Oleh: Muhaimin Iqbal
Di awal krisis kedelai empat bulan lalu saya pulang kampung dengan menenteng satu tas berisi benih koro pedang – tidak lebih dari 20 kg – karena kalau di atas itu tangan saya tidak kuat menentengnya. Pekan lalu saya pulang kampung lagi ikut melakukan panen perdananya. Dari panenan yang MAA SYAA ALLAH, LAA QUWWATA ILLAA BILLAH – kalau ditanam lagi menjadi benih, insyaAllah cukup untuk luas lahan 20-25 hektar tanaman koro pedang. Tetapi siapa yang akan melakukannya ?
Mungkin
saya dengan teman-teman masih bisa menanam sampai putaran kedua di
angka 20 —25 hektar ini. Tetapi putaran ketiga bila dilanjutkan sudah
akan menjadi benih untuk 800 – 1000 hektar, sudah tentu harus melibatkan
banyak pihak untuk ini.
Tetapi
siapa yang akan memasyarakatkan tempe koro pedang ini ? lagi-lagi kita
perlu orang lain untuk ikut menyebar luaskannya. Itulah peluang bagi
kita semua yang ingin ikut menyelesaikan masalah-masalah yang ada di
negeri ini.
Solusi
itu kadang ada di depan mata, tetapi dia berhenti pada tataran konsep
atau wacana bila tidak dieksekusi secara menyeluruh. Maka diperlukan
motif, agar orang mau rame-rame terlibat dalam prosesnya.
Solusi kedelai tidak harus koro pedang memang, tetapi setidaknya inilah salah satunya yang ada di depan mata. dia
tidak membutuhkan lahan-lahan yang selama ini sudah produktif digunakan
untuk tanaman lain, dia bisa ditanam di tanah-tanah marginal yang
selama ini terbengkalai.
Dia
bisa merambat untuk memanfaatkan celah-celah pohon jati atau tanaman
perkebunan lainnya. Dia bisa juga hidup tanpa merambat, mengembang
menutupi permukaan tanah seperti tanaman semak – sehingga cocok pula
untuk menurunkan suhu tanah dan menghijaukan permukaan tanah yang
gersang.
Koro pedang ini bisa dijadikan batu loncatan- untuk meraih small win – untuk membangkitkan semangat bahwa insyaAllah kita bisa mengatasi problem-problem yang ada di masyarakat. Maka dari small win ini insyaAllah akan muncul pula rasa PD kita untuk siap mengatasi masalah-masalah lain yang lebih besar.
Gerakan
koro pedang ini juga bisa menjadi model untuk kita bisa berbagi nilai
tambah. Kami bisa menyediakan koro pedangnya, kemudia masyarakat yang
lebih banyak bisa rame-rame membuat tempe, tahu dlsb. Lebih banyak lagi
masyarakat yang akan memproduksi produk-produk turunannya seperti
gorengan, ketoprak, rujak cingur dst.
Bahkan
bukannya tidak mungkin lahir industri kreatif yang berbasis tepung koro
pedang ini. Setelah menjadi Tepung Kaya Protein (Protein Rich Flour
–PRF) - koro pedang ini mengandung protein skitar 38 %. Bandingkan ini dengan tepung beras yang hanya mengandung protein sekitar 7 % dan tepung terigu dengan kandungan protein hanya di sekitar 9 %.
Artinya
akan sangat banyak produk makanan kreatif bergizi tinggi yang bisa
dihasilkan dari koro pedang ini, makanan berprotein tinggi seperti
daging sintetis, makanan/minuman kesehatan, aneka bubur, aneka kue,
camilan dlsb.
Tentu
peluang-peluang tersebut tidak mungkin kami eksplorasi semuanya
sendiri, dan untuk itulah kami ingin berbagi peluang ini untuk menjadi
peluang bersama. Startup Center
yang kami siapkan di Jalan Juanda Depok insyaAllah siap dalam dua bulan
kedepan – untuk menggodok dan mengeksekusi ide-ide semacam ini, namun
sebelum itu bila Anda tertarik untuk mengeksplorasinya lebih awal –
silahkan hubungi kami.
Yang
dibagi umumnya akan habis, tetapi tidak bila yang dibagi adalah nilai
tambah - dia akan terus bertambah, bertambah dan bertambah. Maka
insyaAllah kami siap untuk berbagi nilai tambah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar