesaikan (to solve) kemacetan itu, lha wong
pemerintah-pemerintah di dunia saja tidak bisa. Maka yang dia lakukan
adalah mengatasi (overcome) atau lebih tepatnya mengakali (outsmart)
kemacetan. Kemacetannya sendiri tetap saja terjadi, tetapi bagi sebagian
orang yang menggunakan Waze – dia bisa mengalahkannya, itulah idenya –
dan itulah life purpose yang dia kejar sampai mendapatkannya.
Bagi
orang-orang yang telah menemukan tujuan hidupnya, dia akan memiliki
internal drive yang lebih dari orang lain. Ketika mayoritas orang
melihatnya tidak mungkin untuk dilakukan – seperti kasus Waze tersebut
di atas, orang yang memiliki tujuan hidup justru mengatakan – “…maka inilah tugas saya, karena orang lain tidak akan melakukannya !...”.
Kita
tentu akan mengatakan bahwa tujuan hidup kita lebih dari itu, lebih
dari sekedar mengakali kemacetan – meskipun yng inipun sudah bernilai
US$ 1 Milyar !, tetapi apa itu konkritnya ? Kalau ada 1000 orang saja
yang bisa mendefinisikan tujuan hidupnya dengan sangat jelas, kemudian
mengejarnya hingga tuntas – maka seluruh persoalan penting negeri ini
insyaAllah akan terselesaikan satu per satu.
Berikut diantaranya contoh-contoh dari tugas itu:
Harga
daging mahal, konsumsi protein hewani rata-rata penduduk negeri ini
hanya sekitar ¼ dari rata-rata dunia, kecerdasan generasi kita bisa
terganggu karena kekurangan protein ini, sedangkan kita tidak ingin
meninggalkan generasi yang lemah. Siapa yang akan mengatakan ‘…ini tugas saya untuk menyelesaikannya, karena belum nampak siapa orang lain yang akan melaksanakannya…’.
Debu-riba
riba merajalela dimana-mana, menyelimuti seluruh kehidupan kita. Lebih
dari 95% urusan financial kita terkait dengan riba, bahkan ada debu riba
yang kita dipaksa menghirupnya melalui BPJS yang akan menjadi wajib
bagi seluruh penduduk negeri ini dua tahun dari sekarang. Padahal saat
kita mengkonsumsi riba, do’a kita-pun terancam tidak terkabulkan. Siapa pula yang akan mengatakan ‘…ini tugas saya untuk menyelesaikannya, kalau toh hanya satu hal ini saja yang bisa saya selesaikan dalam hidup saya…’.
Pertanyaan
yang sama akan bisa kita ulangi untuk berbagai masalah besar yang tidak
atau belum terselesaikan setelah 72 tahun merdeka dan 7 presiden
berganti, seperti masalah banjir Jakarta, kebakaran hutan (tahun ini
kita bersyukur karena hujan turun terus), kemiskinan, ketergantungan
bahan pangan impor dlsb.dlsb.
Kita
tidak harus menjadi pemimpin formal seperti presiden , menteri,
gubernur atau walikota untuk menyelesaikan masalah besar. Juga tidak
harus pengusaha besar yang memiliki dana yang berlimpah awalnya. Uri
Levin - founder Waze adalah orang biasa, demikian pula pada tingkat
nasional kita – ada Nadiem Makarim yang berhasil menyiasati masalah
transportasi kota-kota di Indonesia, ada Ahmad Zaky yang karena jasanya
memberdayakan UMKM sampai mendapatkan Tanda Kehormatan Stayalancana
Wirakarya dari Presiden RI dlsb.
Di
luar sana masih ada segudang masalah yang belum terselesaikan, tetapi
ini juga berarti segudang peluang bagi siapapun yang menemukan misi
hidupnya, yang menemukan masyalah kemudian menyelesaikannya dengan
tuntas – ketika orang lain bahkan tidak memikirkannya. Kita juga bisa,
insyaAllah !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar