Bioeconomy : Peluang Bagi Umat Di Negeri Katulistiwa…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Selasa, 1 Mei 2012

Ketika di pesantren dahulu Pak Kyai mengajari kami untuk menghafal surat Al-Waqi’ah agar tidak jatuh miskin, kami mengira bahwa hanya dengan menghafalnya kita akan bisa menjadi kaya. Tentu saja ini juga mungkin bila Allah menghendaki, tetapi lebih dari itu surat Al-Waqi’ah ternyata memang bisa bener-bener menjadi sumber kekayaan suatu bangsa bila bangsa ini mampu memahami dan menggali maknanya sampai ke tingkat aplikasinya di berbagai aspek kehidupan. Konsep baru economy yang mulai banyak dibicarakan di dunia barat sejak beberapa tahun terakhir seperti Bioeconomy misalnya, sebenarnya hanya salah satu saja contoh dari aplikasi ayat-ayat tentang tanaman, air dan api di surat tersebut.


Bioeconomy atau biobased economy atau ada juga yang menyebut biotechonomy adalah seluruh kegiatan economi yang dikembangkan berdasarkan mekanisme dan proses pada tingkat genetika dan molekuler yang kemudian diterapkan pada proses industry untuk menggerakkan ekonomi.

Bioeconomy menggunakan sumber-sumber biomass dari tanaman-tanaman yang umumnya kita kenal, sampai ke tanaman-tanaman yang tidak biasa kita kenal seperti rumput laut, algae dlsb. Proses pemanfaatannya juga bervariasi dari proses pengolahan yang umumnya sudah kita kenal sampai dengan proses-proses canggih seperti apa yang disebut anaerobic digestion pada produksi ethanolpyrolysis untuk menghasilkan pyrolysis-oil, atau bahkan torrefaction untuk menghasilkanbiomass coal’.

Inti dari bioeconomy ini adalah bagaimana kita bisa menghasilkan nilai tambah maksimal dari sumber bahan baku biomass yang minimal. Untuk apa produk akhirnya ?. Ya untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling dasar seperti makanan, obat-obatan, sampai juga energy.

Nilai tambah ekonomi yang dapat dilipat gandakan dari tumbuh-tumbuhan dan tanaman di sekitar kita, baik untuk keperluan bahan pangan sampai kebutuhan energy inilah yang sebenarnya sudah lebih dari 1400 tahun petunjuknya disampaikan ke kita melalui serangkaian ayat di surat Al-Waqi’ah tersebut di atas. Perhatikan rangkaian ayat –ayat berikut misalnya :

Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya? Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia kering dan hancur; maka jadilah kamu heran tercengang. (Sambil berkata): "Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian, bahkan kami menjadi orang yang tidak mendapat hasil apa-apa."” (QS 56 : 63-67)

Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur? (QS 56 :68-70)

Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan. Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kami-kah yang menjadikannya? Kami menjadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir.” (QS 56: 71 -73)

Tiga kelompok  ayat tersebut berbicara tentang tanaman, air dan api (energy) – ketiganya merupakan komponen utama dari bioeconomy yang paling dasar. Dimana ketiganya bertemu secara melimpah ?, Di Indonesia, negeri tropis di sabuk katulistiwalah ketiganya tersedia atau bisa dihasilkan secara melimpah.

Api yang berguna bagi musafir di padang pasir di  QS 56 : 71-73 misalnya, dahulu sebelum orang bepergian dengan kendaraan seperti sekarang ditafsirkan sebagai api yang dinyalakan dari gosokan kayu – untuk menenerangi perjalanan di malam hari. Tentu saja ini juga masih berlaku sampai kini, hanya saja orang sekarang bepergian dengan kendaraan bermotor – tidak perlu lagi menggosokkan kayu bakar untuk menyalakan api.

Jaman berubah, teknologi terus berkembang, tetapi bahwa api atau energy dari tanaman atau kayu ini tetap valid hingga kini. Melalui salah satu proses anaerobic digestion diatas misalnya, orang bisa menghasilkan ethanol atau bahan bakar dari bahan-bahan tanaman – biomassEthanol ini kemudian salah satunya dapat digunakan untuk ‘menyalakan api’ mesin-mesin transportasi modern yang berguna bagi  'para musafir  di padang pasir’ !.

Maka sebelum penguasaan ekonomi generasi baru yang disebut bioeconomy inipun dikuasai oleh negeri-negeri barat, sudah seharusnya kalau kita bisa berusaha lebih keras agar  lebih bisa memahami dan menangkap peluang ini. Karena ditangan kita bukan hanya tersedia ilmunya, tetapi kita juga telah lama diberi segala sumber daya alamnya dan bahkan juga telah diberi petunjukNya.

Tinggal kita gali maknanya, kita eksplorasi penerapannya – maka insyaallah era bioeconomy ini adalah milik kita – umat yang berada di negeri tropis katulistiwa. Insyaallah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar