Oleh: Muhaimin Iqbal
Situs resmi United Nation World Food Programme mengungkapkan bahwa resiko kesehatan terbesar di dunia saat ini adalah resiko kelaparan. Kelaparan menimbulkan lebih banyak kematian dibandingkan dengan jumlah kematian gabungan yang ditimbulkan oleh penyakit AIDS, Malaria dan TBC sekaligus. Bahwasanya masih begitu banyak jumlah orang yang kelaparan di abad modern ini, barangkali ini karena dunia baru mengandalkan ilmu, teknologi , system ekonomi, sosial dan politik buatan manusia yang penuh kelemahan dan kepentingan itu sebagai panglima – dunia belum menggunakan petunjukNya sebagai panglima untuk menyelesaikan masalah yang sangat serius seperti urusan pangan ini.
Kita mungkin belum yakin dengan petunjuk yang begitu ceto welo-welo
(terang benderang) untuk menghilangkan kelaparan itu misalnya. Coba
bayangkan seandainya kita menggunakan petunjukNya sebagai panglima untuk
mengatasi kelaparan di dunia – kemudian memulainya dengan dua hadits
shahih berikut misalnya :
“Tidak akan lapar penghuni rumah yang memiliki kurma” (HR Muslim, Hadits no 3811)
““Wahai
‘Aisyah ! rumah yang di dalamnya tidak ada kurma, maka penghuninya akan
lapar. Wahai ‘Aisyah ! rumah yang di dalamnya tidak ada kurma, maka
penghuninya akan lapar” Beliau mengucapkannya sebanyak dua atau tiga
kali”(HR Muslim, Hadits no 3812)
Bagaimana kira-kira sikap kita dengan hadits tersebut ?, Oh itu solusi untuk orang Arab ?, tidak !, agama ini adalah rahmatan lil-alamin
– rahmat bagi seluruh alam. Kebenaran ayat-ayatNya dan petunjuk
RasulNya berlaku untuk orang Arab dan berlaku juga bagi seluruh dunia.
Artinya kalau kurma mencegah kelaparan di dua hadits tersebut, itu
berarti berlaku bagi seluruh dunia bahwa kurma memang benar-benar dapat
mencegah kelaparan.
Yang
mungkin akan segera disangkal justru oleh para ahli pertanian dan ahli
pangan adalah kurma bukan tanaman kita, belum tentu cocok di tanah kita,
tidak cocok untuk makanan kita dlsb. dlsb. Bisa jadi pendapat mereka
betul semua berdasarkan cakupan ilmu mereka. Tetapi bila cakupan ilmu
itu kita perluas sedikit saja, semua sangkalan itu menjadi lebih mudah
dicarikan jawabannya.
Di
Chiang Mai – Thailand yang agro klimatnya mirip dengan daerah-daerah
Indonesia pada umumnya – kurma justru memberikan hasil terbaik untuk
setiap pohonnya. Negeri Jiran kita Malaysia sudah lebih dari 12 tahun
pula berhasil dengan sukses mengembang biakkan kurma di wilayah yang
mereka masih jaga kerahasiaannya – barangkali takut dengan negeri
jirannya (kita !) akan melangkah lebih cepat bila kita juga tahu - karena kita punya lahan yang lebih luas dan human resources yang lebih banyak.
Secara
historis kita juga memiliki bukti yang begitu meyakinkan dengan tanaman
yang memiliki banyak kemiripan dengan kurma yaitu sawit. Dahulu
penjajah kita hanya membawa empat benih sawit dari Afrika Barat – kini
produsen sawit terbesar dunia itu adalah kita !
Kurma
belum menjadi solusi kelaparan dunia saat ini – bisa jadi karena justru
menunggu ada negeri subur dengan potensi area tanam yang sangat luas
dan dengan tenaga kerja yang cukup, yang mau menanam kurma. Negeri
manakah itu ? ya kita lah yang paling fit untuk misi besar tersebut.
68%
produksi bio massa dunia ada di seputar katulistiwa, yaitu sedikit di
Afrika dan sebagian agak banyak di Amerika Latin – terbesarnya di Asia
Tenggara. Dan yang memegang porsi paling besar di Asia Tenggara ini
siapa lagi kalau bukan kita ?
Lebih
dari itu penduduk terbesar di negeri dengan potensi produksi bio massa
terbesar dunia ini – membaca Kitab yang didalamnya ada belasan kali
kurma disebut. Membaca ratusan hadits yang di dalamnya kurma disebut
untuk berbagi situasi dan konteks. Jadi sangat bisa jadi produksi massal
kurma dunia itu menunggu umat yang hidup di negeri ini untuk
merealisasikannya.
Tetapi bagaimana kurma bisa menjadi makanan kita ?, makanan itu ber-evolusi dari waktu ke waktu. Mie bukan makanan asli kita, apalagi burger, steak, fried chicken, French fries
dan sejenisnya. Coba tanyakan ke anak Anda tentang makanan-makanan
tersebut ? mereka sudah sangat familiar untuk jenis makanan yang bahkan
namanya-pun belum kita kenal ketika kita masih kecil dulu.
Hanya
perlu waktu Orde Baru 32 tahun untuk mengubah mie yang dahulu lauk (mie
telor) menjadi salah satu makanan utama kita – padahal 100 % bahan baku
utamanya impor. Seolah ibu-ibu tidak nyaman bila di rumahnya tidak ada
mie untuk makanan sewaktu-waktu. Bahkan setiap ada musibah banjir,
tsunami dan gempa – mie menjadi komponen bantuan pangan utama !
Makanan-makanan lain seperti burger, steak, fried chicken, French fries
dst tersebut bahkan hanya perlu waktu belasan tahun saja untuk bisa
dikenal generasi muda kita sampai ke pelosok daerah – saking cepatnya
penetrasi makanan barat ini, sampai-sampai sebagian namanyapun belum ada
terjemahannya ke bahasa kita.
Intinya
adalah apa susahnya mengenalkan makanan yang berdasarkan kabar nubuwah
melalui dua hadits tersebut diatas akan mencegah kelaparan ini ? apalagi
kini era twitter, era facebook, era wikipedia dlsb – dimana sosialisasi
suatu produk atau ide bisa sangat murah dan sangat cepat.
Tantangannya
kemudian adalah bagaimana agar nanti bila kita sudah menjadikan kurma
sebagai salah satu makanan utama kita – kita tidak perlu impor seperti
yang terjadi selama ini. Jawabannya ya ayo kita belajar menanamnya
rame-rame di negeri ini. Thailand yang tidak membaca Al-Qur’an dan
Hadits saja sudah mulai melakukannya dengan sukses, kenapa tidak dengan
kita ?
Tanaman
kurma sebenarnya juga sudah banyak ditanam di negeri ini, namun
kebanyakan masih untuk hiasan. Kebanyakan tidak berbuah dan kalau toh
berbuah – buahnya tidak enak. Semua itu ada jawabannya insyaAllah. Kurma
adalah tanaman berumah dua, ada tanaman betina dan ada tanaman jantan.
Keduanya harus dikawinkan dahulu ketika berbunga untuk dapat
menghasilkan buah yang sempurna.
Tanaman
kurma betina yang tidak dikawinkan bisa berbuah tetapi tidak bisa besar
buahnya atau kalau toh besar tidak enak rasanya – karena dia tidak
sempurna. Tanaman jantan yang tidak diambil benang sarinya akan rontok
sendiri benangsarinya – tidak menjadi buah.
Kurma
bukan hanya sekedar makanan pencegah kelaparan, kurma juga merupakan
makanan yang mendatangkan kebahagiaan ! Ini bukan seperti iklan coklat
yang konon orang yang makan coklat akan merasa bahagia – tetapi ini
adalah kabar langsung dari Al-Qur’an dan Hadits sahih berikut :
“Maka
Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih
hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan
goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan
menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu...” (QS Maryam : 24-26).
“Diceritakan
dari ‘Aisyah istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bahwa bila ada
orang dari keluarganya (‘Aisyah) yang meninggal maka para wanita-pun
berkumpul, kemudian mereka pergi kecuali keluarganya dan orang-orang
dekat. Lalu (‘Aisyah) memerintahkan untuk mengambil periuk yang terbuat
dari batu dan diisi dengan talbinah (makanan yang terbuat dari tepung
dan kurma), lalu dimasaklah makanan tersebut, kemudian dibuat bubur dan
dituangkanlah makanan tersebut di atasnya. Lalu (‘Aisyah) berkata :
“makanlah ia, karena sungguh aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda : “makanan yang terbuat dari tepung dan kurma
tersebut penyejuk bagi hati yang sakit dan dapat menghilangkan sebagian
kesedihan”””. (HR. Muslim , Hadits no 4106).
Nah
sekarang kita sudah mulai bisa melihat betapa indahnya solusi yang
dimulai dengan petunjuk itu – solusi dimana petunjukNya menjadi
panglima, kita ingin ikut mengatasi kelaparan dunia malah mendapatkan
bonus untuk ikut menebarkan kebahagiaan pula ! Tetapi bagaimana
memulainya ? di sinilah ilmu, teknologi dan lain sebagainya mulai juga
kita berdayakan – sebagi prajuritnya, ilmu harus dipimpin oleh
petunjukNya agar dia berjalan ke arah yang benar.
Serangkaian
kerja keras para prajurit ini masih harus dilakukan untuk masa yang
panjang, tetapi setidaknya kita sudah memulainya. Benih-benih kurma
terbaik yang siap tanam (sudah berupa pohon kurma dengan tinggi sekitar
50 cm) sudah kami datangkan dari salah satu lembaga riset kurma terbesar
di luar negeri - dan sudah dipilihkan yang insyaAllah cocok dengan
kondisi alam kita.
Yang
kami butuhkan adalah sejumlah sukarelawan dari komunitas pembaca
GeraiDinar ini, untuk mencoba menanam di daerah yang sesuai dan
melakukan pengamatan sampai beberapa tahun kedepan. Bila Anda berminat,
silahkan ajukan CV Anda dan berikan kami gambaran kondisi tanah di
daerah Anda. Yang kami butuhkan kurang lebih tanah yang berpasir dan
syukur juga sedikit berkapur.
Bagi yang tidak terpilih untuk mendapatkan bagian
benih kurma impor yang sudah kami pilihkan tersebut, insyaallah akan
kami libatkan pula untuk ikut menanam kurma lain yang lebih menantang
dan tidak kalah menariknya.
Siapa tahu dengan berjamaah kita bisa menghilangkan kelaparan bagi dunia yang kini berdasarkan data FAO tahun lalu
(2012) masih sekitar 870 juta orang kelaparan dan terbesarnya 563 juta
berada di sekitar kita – di Asia Pacific ! Lebih dari itu siapa tahu
kita juga bisa menghadirkan kebahagiaan bagi dunia ! (insyaAllah
bersambung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar