Oleh: Muhaimin Iqbal
Kelompok masyarakat paling bawah di system ekonomi kapitalisme dunia saat ini mewakili lebih dari separuh penduduk bumi. Saat artikel ini saya tulis penduduk bumi ini sudah mencapai lebih dari 7.2 milyar orang, 4 milyar diantaranya berada di Bottom of the Pyramid (BOP) – yaitu kelompok masyarakat baling bawah yang daya belinya tidak lebih dari US$ 2 per hari. Kelompok inilah yang sering dianggap sebagai beban oleh pemerintah-pemerintah dan institusi dunia, pada saat yang bersamaan juga dijadikan korban. Waktunya kini untuk menyikapinya secara berbeda.
Sikap
sebagai beban itu nampak betul misalnya ketika pemerintah lagi membahas
subsidi bahan bakar, subsidi biaya kesehatan dlsb. Benarkah mereka ini
beban ? apa bukan sebaliknya sesungguhnya mereka ini hanyalah korban
atau dikorbankan ?
Ambil contoh kasus di Indonesia, jumlah orang yang berada di BOP tersebut menurut survey-nya McKinsey yang saya kutip tahun lalu mencapi sekitar separuh dari penduduk negeri ini. Artinya ini berarti sekarang sekitar 125 juta orang.
Dengan
daya beli yang US$ 2/hari; berarti nilai ekonomi yang digerakkan oleh
mereka ini setara sekitar US$ 250 juta/hari atau US$ 91.25 Milyar per
tahun atau sekitar US$ Rp 1, 095 trilyun/tahun.
Pertanyaannya
adalah apa benar pasar yang nilainya lebih dari seribu trilyun Rupiah
pertahun tersebut disubsidi atau menjadi beban ? Pastinya bukan ! malah
sebaliknya pasar BOP yang lebih dari seribu trilyun Rupiah tersebutlah
yang merupakan kontributor keuntungan yang sangat besar bagi
institutsi-institusi komersial yang selama ini menggarapnya.
Mulai
dari seluk beluk kebutuhan pangan dan kebutuhan sehari-hari lainnya –
porsi terbesar dari pembelanjaan kelompok ini, kebutuhan energi mulai
dari listrik untuk penerangan sampai bahan bakar untuk memasak,
kebutuhan transportasi dan bahkan di jaman ini juga kebutuhan
telekomunikasi.
Bila
kelompok ini meningkat pendapatan dan otomatis daya belinya, maka siapa
yang diuntungkan ? ya tentu para pelaku ekonomi tersebut di atas yang
selama inipun sudah diuntungkan oleh pasar yang sangat masif ini.
Sebaliknya
segala tindakan, kebijakan publik, kebijakan harga, kebijakan pasar
dlsb. yang berdampak pada menurunkan pendapatan dan otomatis juga daya
beli mereka – pada gilirannya juga akan memukul ekonomi secara
keseluruhan, dan tentu saja menurunkan (potensi) pendapatan usaha-usaha
besar yang selama ini menjadikan mereka pasarnya.
Jadi
kini waktunya memandang separuh penduduk negeri ini yang berada di BOP
tersebut sebagai potensi pertumbuhan negeri ini, potensi solusi bagi
masalah-masalah yang ada di negeri ini – bukan beban dari siapapun, dan
tidak boleh juga dikorbankan untuk kepentingan siapapun atau apapun.
Ketika
separuh penduduk ini harus mengurangi konsumsi karena daya beli yang
menurun oleh inflasi bahan bakar dan makanan misalnya, maka ekonomi
secara keseluruhan akan tersendat. Tetapi sebaliknya, bila separuh dari
penduduk ini meningkatkan konsumsinya karena daya beli yang meningkat –
maka ekonomi secara keseluruhan juga pasti akan meningkat dengan pesat.
Maka
menjadi kepentingan semua pihak untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat bawah ini. Dengan menolong mereka, insyaAllah kita semua juga
akan mendapatkan pertolongan dari Allah :
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS 47:7)
Aplikasi
dari ayat tersebut bisa kita rame-rame menolong Agama Allah ini dengan
mengentaskan kemiskinan – karena kemiskinan itu dekat dengan kekufuran,
maka bila kita mengentaskannya sekuat tenaga kemiskinan itu – insyaAllah
berarti kita juga ikut menjauhkan sekuat tenaga kekufuran dari umat ini.
Kemungkinan
besarnya kelompok yang miskin itu tetap ada sebagaimana juga kelompok
yang kaya, tetapi struktur yang seharusnya bisa dicapai bukan struktur
pyramid dimana yang kaya sedikit yang miskin sangat banyak. Struktur
idealnya adalah seperti pada ilustrasi di bawah. Yang kaya dengan yang miskin berimbang, ditengahnya adalah kelompok menengah.
Bagaimana
struktur ideal ini bisa dicapai ?, salah satu caranya adalah dengan apa
yang saya sebut transformasi spiral seperti pada illustrasi dibawah.
Ketika
masyarakat dibuka akses pasarnya, maka mereka akan tergerak untuk
berproduksi. Ketika ada pasar dan ada produksi, maka modal-pun akan
mengalir ke masyarakat tersebut.
Itulah
sebabnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberi contoh
langsung membuka pasar bagi kaum muslimin – masih di era awal dari
pemerintahan Islam di Madinah, karena pasar inilah lokomotif dari
produksi dan modal – yang berarti juga lokomotif bagi kemakmuran.
Setelah
pasar dan produksi meningkat aktifitasnya, otomatis pendapatan
masyarakat juga meningkat, daya beli meningkat – meningkatkan pendapatan
pula bagi kelompok di atasnya.
Ketika
kelompok menengah meningkat jumlahnya, meningkat pula kemampuan orang
untuk berinvestasi menggerakkan sektor-sektor pasar dan produksi
lainnya. Lebih banyak lagi kelompok masyarakat yang bisa mengejar
aspirasi-aspirasinya untuk lebih maju di segala bidang.
Hasil
berikutnya adalah kelompok yang paling atas akan terus bertambah dari
keberhasilan kelompok menengah yang mengejar aspirasi dan cita-citanya.
Kelompok inilah yang bersama dua pendukung dibawahnya akhirnya akan
membentuk masyarakat solusi, masyarakat yang mampu mengatasi perbagai
permasalahannya sendiri dan mampu mengaktualisasikan dirinya dalam
mengelola dan memakmurkan bumi ini.
Kapan
ini akan terjadi ? sebelum kiamat akan terjadi dengan atau tanpa
keterlibatan kita. Tetapi kita bisa berusaha dan bermohon kepadaNya agar
Dia - Allah menjadikan kita tentara-tentaraNya yang memakmurkan bumi
ini dan bukan sebaliknya malah memiskinkan bumi dengan berbagai
kebijakan yang menyulitkan ekonomi masyarakat bawah.
Masa
kemakmuran yang meningkat dan kemiskinan yang menurun drastis bukan
hanya utopia, tetapi kabar nubuwah yang sahih. Tinggal pilihannya ada di
kita, yaitu kitakah para pelaku yang akan mengawali arahNya ?
InsyaAllah.
“Tidak
akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan
melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil
membawa harta zakatnya tetapi dia tidak mendapatkan seorangpun yang
bersedia menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab menjadi subur
makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai-sungai " (HR. Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar