Oleh: Muhaimin Iqbal
Tahun ini dan tahun depan rakyat kebanyakan negeri ini akan banyak-banyak dihibur oleh suara-suara lantang yang menjanjikan kemakmuran dan pengentasan kemiskinan. Suara-suara lantang yang menghibur rakyat tersebut kemudian akan menghilang pasca pemilihan. Setelah terpilih menjadi anggota legislatif ataupun duduk di eksekutif, mereka tidak lagi bersuara lantang – mereka rajin berbisik !.
Mengapa
berbisik ? karena yang mereka omongkan tidak untuk kepentingan rakyat
banyak, maka hanya dengan berbisik-bisik di antara merekalah mereka
berunding untuk kepentingan kelompoknya masing-masing.
Mereka
berbisik ketika mereka merencanakan plesir studi banding, berbisik
ketika membicarakan anggaran, berbisik untuk mencantumkan atau
menghilangkan ayat-ayat tertentu dalam perundang-undangan, berbisik
ketika membuat peraturan pemerintah, berbisik ketika mereka menyusun
perda dst.
Mengapa
harus berbisik ? karena ada yang mereka sembunyikan dari masyarakat
kebanyakan. Mereka juga harus berbisik karena banyaknya
pembisik-pembisik yang sibuk menitipkan kepentingannya masing-masing.
Bahwasanya
negeri ini dari pusat sampai daerah dikendalikan oleh bisik-bisik, itu
dapat kita lihat dari beberapa fenomena berikut :
Mengapa rakyat kebanyakan tidak memiliki pasarnya untuk bisa menaikkan taraf
hidup ? Karena para penguasa mendapatkan bisikan bahwa mal-mal modern
nan mewahlah yang menaikkan gengsi pada kotanya, pasar-pasar megah yang
hanya bisa dijangkau oleh yang punya uang-lah yang bisa mendatangkan
pendapatan daerah yang besar. Seolah mereka berbisik “ Hanya yang kaya yang boleh jualan di sini…”
Rakyat
kebanyakan yang ‘mencuri’ kesempatan untuk berjualan di pinggir-pinggir
jalan, di pasar kaget dlsb – selalu menjadi korban gusuran aparat pemda
yang seolah berbisik “Orang miskin jangan jualan disini, mengganggu ketertiban …”.
Ketika
banjir besar melanda ibu kota dan sekitarnya seperti hari-hari ini,
pemda dan masyarakat kayanya berbisik menyalahkan orang miskin. Seolah
mereka-mereka yang tinggal di pinggir kali penyebabnya, mereka yang
membuang sampah di kali penyebabnya. Logikanya karena orang-orang kaya
tidak tinggal di pinggir kali, mereka tidak membuang sampah di pinggir
kali. Lalu merekapun seolah berbisik “…orang miskin jangan tinggal di sini…”.
Yang
tidak kalah menyakitkan lagi, hari-hari ini ada salah satu pemda dari
kota penyangga ibu kota yang membuat aturan hanya rumah-rumah besar yang
boleh dibangun oleh developer di kotanya. Alasannya adalah agar kotanya
tidak menjadi kumuh, maka mereka-pun seolah berbisik “…orang miskin jangan tinggal di kota ini…”
Di rumah-rumah sakit orang miskin tidak dilayani semestinya, seolah mereka bicara “…orang miskin yang sakit jangan dibawa ke sini...”.
Di sekolah-sekolah yang mahal, bahkan ada anak guru yang tidak bisa
masuk sekolah dimana orang tuanya mengajar, mereka seolah bicara “…orang miskin jangan sekolah disini…”.
Barangkali
inilah yang membuat negeri ini tidak kunjung makmur setelah 67 tahun
merdeka, negeri ini melalaikan kepentingan orang miskin ini di hampir
setiap kebijakan publik yang dibuatnya. Negeri ini berjalan melalui
bisik-bisik dan melalaikan peringatan Allah antara lain melalui ayat
berikut :
“Maka
pergilah mereka saling berbisik-bisikan. "Pada hari ini janganlah ada
seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu". Dan berangkatlah mereka di
pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka
mampu (menolongnya). Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata:
"Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan), bahkan
kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya)"” (QS 68 : 23-27)
Padahal ada janji pertolongan dan rezeki dariNya melalui keberadaan (do’a) orang-orang miskin ini :
“Tidaklah kalian ditolong dan diberi rezeki melainkan karena adanya orang-orang yang lemah diantara kalian” (HR. Bukhari).
Maka
berangkat dari fenomena yang ada di masyarakat kita yang tidak kunjung
makmur, berbekal dengan ayat-ayat dan hadits yang sahih di atas,
insyaAllah negeri ini bisa makmur justru ketika setiap membuat kebijakan publik – mendahulukan kepentingan orang miskin yang lemah di negeri ini.
Negeri ini bisa makmur ketika para pengambil keputusan tidak lagi berbisik, mereka bisa bersuara lantang lantaran tidak lagi ada yang mereka sembunyikan. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar