Oleh: Muhaimin Iqbal
Tahun 2002 ketika terjadi banjir besar Jakarta – saya masih bertugas sebagai Kepala Biro Tarif Dewan Asuransi Indonesia. Dari data statistik yang kami kumpulkan saat itu, nilai kerugian industri asuransi yang dihitung dari frequency kejadian dikalikan severity-nya sekitar 1/5 (sekali kejadian dalam lima tahun) x US$ 200 juta atau sekitar US$ 40 juta per tahun. Dari kejadian 2 tahun terakhir, nampaknya frequency kejadian itu kini telah menjadi 1/1 (sekali kejadian setiap tahun). Dengan severity yang sama saja, kerugian per tahun akibat banjir kini minimal 5 kali lebih besar dari kejadian tahun 2002 tersebut.
Ini
hanyalah untuk data pembanding, bahwa nampaknya dalam hal resiko banjir
ini – kerugian yang diderita masyarakat sekarang estimasi saya minimal
lima kali lebih berat dibandingkan dengan resiko banjir yang sama di dua
belas tahun yang silam. Akankah resiko banjir terus menerus memburuk
dari waktu ke waktu ?
Tentu
tidak ada yang menginginkannya demikian, tetapi keinginan ini nampaknya
belum diikuti oleh langkah konkrit yang bisa mencegah resiko banjir
dari semakin memburuk dari waktu ke waktu.
Lantas langkah konkrit apa yang seharusnya bisa dilakukan seluruh penduduk negeri ini dan tentu juga dengan di-lead oleh para pemimpinnya ? Jawabannya yang jelas, yang hak bukan hanya dzon atau dugaan sebenarnya hampir semua kita pasti sudah tahu. Yaitu antara lain disimpulkan dalam ayat berikut :
“Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS 30:41)
Bahwasanya
musibah banjir ini adalah karena ulah tangan-tangan kita sendiri – saya
pikir mayoritas penduduk negeri ini dan para pemimpinnya – pasti akan
sulit mengelak bahwa itulah kenyataannya.
Tanah-tanah
yang seharusnya menjadi resapan telah menjadi vila dan rumah-rumah
penduduk, sungai yang seharusnya lancar mengalirkan air ke laut dipenuhi
sampah rumah tangga. Ruang terbuka hijau yang seharusnya tersedia cukup
untuk mengelola air, kini nyaris tidak lagi tersedia. Bahkan
waduk-waduk yang seharusnya mampu menampung kelebihan air, kini sebagian
waduk telah menghilang dan kalau toh masih ada fisiknya – daya
tampungnya telah menjadi sangat minim, dlsb. dlsb.
Walhasil
jelas-lah bahwa musibah banjir ini adalah ulah dari ‘tangan-tangan kita
sendiri’. Karena penyebabnya adalah ‘ulah tangan kita sendiri’, maka
sebenarnya solusi banjir ini juga harus mengandalkan ‘tangan kita
sendiri’. Seperti apa konkritnya ? ya seperti petunjuk yang hak dalam
ayat tersebut di atas – yaitu kembali ke jalan yang benar.
Karena
petunjuk ke jalan yang benar itu adanya di Al-Qur’an dan Hadits, maka
untuk mengatasi banjir-pun sebenarnya kita juga harus menggunakan
petunjuk yang sama secara menyeluruh dan konsisten.
Mengapa
petunjuk yang sangat jelas dan detil (QS 2 :185), petunjuk untuk segala
sesuatu (QS 16:89) ini tidak kita pergunakan untuk mengatasi musibah
seperti banjir yang semakin buruk ini ?
Saya
yakin para pemimpin mulai dari yang paling tinggi, gubernur, bupati,
camat, dan lurah-lurah di negeri ini mayoritasnya bisa membaca
Al-Qur’an, tahu pula terjemahan dan tafsirnya, bahkan tahu bahwa
Al-Qur’an adalah jawaban untuk seluruh permasalahan.
Tetapi
mengapa kita belum pernah mendengar bahwa para pemimpin dan instansi
terkait duduk bareng mendiskusikan petunjuk yang satu ini untuk
mengatasi musibah yang ada ?, jawabannya ada di kata penghubung ‘Tetapi’
ini !
Kita
baca dan kita paham bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk yang jelas untuk
seluruh hal, Tetapi tidak/belum kita gunakan saja untuk mengatasi
masalah-masalah kontemporer seperti banjir ini. Al-Qur’an dibaca dan di tadaburi dalam majlis-majlis ilmu, Tetapi tidak/belum menjadi panduan kita untuk amal shaleh yang nyata.
Perintah
dalam Al-Qur’an yang terkait ibadah khusus seperti sholat, zakat, puasa
dan haji sudah kita ikuti, Tetapi perintahnya untuk memakmurkan bumi
belum kita laksanakan, dan laranganNya-pun agar kita tidak berbuat
kerusakan di muka bumi kita abaikan.
Bahkan kalau kita tanyakan pada umat muslim negeri ini dan juga para pemimpin-pemimpin kita yang rata-rata juga muslim : “Apakah Anda yakin bahwa Al-Qur’an ini adalah petunjuk yang hak untuk semua permasalahan ?”, jawabannya kemungkinan besarnya adalah “Ya”.
Kemudian bila pertanyaan ini dilanjutkan misalnya dengan : “mengapa
tidak menjadi rujukan Anda ketika Anda berusaha mengatasi musibah
banjir dan mencegahnya agar ridak terus berulang semakin parah ?”, Jawabannya akan mulai mengandung kata ‘Tetapi’ atau ‘Ya’ kemudian diikuti kata ‘Tetapi’.
Kita
tidak menggunakan petunjuk yang hak untuk masalah yang begitu jelas
karena kita terlalu banyak menggunakan kata ‘Tetapi’, nah bayangkan
sekarang bila kita mulai menghilangkan kata ‘Tetapi’ ini.
Begitu
kita membaca Al-Qur’an dan kita tahu bahwa musibah banjir ini karena
perbuatan tangan-tangan kita sendiri agar kita kembali ke jalan yang
benar, maka akan serta merta kita balik arah menuju jalan yang benar –
seperti ketika Anda mengemudi di daerah yang tidak Anda kenal, begitu
ada yang memberi tahu bahwa Anda sedang menuju jalan yang salah – pasti
Anda mau segera berbalik arah atau merubah arah Anda yang semula salah
tersebut.
Anda
pasti tidak mau berdebat dengan yang memberi tahu arah yang benar
tersebut, mengapa ? karena Anda percaya bahwa yang memberi tahu Anda
salah arah tersebut pastinya lebih tahu daerah yang sedang Anda lalui.
Lha
sekarang kita diberitahu oleh Yang Maha Tahu untuk seluruh urusan
keselamatan kita di dunia dan di akhirat, masak kita mau membantahnya
dengan kata ‘Tetapi….’ ?
Maka
bukti bahwa dalam pengelolaan alam ini kita telah salah arah sudah
begitu nyata – yaitu antara lain tercermin dalam musibah banjir yang
semakin sering dan semakin tinggi tingkat kerusakannya, tidak bisakah
kita kembali ke jalan yang benar sekarang ? InsyaAllah bisa bila kita
tidak lagi menggunakan kata Tetapi !
Bagaimana konkritnya ? itu nanti akan diberi tahu/diajari oleh Dia Yang Maha Tahu, setelah kita ta’at kepadaNya :
“… Dan bertakwalah kepada Allah; Allah akan mengajarimu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS 2 : 282)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar