Oleh: Muhaimin Iqbal
Di antara surat-surat panjang yang ada di Al-Qur’an yang sudah sangat banyak dihafal di negeri ini antara lain adalah Surat Yaasiin, Surat Al-Waaqiah dan Surat Al-Mulk. Bila saja dua langkah pertama interaksi dengan Al-Qur’an ini (membaca dan menghafalkan) dilanjutkan dengan tiga langkah berikutnya yaitu memahami, mengamalkan dan mengajarkan – maka insyaAllah negeri adil makmur, gemah ripah loh jinawi – Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur itu bisa terwujud mulai dari surat-surat andalan ini.
Betapa
tidak, di Surat Yaasiin saja kita sudah diberi manual untuk memakmurkan
bumi. Mulai dari kondisi ekstrem bumi yang mati (QS 36 :33), sampai
kita bisa mengolah bumi dengan tangan kita di tahap-tahap
berikutnya (QS 36 : 34-35). Di surat Yaasiin kita bahkan juga diberi
indikasi solusi energi dari pohon-pohon yang hijau (QS 36 :80).
Di surat Al-Waaqi’ah kita bisa menggali pelajaran yang lebih
detil mengenai sumber-sumber daya untuk kemakmuran itu. Mulai dari
sumber daya manusianya ( QS 56 : 58-62), Sumber daya tanaman (QS 56 :
63-67), sumber daya air (QS 56 : 68-70) dan sumber daya api atau energi (
QS 56 : 71-73).
Tiga
hal kebutuhan pokok manusia yang sampai menjadikan manusia rela
berperang untuk memperebutkannya sejak jaman dahulu hingga kini yaitu
apa yang disebut FEW (Food, Energy and Water), atau Pangan, Energi dan
Air secara tuntas kita diberi manualnya di Surat Al-Waaqiah tersebut.
Surat
Al-Mulk mengindikasikan bahwa penaklukan atau pemakmuran bumi itu mudah
– tidak sesulit yang kita bayangkan. Di Bumi ini juga telah Allah
sediakan makanan yang cukup (QS 67:15)
sehingga tidak seharusnya di negeri ini sampai mencari kesana kemari –
sibuk mendatangkan bahan pangan dari negeri yang lain.
Dari
tiga surat panjang andalan (yang paling banyak dihafal) saja,
insyaAllah solusi atas berbagai problem pemenuhan kebutuhan pokok kita
seharusnya sudah bisa diatasi lebih dari cukup. Tetapi mengapa
kenyataannya yang kita hadapi di masyarakat tidak demikian ? mengapa di
negeri muslim dengan penghafal surat-surat andalan terbanyak – justru
pontang-panting sibuk menghadirkan bahan makanan dari negeri yang penduduknya tidak menghafal Al-Qur’an ?
Banyak yang bisa menjadi penyebabnya, antara lain yang
pertama adalah orang-orang yang menghafalkan surat-surat tersebut
berhenti pada langkah kedua saja yaitu membaca dan menghafalkan. Belum
pada tataran berikutnya yaitu memahami dan mengamalkan apa yang kita
sudah hafalkan dan syukur-syukur juga mengajarkannya.
Yang
kedua adalah karena para teknokrat dan ilmuwan negeri ini, belum
menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber dari segala sumber ilmu.
Doktor-Doktor kita lebih mantab belajar dari negeri-negeri kapitalis,
padahal mereka tidak mengajarkan ilmu kecuali yang sesuai dengan
kepentingan mereka atas negeri ini. Mereka tidak akan mengajarkan ilmu
yang sesuai kepentingan kita tetapi bertentangan dengan kepentingan
mereka.
Di
dalam negeri sendiri, saya belum pernah mendengar ada perguruan tinggi
pertanian misalnya, yang mengajarkan Al-Qur’an sebagai dasar atau
rujukan ilmu-ilmu pertanian mereka. Demikian juga dengan ilmu-ilmu
lainnya seperti engineering, ekonomi, kedokteran, pendidikan dlsb.
Perguruan-perguruan tinggi kita masih sekuler, mereka ada mata kuliah
agama Islam dan bahkan juga Al-Qur’an , tetapi mata kuliah ini tidak ada
hubungannya dengan mata kuliah utama yang mereka ajarkan.
Yang
ketiga adalah para birokratnya, belum pernah terdengar di negeri ini
bahwa masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat diatasi dengan
petunjuk yang ada di Al-Qur’an. Padahal Al-Qur’an adalah jawaban untuk
seluruh hal (QS 16:89), apakah mereka tidak yakin tentang hal ini ?.
Pengelolaan negeri ini juga masih sangat sekuler, para pengelolanya
sangat banyak yang beragama Islam bahkan tidak jarang mereka adalah para
ustadz, tetapi ketika mereka mengelola negeri – tidak nampak
tanda-tanda bahwa mereka menggunakan Al-Qur’an (dan juga tentunya
Hadits) sebagai rujukan mereka.
Negeri
ini insyaAllah akan makmur manakala para penghafal surat-surat tersebut
di atas antusias untuk memahami dan mengamalkan apa-apa yang sudah dia
hafalkan hampir setiap hari. Kemudian para ilmuwannya menjadikan
Al-Qur’an sebagai sumber ilmu utama, dan para birokratnya menggunakan
Al-Qur’an untuk rujukan dalam mengambil kebijakan dan menyelesaikan
segala masalah yang dihadapi di masyarakat.
Dari
mana kita tahu bahwa dengan cara ini kita akan makmur ?, dari mana lagi
kalau bukan dari janjiNya sendiri seperti yang Dia janjikan melalui
surat Al A’raaf ayat 96.
Lantas
dari mana kita akan mulai menggapai kemakmuran yang demikian ini ? yang
paling mudah ya insyaAllah mulai dari yang sudah rata-rata ada di diri
kita, yang sudah kita hafal bahkan di luar kepala kita. Mulai dari
surat-surat andalan yang sudah kita hafal, Surat Yaasiin, Surat
Al-Waaqiah, Surat Al-Mulk dst.
Kali
ini dua langkah yang telah kita mulai yaitu membaca dan
menghafalkannya, kita teruskan dengan tiga langkah berikutnya yaitu
memahami, mengamalkan dan mengajarkannya. Maka insyaAllah negeri ini
akan makmur dan penuh keberkahan. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar