Oleh: Muhaimin Iqbal
Sebuah masalah besar sekaligus peluang besar pagi ini muncul dalam iklan PT. Pertamina (Persero) di sejumlah media masa. Iklan tersebut adalah pencarian +/- 3.3 juta KL/tahun bahan bakar biodiesel untuk menekan volume BBM impor. Iklan ini merupakan symptom dari masalah besar karena mengindikasikan betapa tidak siapnya negeri ini memenuhi kebutuhan energi rakyatnya. Di sisi lain problem bahan bakar ini juga menjadi peluang besar bagi para pihak yang siap menjawab tantangan kebutuhan energi untuk negeri dengan sekitar 250 juta penduduk ini.
Dalam
sejarah peradaban manusia, krisis energi seperti yang sedang kita
jelang ini sebenarnya bukanlah yang pertama kali. Inggris pernah
mengalami krisis energi selama seratus tahun dari tahun 1450 -1550
ketika hutan-hutan negeri itu nyaris punah dibabat dan diambil kayunya
sebagai bahan bakar. Krisis energi baru kemudian teratasi ketika mereka
mulai menemukan energi batu bara sebagai ganti energi kayu bakar.
Maka
belajar dari solusi energi di Inggris pada abad pertengahan tersebut,
solsui energi di jaman modern ini mestinya juga mirip. Problem energi
(juga problem-problem yang lain) yang kita hadapi saat ini lebih
disebabkan oleh apa yang disebut Problema Myopia yaitu problem-problem
yang timbul dari pandangan yang sempit.
Ketika
‘negeri maju’ Inggris pada abad pertengahan memandang sumber enerigi
itu kayu, maka kayu dibabat sampai nyaris habis dan mereka menghadapi
krisis. Problem baru teratasi ketika mereka mulai memperluas
pandangannya – bahawa ‘eh ternyata’ bahan bakar tidak harus kayu, maka
ketemulah mereka dengan batu bara.
Yang
kita hadapi saat ini juga kurang lebih demikian, kita krisis bahan
bakar minyak karena kita hanya tahu BBM-lah yang kita perlukan untuk
menjalankan mobil-mobil kita. Apa tidak ada cara lain untuk menjalankan
mobil kita ? tentu ada, dengan listrik, dengan mata hari dlsb.
barangkali masalahnya tinggal belum ekonomis saja – tetapi solusi itu
ada.
Lebih
jauh dari myopia dibidang BBM ini adalah myopia di bidang transportasi.
Selama kita masih fokus pada mobil dan khususnya kendaraan pribadi
untuk alat transportasi, maka krisis BBM bisa jadi tidak terelakkan.
Tetapi lagi-lagi alat transportasi kan tidak harus mobil ? Bisa kereta,
trem atau alat-alat transportasi masal lainnya.
Ketika
alat trasportasi masal menjadi pilihannya, maka masalah krisis BBM
lebih mudah diatasi. Sumber-sumber energi untuk kereta, trem, monorail
dan sejenisnya lebih banyak pilihannya ketimbang mobil pribadi.
Transportasi masal umumnya menggunakan listrik dan listrik bisa
dihasilkan dengan tenaga uap, gas, air, batubara, gelombang laut,
matahari dlsb.
Intinya
adalah problem-problem yang kita hadapi dalam kehidupan kita, umumnya
disebabkan karena sempitnya pandangan kita terhadap suatu masalah atau
kebutuhan – inilah yang disebut Problema Myopia itu. Problema Myopia
adalah bukan problem sesungguhnya, banyak solusi di sekitar kita –
tetapi hanya berada di luar sudut pandang kita yang sempit selama ini.
Begitu sudut pandang itu diperluas, maka ketemulah solusi itu – persis
ketika orang Inggris menemukan batu bara di abad pertengahan tersebut di
atas, selesailah problem kayu bakar mereka.
Problema
Myopia juga bisa menjangkiti individu siapa saja. Seorang pegawai bisa
stres dengan pekerjaan yang sangat tidak disukainya tetapi terus tetap
bekerja, karena dia mengalami myopia bahwa pekerjaan dia itulah
satu-satunya yang dia bisa kerjakan, dan satu-satunya sumber rejeki yang
dia tahu.
Seorang
mahasiswa bisa stres demi mengejar secarik kertas bernama ijazah,
karena myopia dia bahwa ijazah tersebutlah satu-satunya jalan untuk
menggapai masa depannya.
Solusi
itu ada di sekitar kita, yang kita butuhkan hanya berusaha menggali
solusi itu ke segala arah. Untuk bisa menggali ke segala arah, yang
dibutuhkan adalah sudut pandang yang terbuka luas – bukan sudut pandang
yang sempit atau myopia.
Bahkan
Allah-pun ketika memberi solusi rezeki bagi kita – dalam bentuk apapun-
juga dari arah yang tidak disangka-sangka, bukan dari sudut pandang
kita yang sempit.
“…
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya…” (QS 65:2-3)
Maka perluaslah sudut pandang dengan ketakwaan kita, insyaAllah jalan keluar itu pasti ada. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar