Oleh: Muhaimin Iqbal
Kurang lebih tiga bulan mendalami dan mematangkan konsep negeri yang baik – Baldatun Thoyyibah – kami juga belajar tentang negeri yang buruk, agar tidak tejerumus kedalamnya. Konon salah satu indikator negeri yang buruk atau negeri yang akan terus mengalami kemunduran itu adalah bila suatu negeri gemar menanam tanaman yang tidak bisa dimakan.
Entah
siapa yang mulai merumuskan indikator ini, tetapi ini juga sejalan
dengan formulasi negeri yang sebaliknya – yaitu negeri yang baik menurut
Al-Qur’an. Bila negeri yang baik itu adalah negeri yang di kanan dan
kirinya kebun-kebun yang menghasilkan buah yang di makan.
“Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". (QS 34:15)
Maka
yang sebaliknya juga sangat mungkin berlaku, negeri yang buruk adalah
negeri yang tidak peduli untuk menanam tanaman yang bisa dimakan.
Sesubur apapun suatu negeri, bila yang ditanam adalah tanaman-tanaman
yang tidak dimakan – lantas dari mana rakyatnya akan memperoleh
makanannya secara cukup dan berimbang ?
Tentu
ini tidak berlaku untuk negeri-negeri yang secara khusus sudah
ditetapkan oleh Allah sebagai negeri yang diberkahi seperti Syam, juga
negeri yang dipenuhi buah-buahan atau makanan meskipun tidak perlu
menanamnya – sebagai bentuk terkabulnya do’a bapak para nabi yaitu
Mekah.
Negeri kita bukan Syam
dan bukan Mekah, maka bila rakyatnya tidak gemar menanam tanaman yang
dimakan dikhawatirkan akan masuk kategori negeri yang buruk atau negeri
yang mengalami kemunduran.
Gejala-gejalanya
mudah dilihat di sekitar kita. Negeri yang subur ijo royo-royo ini baru
berkutat di satu atau dua dari lima jenis makanannya – yaitu
karbohidrat dan mungkin juga lemak (minyak). Kita tidak bisa mencukupi kebutuhan protein, vitamin dan mineral – yang sebagian besarnya harus diimpor.
Kita
membuang begitu banyak kesempatan untuk menghasilkan makanan, padahal
makanan inilah problem utama rakyat negeri ini dan juga negeri-negeri
lain di dunia.
Lantas
bagaimana solusinya agar kita bisa membalik arah, agar negeri yang
sedang mengalami kemunduran ini berubah arah menuju kemakmurannya ?.
Agar rakyat bisa makan secara cukup dan seimbang dari hasil-hasil
tanaman yang ditanam di tanah kita sendiri ? Jawabannya adalah, harus
ada kerja keras membalik arah budaya ini.
Dari
mana memulainya ?, minimal dari tulisan-tulisan semacam ini. Kemudian
juga diikuti langkah nyata seperti yang kami lakukan di Startup Center,
insyaAllah kami akan mulai memberikan pelatihan kepada masyarakat secara
gratis untuk belajar menanam tanaman-tanaman yang bisa dimakan.
Pelatihan
perdana akan diberikan hari Ahad 24/11/13, namun sudah penuh
pendaftarnya sejak tadi malam, jadi kesempatan berikutnya akan diumumkan
kemudian di www.startupcenter.asia.
Agar tidak reinvent the wheel,
tanaman-tanaman yang bisa dimakan yang kami sosialisasikan ini – juga
bukan tanaman coba-coba. Ilmu manusia terlalu sedikit dan umur nya
terlalu pendek untuk bisa mengetahui secara bijak apa yang seharusnya
ditanam untuk jangka panjang ini, maka kami ambilkan tanaman-tanaman yang namanya disebut secara langsung di Al-Qur’an.
Kemampuan
untuk tumbuh dan berbuah di dalam pot ini penting karena penduduk
kota-kota besar rata-rata memiliki lahan yang sangat sempit atau bahkan
tidak memiliki lahan sama sekali. Maka menanam buah dalam pot adalah
solusinya , karena bisa dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja.
Bahkan juga oleh orang-orang yang masih mengontrak, karena tanamannya
bisa dibawa pindah saat kontrakannya harus pindah.
Tanaman
buah dalam pot ini juga akan mudah untuk diperjual-belikan, sehingga
kelak akan ada pasar untuk jual beli tanaman/pohon-pohon buah dalam pot.
Saat inipun di Startup Center kami memfasilitasi bagi yang ingin jual
beli pohon buah dalam pot ini.
Yang
kami bayangkan adalah suatu saat nanti akan meluas di masyarakat
kegemaran menanam pohon-pohon yang menghasilkan makanan. Di kanan kiri
kita atau dimanapun kita berjalan akan melihat kebun-kebun makanan, maka
saat itulah negeri kita menjadi negeri yang baik seperti yang
digambarkan dalam ayat tersebut di atas.
Karena visinya kearah sana, menjadikan negeri ini negeri yang baik Baldatun thoyyibatun WaRabbun Ghafuur (BTWG), maka majlis yang insyaAllah akan mulai hari Ahad nanti kami sebut Majlis BTWG. Di Majlis inilah antara lain diajarkan cara-cara menanam buah dalam pot untuk tanaman-tanaman Al-Qur’an yang kami sebut TABULAMPOT Qur’anic Agroforestry ini.
InsyaAllah
semua bibit yang diperlukan juga sudah tersedia atau bisa dipesan di
lokasi pelatihan – tetapi untuk sementara baru untuk keperluan rumah
tangga atau hobby - belum untuk keperluan industri/komersial yang akan
menanam dalam skala luas. Yang terakhir ini insyaallah akan dipenuhi
kemudian setelah pembibitan massal kami berhasil. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar