Oleh: Muhaimin Iqbal
Artikel ini saya tulis di lapangan terbang karena untuk menghindari kemacetan akibat banjir, saya harus berangkat jauh lebih awal agar tidak ketinggalan pesawat. Hari-hari ini mayoritas penduduk Jakarta lagi berjuang mengatasi masalahnya sendiri-sendiri yang terkait dengan banjir ini. Tetapi benarkah kita harus melihat banjir ini hanya sebagai masalah ?, bisakah kita melihat ada peluang besar sekali yang tersembunyi di belakangnya ?.
Do’a yang diajarkan ke kita ketika melihat hujan adalah “Allahumma Shayyiban Naafi’an” atau terjemahan bebasnya “Ya Allah jadikanlah hujan ini hujan yang bermanfaat”.
Seolah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ingin mengabarkan bahwa
ada hujan yang bermanfaat dan ada hujan yang tidak bermanfaat.
Hujan
hari-hari ini di Jakarta nampaknya menjadi hujan jenis yang kedua, bisa
jadi karena kita lalai bahwa hujan ini sebenarnya bisa menjadi hujan
jenis pertama yaitu hujan yang bermanfaat.
Hujan jenis pertama ini juga kita jumpai dari sejumlah ayat antara lain : “Dan
Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam…” (QS 50:9) dan “Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS 51:22).
Pertanyaannya
adalah lantas bagaimana kita bisa mengambil manfaatnya yang lebih besar
dari hujan ini, ketimbang efek sampingnya berupa mudharat seperti
banjir yang saat ini kita hadapi ?.
Pertama
adalah merubah sikap dahulu, bahwa hujan itu adalah barakah dan melalui
hujan inilah antara lain rezeki kita diturunkan dari langit. Yang kedua
adalah kemudian mengelolanya dengan segala ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ada di jaman ini agar yang seharusnya barakah sumber
rezeki tersebut tidak malah menjadi musibah.
Bayangkan
kalau Anda punya lahan yang luas dan subur, Apa yang Anda akan lakukan
dengan lahan ini ? apakah membiarkannya ditumbuhi ilalang, dijarah orang
dlsb sehingga Anda hanya sibuk mengeluarkan biaya untuk menjagainya
tanpa memperoleh hasil dari lahan tersebut ?.
Atau di lahan
negeri ini ada cadangan gas alam yang sangat besar, apakah kita biarkan
menjadi letupan-letupan kebakaran di sana –sini atau kita mengelolanya
sebagi sumber energi yang melimpah ?.
Makanan
(Food), Energy dan Air (Water) atau disingkat FEW adalah tiga sumber
pemenuhan kebutuhan pokok manusia yang teramat penting yang bahkan
menjadi alasan-alasan perang sepanjang masa. Sumber –sumber FEW itu
melimpah di negeri ini, masa kita persepsikan sebagai sumber musibah ?.
Bahwa ketiganya harus dikelola bersama, ini juga diajarkan oleh uswatun hasanah kita melalui sabdanya : “Orang-orang muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput, air dan api” (Sunan Abu Daud, no 3745).
Maka
setelah kita menyikapi air hujan sebagai sumber rezeki yang penuh
barakah, sama dengan sumber-sumber pangan dan sumber-sumber energy,
insyaAllah kita akan semangat menyongsong dan mengelolanya.
Para ahli kemudian dapat merumuskan bagaimana mengelola air yang turun berlimpah secara musiman ini, agar manfaatnya bisa di-spread sepanjang tahun sebagai sumber air baku untuk minum, untuk pengairan, untuk perikanan, penunjang berbagai industri dlsb.
Bayangan
saya yang perlu dibuat tidak harus waduk yang sebesar-besarnya seperti
yang disampaikan Gubernur DKI kemarin jawabannya, bisa saja waduk-waduk
skala kecil tetapi menyebar di sejumlah lokasi yang tepat – insyaallah
akan lebih efektif dan doable dengan melibatkan masyarakat luas. Tetapi ya Wa Allahu A’lam, diserahkan ke ahlinya untuk merancangnya yang paling efektif.
Untuk
menyiapkan waduk-waduk dan sarana pengelolaan air yang paripurna ini
tentu dibutuhkan dana yang tidak sedikit, untuk inipun saya sudah pernah
menulis sarana pengumpulan dana’nya yang melibatkan masyarakat DKI melalui dana ta’awun.
Salah
satu dari tiga sarana pemenuhan kebutuhan pokok manusia itu lagi
tersedia melimpah ruah di Jakarta hari-hari ini, akankah kita biarkan
terus menjadi musibah padahal sesungguhnya dia sumber rezeki yang penuh
barakah ? Jawabannya bukan hanya ada pada para pemimpin kita, tetapi
juga ada pada diri-diri kita.
Mulai
menyikapinya secara benar, kemudian berikhtiar secara maksimal dengan
ilmu dan petunjukNya – InsyaAllah air hujan yang melimpah ini akan
kembali menjadi sumber rezeki yang penuh barakah. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar