Oleh: Muhaimin Iqbal
Saya pernah menulis tentang ‘Mencari Berkah Yang Hilang’, yang antara lain menjelaskan berkah sebagai sesuatu yang mengandung kebaikan yang amat sangat banyak. Malam yang berkah nilainya sekitar 29,500 kali dari malam yang lain, shalat di Masjidil Haram di kota Mekah yang diberkahi – nilainya bahkan 100,000 kali dari sholat di tempat yang lain. Bayangkan bila kita bisa menghadirkan keberkahan itu ke sekitar kita, antara lain melalui pohon yang diberkahi.
Menggunakan
analogi nilai malam Lailatul Qadar dan kota Mekah yang diberkahi
tersebut, insyaAllah akan memudahkan kita untuk bisa memahami bagaimana
pohon yang diberkahi – yaitu zaitun – itu bisa menjadi berkah yang amat
sangat banyak, yang nilainya puluhan ribu sampai seratus ribu kali pohon
yang lain.
Setelah tahun ini (pohon usia 1 tahun) menghasilkan
3 pohon baru, tahun depan insyaAllah akan ada minimal 3 cabang yang
bisa dipotong lagi masing-masing menjadi 3 bibit baru. Artinya pohon
yang setahun sekarang, ketika usianya dua tahun dia bisa menghasilkan 9
pohon baru plus 3 dari tahun sebelumnya, begitu seterusnya.
Dalam
tujuh tahun sampai tahun 2020, satu pohon zaitun yang sekarang berumur
satu tahun setelah beranak-pinak, insyaallah bisa menghasilkan sekitar 7
juta pohon. Ini dimungkinkan dengan teknik micro-cutting – yang hanya membutuhkan cabang/ranting kecil sepanjang sekitar 10 cm yang terdiri dari 4-6 ruas daun tersebut di atas.
Pekerjaan
yang sangat besar dan berat yang tentu saja tidak akan kami lakukan
sendiri. InsyaAllah pekerjaan besar tersebut akan kami share ilmunya dan
bibitnya sehingga bisa dilakukan rame-rame oleh masyarakat luas.
Pekerjaan
besar lainnya adalah menemukan lahan di mana menanam 7 milyar pohon
tersebut nantinya. Diperlukan luasan lahan sekitar 43 juta hektar untuk
menanam pohon sejumlah ini atau sekitar 5 kali luasan tanaman kelapa
sawit yang ada di Indonesia saat ini.
Tidak
mungkinkah memperoleh luasan ini ? mungkin sih mungkin tetapi tentu
tidak akan mudah karena 43 juta hektar lahan adalah setara kurang lebih
22 % dari luasan Indonesia. Bukan berarti kita akan menanami 22 % lahan
Indonesia dengan zaitun, tetapi matematika ini untuk menunjukkan bahwa
bahkan kalau kita mau memenuhi Indonesia dengan pohon zaitun-pun; benih
yang sekarang ada sangat cukup untuk melakukannya.
Belanda
hanya perlu membawa empat benih sawit untuk kemudian Indonesia menjad
produsen sawit terbesar di dunia dalam beberapa ratus tahun kemudian.
Yang kita miliki kini bukan hanya empat benih, tetapi seribu benih –
yang penggandaannya dengan micro-cutting bisa jauh lebih cepat ketimbang penggandaan sawit.
Artinya
secara matematis-pun menjadi sangat mungkin untuk menanam zaitun dengan
cara yang se masif penanaman sawit. Lebih dari itu zaitun adalah pohon
yang diberkahi yang kabarnya langsung datang dari Yang Maha Tahu.
“Allah
(Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah,
adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada
pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan
bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya,
(yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan
tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir
menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya
(berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia
kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia,
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS 24:35)
Maka
bila diperlukan ratusan tahun untuk menjadikan Indonesia produsen sawit
terbesar di dunia, hanya perlu waktu sekitar 10 tahun bagi Indonesia
untuk menyamai produksi minyak zaitunnya sama besar dengan produksi
minyak sawit sekarang. Data produksi minyak tersebut di atas hanya
sampai tahun 2020 ketika mayoritas pohon belum berbuah, semua pohon
insyaAllah akan berbuah dalam empat tahun kemudian atau tahun 2023 -
yaitu saat zaitun bisa menggantikan sawit kita sekarang. Inilah
barangkali bentuk keberkahan yang seharusnya bisa kita raih itu.
Zaitun tidak memerlukan pabrik untuk membuat minyaknya, artinya masyarakat bisa lebih mudah di-encourage untuk menanamnya dan mengolahnya sendiri. Jadi keberkahan itu bener-bener menjadi hak semua orang.
Bahwa
zaitun adalah pohon yang banyak berkahnya – itu sudah pasti benarnya
karena Allah sendiri yang mengabarkannya, matematika di atas hanya alat
bantu kita untuk memahami bagaimana keberkahan yang sangat banyak itu
bisa kita hadirkan di sekitar kita.
Tehnik micro-cutting
untuk melipat gandakan pohon zaitun dari setiap 4-6 ruas daun tersebut
insyaAllah juga akan menjadi bagian dari pelatihan di Startup Center
setelah seluruh hasil eksperimen kami menunjukkan hasil yang stabil.
InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar