Oleh: Muhaimin Iqbal
Di gedung-gedung, kantor dan hotel selalu ada petunjuk bila terjadi kebakaran dimana ngumpul penghuninya dan rute jalan menuju titik berkumpul ini. Demikian pula di tempat-tempat wisata, selalu ada petunjuk arah evakuasi bila terjadi tsunami, letusan gunung berapi dlsb. Bila orang sudah terbiasa dengan petunjuk menghadapi resiko, justru tidak demikian dengan resiko yang teramat sangat besar – yaitu rangkaian peristiwa akhir zaman. Kemana kita akan mengungsi ketika Dajjal turun ? dimana kita seharusnya berada pada saat perang besar terjadi ?
Saat
itu kita belum tentu ada, tetapi anak kita lebih berpeluang
menghadapinya ketimbang kita, cucu kita lebih berpeluang menghadapinya
ketimbang anak kita – begitu seterusnya setiap generasi berikutnya akan
lebih mendekati resiko-resiko tersebut, karena akhir zaman pastinya
semakin dekat bukannya semakin jauh.
Maka
menjadi kewajiban bagi kita untuk mem-pass-on message, meneruskan pesan
agar masalah akhir zaman ini menjadi perhatian kita – bahkan lebih dari
perhatian kita terhadap resiko-resiko seperti kebakaran, tsunami,
letusan gunung api dlsb. tersebut di atas.
Nabi
pernah berkhotbah seharian – dari habis subuh sampai menjelang magrib,
dan juga pernah men-jama’ sholat untuk bisa menjesakan rangkian
peristiwa akhir zaman ini dengan tuntas. Dalam berbagai kesempatan
beliau juga menyisipkan pesan-pesan tentang akhir zaman, ini semua
menunjukkan betapa pentingnya subject ini untuk menjadi perhatian umat
akhir zaman ini.
Mempelajari
dan mengingat subject akhir zaman ini bukan lantas membuat kita
kehilangan semangat hidup dan apatis terhadap kehidupan, justru
sebaliknya yang terjadi – semangat hidup yang luar biasa untuk bekerja
dan beramal secara maksimal akan muncul bila kita mendalami subject ini
dengan benar. Mengapa demikian ?
Di
antara peristiwa akhir zaman adalah akan kembalinya Al-Quds ke tangan
umat ini dan kekhalifahan Islam akan berpusat di sana. Saat ini Al-Quds
dijajah oleh zionis Israel dengan dukungan sejumlah negeri-negeri maju
dengan segala macam kekuatan mereka, ekonomi, teknologi, persenjataan,
politik dlsb.
Bukankah
kalau kita mau mengalahkan mereka saat ini kita harus lebih di segala
bidang tersebut ? Allah juga yang akan menentukan kapan kekuasaan itu
akan dikembalikan ke tangan umat, namun dari sisi ikhtiar – kita juga
harus berikhtiar secara maksimal di segala bidang agar kita bisa lebih
unggul dari mereka saat ini.
Bisa jadi Al-Quds akan kembali ke umat tidak di era teknologi saat ini, tetapi di era pasca teknologi.
Inipun mengharuskan kita menyiapkan diri dan anak-cucu keturunan kita
untuk perkasa di era itu, pandai naik kuda, memanah, berenang dan bahkan
siap merangkak di atas salju.
Kita
akan merasakan betapa pentingnya segala persiapan dengan berbagai
kekuatan dan skills tersebut untuk kita lengkapi pada diri dan anak cucu
kita, mana kala kita bisa melihat dengan jelas tahap demi tahap yang
akan kita hadapi ke depan.
Sama
dengan sebuah pagelaran besar, setelah melakukan berbagai rangkaian
latihan demi latihan sang organizer biasanya melakukan rehearsal atau
gladi resik untuk melihat apakah persiapannya sudah sempurna atau ada
yang perlu dilengkapi.
Dalam
menghadapi resiko seperti kebakaran, tsunami, letusan gunung berapi
dlsb – biasa dikenal konsep drill – yang intinya ya latihan plus
rehearsal atau simulasi – bagaimana menghadapi situasi tersebut bila
benar-benar terjadi.
Maka
kitapun bisa membuat drill untuk diri kita saat ini, seberapa siap kita
menghadapi peristiwa akhir zaman tersebut bila itu terjadi dalam waktu
dekat. Kemungkinan ini selalu ada karena ketika ada yang bertanya ke
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam 1400 tahun lalu tentang kiamat ini,
Allah memberi jawaban “…boleh jadi hari kiamat itu sudah dekat waktunya…” (QS 33:63)
Nah
bagaimana kita membuat drill hari kiamat itu untuk kita saat ini ? saya
beri contoh untuk beberapa kasus saja – karena peristiwa itu sendiri
sangat kompleks. Yaitu yang terkait hadits yang memerintahkan kita
bergabung dengan pasukan Al-Mahdi, meskipun harus merangkak di atas
salju. Kemudian juga yang menyangkut tempat pasukan terbaik umat ini di
bumi Syam, dan negeri yang aman dari fitnah Dajjal – Makkah dan Madinah (
dalam hadits lain disebut juga Masjidil Aqsha dan Bukit Thursina).
Kalau
kita melihat lokasi dari rangkaian peristiwa tersebut, kita akan
melihat polanya – yaitu pola daerah yang akan menjadi center of gravity
dari peristiwa akhir jaman, daerah yang menjadi ‘lokasi evakuasi kita’
dalam menghadapi resiko yang maha dahsyat tersebut.
Dari
pola tersebut, bukankah kita tahu negeri yang paling memungkinkan kita
bergabung dengan pasukan al-Mahdi atau mengungsi dari fitnah Dajjal
adalah negeri Arab dan Bumi Syam tersebut di atas ? Kapan kita sebaiknya
bisa ke sana ? Itulah diperlukan simulasi atau drill tadi, agar kita bisa melihat rute mana yang paling memungkinkan.
Kalau
kita akan kesaba setelah hadirnya Imam Mahdi, maka benar seperti yang
disebutkan dalam hadits – besar kemungkinan kita akan merangkak di atas
salju. Mengapa demikian ? inilah hasil drill-nya.
Dalam
hadits disebutkan Imam Mahdi turun setelah tidak ada lagi perdagangan,
setelah peristiwa fitnah besar dimana setiap 9 orang, 7 orang terbunuh.
Kemungkinan ini adalah setelah Perang Dunia III, yang akan membunuh
begitu banyak manusia dan meluluh lantakkan teknologi – era EMP (Electro
Magnetic Pulse) dimana semua teknologi akan berhenti berfungsi.
Nah
kalau kita atau anak cucu kita ingin menyusul bergabung dengan pasukan
Al-Mahdi, saat itu kita perlu melakukan perjalanan darat melalui 10
negara yaitu dari negeri kita – ke Malaysia –Thailand –Myanmar-
Bangladesh – India – Pakistan - Afganistan – Iran – Kuwait - Saudi
Arabia.
Asumsinya
kita punya cara menyebrang selat Sunda dan Selat Malaca (berenang ?),
asumsinya kita dapat ijin dari negara-negara tersebut untuk melewati
wilayahnya, asumsinya kita survive merangkak di gunung-gunung bersalju
di Afganistan, asumsinya kita bisa membaca arah berdasarkan keberadaan
gunung, sungai dan bintang –
maka kita baru sampai ke Mekkah sekitar 100 hari berjalan tanpa henti,
inipun masih ditambah asumsinya kita punya bekal di perjalanannya.
Jadi
kita tahu betapa beratnya untuk sekedar melaksanakan perintah bergabung
ke pasukan ini, bila kita lakukannya saat itu. Ada cara lain yang bisa
kita tempuh selagi dunia masih relatif normal, perdagangan dan
persahabatan masih terjadi – yaitu di jaman ini. Bagaimana caranya ?
Itulah
melalui konsep hijrah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, dengan
keimanan, dengan membangun persahabatan dengan daerah tujuan Hijrah dan
dengan kemampuan berdagang.
Maka
inilah drill yang kedua, bagaimana kita bisa membangun keimanan (karena
kalau tidak yakin hari akhir itu bisa jadi sudah dekat – kita mungkin
akan tetap hidup santai), kekuatan perdagangan dan jaringan
persahahabatan – yang sedemikian rupa sehingga kita bisa hidup di mana
saja yang kita kehendaki, selagi perjalanan di dunia bisa dilakukan
dengan mudah.
Maka
dengan melalui drill-drill semacam inilah kita bisa mensimulasikan
secara lebih konkrit, rute mana yang kita tempuh yang paling
memungkinkan bagi kita dan anak cucu kita persiapkan untuk selamat
hingga akhir zaman. Kita butuh prestasi yang begitu menonjol secara
global, agar kita bisa hidup dimana saja yang kita yakini terbaik untuk
menghadapi rangkian peristiwa akhir jaman.
Kelihatannya
berat ? Kalau dilakukan saja – just do it – insyaallah tidak akan
terasa berat. Ini saya bayangkan mirip waktu saya kecil dahulu, ayah
saya membuat drill atau simulasi – bahwa keluarga besar kita tidak akan
bisa survive hidup di desa, kita tidak punya sawah cukup untuk dibagi ke
11 bersaudara. Lebih tidak ada yang dibagi lagi sampai ke generasi
berikutnya.
Maka dia berpesan : “le, kamu harus sekolah yang tinggi – agar bisa jadi orang di kota !”,
sekian tahun berlalu tanpa kita sadari – benar juga visi bapak kita.
Setelah kita bisa menjadi orang di kota, kita tetap bisa bertani di mana
saja – jauh lebih luas cakupannya , dibandingkan dengan yang
terbayangkan saat itu.
Maka
demikian pula seharusnya kita mendidik anak-anak kita sekarang, untuk
menjadi generasi yang unggul sedemikian rupa – dalam berbagai bidangnya
masing-masing, agar mereka unggul hidup di dunia pada jamannya. Bila
mereka menjadi warga unggul dunia, dimanapun mereka berada – mereka bisa
berbuat banyak melebihi yang kita bisa bayangkan saat ini.
Agar
drill-drill semacam ini mudah digunakan dan diaplikasikan oleh umat
saat ini, mumpung teknologi masih bisa kita gunakan saat ini – kita
manfaatkan secara maksimal. Bayangan saya drill-drill ini bisa dibuat
dalam bentuk apps, sehingga kita bisa membuat berbagai rute – jalan
keselamatan yang kita bisa tempuh, membangun perbagai skills, membangun
perdagangan dan persahabatan sebelum era itu tidak lagi berlaku (QS 14:31).
Bila Anda ahli IT, khususnya yang sangat menguasai android apps development , silahkan mendaftar pada link ini
untuk bergabung menyiapkan Apps yang akan mensimulasikan/ membuat drill
atas peristiwa-peristiwa yang akan terjadi ke depan berdasarkan
kabar-kabar nubuwah yang sampai ke kita, agar kita bisa mengambli
pelajaran dan mensikapinya dengan benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar