Oleh: Muhaimin Iqbal
Salah satu Ustadz saya setiap Jum’at mengingatkan saya dan juga nampaknya seluruh muridnya yang ter-record di Blackberry beliau, untuk mewaspadai fitnah Dajjal dengan menghafal 10 ayat pertama surat Al-Kahfi. Yang menarik adalah mengapa surat Al-Kahfi ? ternyata didalamnya ada empat cerita yang bisa menjadi survival kit bagi umat akhir jaman ini.
Cerita
pertama adalah tentang sekelompok anak muda yang demi untuk menjaga
keimanannya rela menyendiri dan menjauh dari masyarakat yang tingkat
kerusakannya sudah tidak mungkin diperbaiki. Kelak mereka kembali ke
masyarakat ketika situasi berubah. Ketika kembali ini mereka kembali
dengan uang-nya sendiri dan selektif dalam memilih makanan : “…Maka
suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik…” (QS 18 :19)
Cerita
kedua tentang gambaran kebun yang indah dan pemilik kebun yang sombong.
Kesombongan yang melupakan kehendak dan kekuatan Allah – yang akhirnya
berbuntut kebunnya dihancurkan oleh Allah. Sementara ada orang kedua
yang disepelekan oleh pemilik kebun inipun mengingatkan “…mengapa
kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu "MAA SYAA ALLAH,
LAA QUWWATA ILLAA BILLAH" (Sungguh atas kehendak Allah semua ini
terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya
kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan, maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik daripada kebunmu …”(QS 18:39-40).
Cerita
ketiga tentang Nabi Musa bersama muridnya dan Nabi Musa bersama gurunya
yaitu Nabi Khidr. Bersama muridnya dia meng-eksplorasi alam dengan
perjalanan yang jauh dan lama : “…."Aku
tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah
lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun"”. (QS 18 :60)
Bersama gurunya Nabi Musa diminta bersabar dalam menuntut ilmu : “…inilah
perpisahan antara aku dengan kamu; Aku akan memberitahukan kepadamu
tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.” (QS 18 :78)
Cerita
keempat adalah tentang Zulkarnain, pemimpin yang adil, perkasa, berilmu
dan mau bekerja keras untuk memberi solusi permasalahan yang dihadapi
oleh rakyatnya: “Zulkarnain
berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya
adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan
alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah
aku potongan-potongan besi" Hingga apabila besi itu telah sama rata
dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Zulkarnain: Tiuplah (api
itu)". Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia
pun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke
atas besi panas itu". (QS 95-96)
Belajar dari rangkaian empat cerita tersebut, maka survival kit kita untuk selamat di akhir jaman itu akan terdiri dari :
1. Pemuda
akhir jaman yang beriman, mampu membentengi diri dari pengaruh rusaknya
masayarakat pada jamannya. Mereka mempunyai system keuangan (kehidupan)
–nya sendiri, dan mereka menjaga makanan (rezeki) nya.
2. Mereka
bekerja keras mengolah dan memakmurkan bumi dengan tetap bertawakkal
dan menyadari bahwa bila mereka berhasil – itu semua atas kehendak dan
kekuasaan Allah semata.
3. Mereka
mengamalkan ilmu-ilmu yang mereka miliki untuk mengeksplorasi potensi
alam, dan pada saat yang bersamaan mereka belajar meningkatkan
keilmuannya secara terus menerus dengan sabar.
4. Mereka
dipimpin oleh pemimpin yang adil, kuat, berilmu pengetahuan dan mau
terjun langsung bersama masyarakat untuk menyelesaikan segala persoalan
yang ada, pemimpin yang mampu menciptakan keamanan di masyarakat.
Tentu
perlu kajian dan pendalaman yang menyeluruh untuk segala bidang – agar
empat cerita tersebut bisa menjadi inspirasi untuk amal nyata di dunia
yang sudah penuh dengan fitnah ini.
Sekitar
setahun dari sekarang, negeri ini akan hiruk pikuk dengan pesta
demokrasi untuk memilih para pembuat undang-undang dan pemimpin negeri.
Maka dengan pembanding empat cerita di atas, mudah-mudahan kita
dimudahkan untuk mengambil sikap kita. Apakah waktunya kita lari
menyendiri ke ‘gua’ kita sendiri, atau waktunya terjun menyelesaikan
persoalan-persoalan yang ada di masyarakat.
Seandainya
toh kita berpendapat bahwa system yang ada begitu rusaknya sehingga
kita waktunya lari ke gua-gua; sikap optimism itu masih layak dibangun
untuk jaman ini. Bahwa kita belum menuju akhir jaman, sebelum sekali
lagi kita menuju kemakmuran.
Maka,
tidak inginkah kita menjadi bagian dari umat yang ikut merintis jalan
untuk menuju kemakmuran sekali lagi seperti berita nubuwah berikut ?.
" Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya tetapi
dia idak mendapatkan seorangpun yang bersedia menerima zakatnya itu.
Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan
padang-padang rumput dan sungai-sungai " (HR. Muslim).
Kemakmuran
sekali lagi itu oleh dan untuk orang-orang yang sadar zakat – siapa
lagi yang sadar zakat kalau bukan kita umat ini ?, lantas siapa lagi
yang harus mulai bekerja mewujudkannya bila bukan kita-kita yang hidup
di jaman ini ?. Wa Allahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar