Masyarakat Solusi : Bukan Beban dan Bukan Korban…

Senin, 27 Januari 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Kelompok masyarakat paling bawah di system ekonomi kapitalisme dunia saat ini mewakili lebih dari separuh penduduk bumi. Saat artikel ini saya tulis penduduk bumi ini sudah mencapai lebih dari 7.2 milyar orang, 4 milyar diantaranya berada di Bottom of the Pyramid (BOP) – yaitu kelompok masyarakat baling bawah yang daya belinya tidak lebih dari US$ 2 per hari. Kelompok inilah yang sering dianggap sebagai beban oleh pemerintah-pemerintah dan institusi dunia, pada saat yang bersamaan juga dijadikan korban. Waktunya kini untuk menyikapinya secara berbeda.


Sikap sebagai beban itu nampak betul misalnya ketika pemerintah lagi membahas subsidi bahan bakar, subsidi biaya kesehatan dlsb. Benarkah mereka ini beban ? apa bukan sebaliknya sesungguhnya mereka ini hanyalah korban atau dikorbankan ?

Ambil contoh kasus di Indonesia, jumlah orang yang berada di BOP tersebut menurut survey-nya McKinsey yang saya kutip tahun lalu  mencapi sekitar separuh dari penduduk negeri ini. Artinya ini berarti sekarang sekitar 125 juta orang.

Dengan daya beli yang US$ 2/hari; berarti nilai ekonomi yang digerakkan oleh mereka ini setara sekitar US$ 250 juta/hari atau US$ 91.25 Milyar per tahun atau sekitar US$ Rp 1, 095 trilyun/tahun.

Pertanyaannya adalah apa benar pasar yang nilainya lebih dari seribu trilyun Rupiah pertahun tersebut disubsidi atau menjadi beban ? Pastinya bukan ! malah sebaliknya pasar BOP yang lebih dari seribu trilyun Rupiah tersebutlah yang merupakan kontributor keuntungan yang sangat besar bagi institutsi-institusi komersial yang selama ini menggarapnya.

Mulai dari seluk beluk kebutuhan pangan dan kebutuhan sehari-hari lainnya – porsi terbesar dari pembelanjaan kelompok ini, kebutuhan energi mulai dari listrik untuk penerangan sampai bahan bakar untuk memasak, kebutuhan transportasi dan bahkan di jaman ini juga kebutuhan telekomunikasi.

Bila kelompok ini meningkat pendapatan dan otomatis daya belinya, maka siapa yang diuntungkan ? ya tentu para pelaku ekonomi tersebut di atas yang selama inipun sudah diuntungkan oleh pasar yang sangat masif ini.

Sebaliknya segala tindakan, kebijakan publik, kebijakan harga, kebijakan pasar dlsb. yang berdampak pada menurunkan pendapatan dan otomatis juga daya beli mereka – pada gilirannya juga akan memukul ekonomi secara keseluruhan, dan tentu saja menurunkan (potensi) pendapatan usaha-usaha besar yang selama ini menjadikan mereka pasarnya.

Jadi kini waktunya memandang separuh penduduk negeri ini yang berada di BOP tersebut sebagai potensi pertumbuhan negeri ini, potensi solusi bagi masalah-masalah yang ada di negeri ini – bukan beban dari siapapun, dan tidak boleh juga dikorbankan untuk kepentingan siapapun atau apapun.

Ketika separuh penduduk ini harus mengurangi konsumsi karena daya beli yang menurun oleh inflasi bahan bakar dan makanan misalnya, maka ekonomi secara keseluruhan akan tersendat. Tetapi sebaliknya, bila separuh dari penduduk ini meningkatkan konsumsinya karena daya beli yang meningkat – maka ekonomi secara keseluruhan juga pasti akan meningkat dengan pesat.

Maka menjadi kepentingan semua pihak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bawah ini. Dengan menolong mereka, insyaAllah kita semua juga akan mendapatkan pertolongan dari Allah :

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS 47:7)

Aplikasi dari ayat tersebut bisa kita rame-rame menolong Agama Allah ini dengan mengentaskan kemiskinan – karena kemiskinan itu dekat dengan kekufuran, maka bila kita mengentaskannya sekuat tenaga kemiskinan itu – insyaAllah  berarti kita juga ikut menjauhkan sekuat tenaga kekufuran dari umat ini.

Kemungkinan besarnya kelompok yang miskin itu tetap ada sebagaimana juga kelompok yang kaya, tetapi struktur yang seharusnya bisa dicapai bukan struktur pyramid dimana yang kaya sedikit yang miskin sangat banyak. Struktur idealnya adalah seperti pada ilustrasi di bawah.  Yang kaya dengan yang miskin berimbang, ditengahnya adalah kelompok menengah.


Transformasi Struktur Kemakmuran Masyarakat


Bagaimana struktur ideal ini bisa dicapai ?, salah satu caranya adalah dengan apa yang saya sebut transformasi spiral seperti pada illustrasi dibawah.


Transformasi Spiral Untuk Kemakmuran

Ketika masyarakat dibuka akses pasarnya, maka mereka akan tergerak untuk berproduksi. Ketika ada pasar dan ada produksi, maka modal-pun akan mengalir ke masyarakat tersebut.

Itulah sebabnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberi contoh langsung membuka pasar bagi kaum muslimin – masih di era awal dari pemerintahan Islam di Madinah, karena pasar inilah lokomotif dari produksi dan modal – yang berarti juga lokomotif bagi kemakmuran.

Setelah pasar dan produksi meningkat aktifitasnya, otomatis pendapatan masyarakat juga meningkat, daya beli meningkat – meningkatkan pendapatan pula bagi kelompok di atasnya.

Ketika kelompok menengah meningkat jumlahnya, meningkat pula kemampuan orang untuk berinvestasi menggerakkan sektor-sektor pasar dan produksi lainnya. Lebih banyak lagi kelompok masyarakat yang bisa mengejar aspirasi-aspirasinya untuk lebih maju di segala bidang.

Hasil berikutnya adalah kelompok yang paling atas  akan terus bertambah dari keberhasilan kelompok menengah yang mengejar aspirasi dan cita-citanya. Kelompok inilah yang bersama dua pendukung dibawahnya akhirnya akan membentuk masyarakat solusi, masyarakat yang mampu mengatasi perbagai permasalahannya sendiri dan mampu mengaktualisasikan dirinya dalam mengelola dan memakmurkan bumi ini.

Kapan ini akan terjadi ? sebelum kiamat akan terjadi dengan atau tanpa keterlibatan kita. Tetapi kita bisa berusaha dan bermohon kepadaNya agar Dia - Allah menjadikan kita tentara-tentaraNya yang memakmurkan bumi ini dan bukan sebaliknya malah memiskinkan bumi dengan berbagai kebijakan yang menyulitkan ekonomi masyarakat bawah.

Masa kemakmuran yang meningkat dan kemiskinan yang menurun drastis bukan hanya utopia, tetapi kabar nubuwah yang sahih. Tinggal pilihannya ada di kita, yaitu kitakah para pelaku yang akan mengawali arahNya ? InsyaAllah.

Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya tetapi dia tidak mendapatkan seorangpun yang bersedia menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai-sungai " (HR. Muslim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar