Oleh: Muhaimin Iqbal
Sebuah study terhadap alumni Harvard University[1] – salah satu perguruan tinggi terbaik dunia – menemukan fakta bahwa sangat sedikit lulusan mereka yang membiasakan diri menulis tujuan hidupnya, hanya sekitar 3 %. Dan ternyata yang sangat sedikit inilah yang sukses dalam perjalanan hidupnya menurut standar mereka. Semua belajar hal yang sama, tetapi sedikit sekali yang sukses – apa yang membedakannya ?
Nampaknya
sederhana, hanya menuliskan apa tujuan hidup mereka – tetapi ini
ternyata berkorelasi langsung dengan tingkat pencapaian tujuan itu.
Mengapa demikian ?
Orang-orang
yang sampai menuliskan tujuan hidupnya – dia setidaknya tahu apa tujuan
hidupnya. Setelah tahu dan kemudian meyakininya, dia akan memiliki passion dalam mengejar tujuan itu. Passion inilah yang kemudian menjadi motor penggerak yang mengantarkannya ke pencapaian tujuan yang dimaksud.
Sebaliknya
orang-orang yang tidak pernah menuliskan tujuan hidupnya, bisa jadi dia
memang tidak tahu atau setidaknya tidak yakin tentang tujuan hidupnya.
Bila dia tidak tahu atau tidak yakin, ke arah mana dia akan memfokuskan passion-nya ? Kemungkinan besar dia akan bekerja mengikuti passion orang-orang lain atau lingkungannya. Seperti kayu yang mengalir terbawa arus, dia tidak tahu akan berlabuh dimana.
Tujuan hidup merupakan sesuatu yang sangat besar dan merupakan komitmen seumur hidup kita. Tetapi tujuan hidup ini bisa di-setting atau dirumuskan (Goal Setting) pencapiannya sedikit demi sedikit.
Seperti dalam pertanyaan joke ‘bagaimana Anda bisa memakan gajah guling seorang diri sampai habis ?’ jawabannya juga joke ‘ambil
pisau dan garpu sebagaimana Anda biasa makan, kemudian dengan pisau
tersebut potong kecil-kecil daging gajah seperti Anda makan steak,
kemudian dengan garpu di tangan kanan Anda, makanlah daging tersebut
sepotong-demi sepotong !’. Tidak masuk akal ? bisa jadi, tetapi itulah step by step-nya bila ingin makan gajah guling sendirian sampai habis.
Maknanya adalah tidak peduli seberapa besar atau seberapa jauh tujuan hidup Anda, tetap harus di-set untuk
bisa dijalankan tahap demi tahapnya. Disinilah pentingnya menulis
tujuan hidup itu, setidaknya untuk mengingatkan kita apa tujuan besar
kita dalam hidup ini, dan sampai mana perjalanannya sekarang.
Dengan
mengetahui posisi kita sekarang, relatif terhadap tujuan besar kita –
maka kita bisa melakukan langkah-langkah koreksi, upaya percepatannya
dlsb. Yang tidak menuliskannya, selain kemungkinan tidak tahu tujuannya –
juga bisa jadi dia tahu tujuannya tetapi tidak tahu sampai dimana
posisinya saat ini.
Karena
tidak tahu posisi relatif saat ini terhadap tujuan, bagaimana dia bisa
melakukan koreksi bila ternyata tersesat ? atau melakukan percepatan
bilamana ternyata tertinggal ?
Maka perumusan tujuan (Goal Setting) dan pencapaiannya (Goal Achievement) itu seperti ilustrasi berikut :
‘
Seekor Ayam berjalan bareng seekor kambing di pasar. Ketika melihat
harga telur 1 keranjang sama dengan 1 kg daging kambing – si ayam
tertawa bahagia, telur itulah hasil karya rutinnya. Tetapi si kambing
malah mengigil panas dingin karena melihat daging kambing itulah ujung
dari komitmen seumur hidupnya’.
Intinya adalah goal setting merupakan pekerjaan sehari-hari yang kita harus senang melakukannya, sedangkan goal achievement
adalah puncak pencapaian seumur hidup – jangan sampai kita menyesal di
akhirnya. Dengan menulisnya secara rutin, kita seperti sedang membuat road map
untuk perjalanan hidup kita – kadang bisa salah, kadang tersesat di
belantara – tetapi dengan itu kita bisa melakukan koreksinya.
InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar