Solusi Tanpa Tetapi…

Kamis, 23 Januari 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Tahun 2002 ketika terjadi banjir besar Jakarta – saya masih bertugas sebagai Kepala Biro Tarif  Dewan Asuransi Indonesia. Dari data statistik yang kami kumpulkan saat itu, nilai kerugian industri asuransi yang dihitung dari frequency kejadian dikalikan severity-nya sekitar 1/5 (sekali kejadian dalam lima tahun) x US$ 200 juta  atau sekitar US$ 40 juta per tahun. Dari kejadian 2 tahun terakhir, nampaknya frequency kejadian itu kini telah menjadi 1/1 (sekali kejadian setiap tahun). Dengan severity yang sama saja, kerugian per tahun akibat banjir kini minimal 5 kali lebih besar dari kejadian tahun 2002 tersebut.


Ini hanyalah untuk data pembanding, bahwa nampaknya dalam hal resiko banjir ini – kerugian yang diderita masyarakat sekarang estimasi saya minimal lima kali lebih berat dibandingkan dengan resiko banjir yang sama di dua belas tahun yang silam. Akankah resiko banjir terus menerus memburuk dari waktu ke waktu ?

Tentu tidak ada yang menginginkannya demikian, tetapi keinginan ini nampaknya belum diikuti oleh langkah konkrit yang bisa mencegah resiko banjir dari semakin memburuk dari waktu ke waktu.

Lantas langkah konkrit apa yang seharusnya bisa dilakukan seluruh penduduk negeri ini dan tentu juga dengan di-lead oleh para pemimpinnya ? Jawabannya yang jelas, yang hak bukan hanya dzon atau dugaan sebenarnya hampir semua kita pasti sudah tahu. Yaitu antara lain disimpulkan dalam ayat berikut :

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS 30:41)

Bahwasanya musibah banjir ini adalah karena ulah tangan-tangan kita sendiri – saya pikir mayoritas penduduk negeri ini dan para pemimpinnya – pasti akan sulit mengelak bahwa itulah kenyataannya.

Tanah-tanah yang seharusnya menjadi resapan telah menjadi vila dan rumah-rumah penduduk, sungai yang seharusnya lancar mengalirkan air ke laut dipenuhi sampah rumah tangga. Ruang terbuka hijau yang seharusnya tersedia cukup untuk mengelola air, kini nyaris tidak lagi tersedia. Bahkan waduk-waduk yang seharusnya mampu menampung kelebihan air, kini sebagian waduk telah menghilang dan kalau toh masih ada fisiknya – daya tampungnya telah menjadi sangat minim, dlsb. dlsb.

Walhasil jelas-lah bahwa musibah banjir ini adalah ulah dari ‘tangan-tangan kita sendiri’. Karena penyebabnya adalah ‘ulah tangan kita sendiri’, maka sebenarnya solusi banjir ini juga harus mengandalkan ‘tangan kita sendiri’. Seperti apa konkritnya ? ya seperti petunjuk yang hak dalam ayat tersebut di atas – yaitu kembali ke jalan yang benar.

Karena petunjuk ke jalan yang benar itu adanya di Al-Qur’an dan Hadits, maka untuk mengatasi banjir-pun sebenarnya kita juga harus menggunakan petunjuk yang sama secara menyeluruh dan konsisten.

Mengapa petunjuk yang sangat jelas dan detil (QS 2 :185), petunjuk untuk segala sesuatu (QS 16:89) ini tidak kita pergunakan untuk mengatasi musibah seperti banjir yang semakin buruk ini ?

Saya yakin para pemimpin mulai dari yang paling tinggi, gubernur, bupati, camat, dan lurah-lurah di negeri ini mayoritasnya bisa membaca Al-Qur’an, tahu pula terjemahan dan tafsirnya, bahkan tahu bahwa Al-Qur’an adalah jawaban untuk seluruh permasalahan.

Tetapi mengapa kita belum pernah mendengar bahwa para pemimpin dan instansi terkait duduk bareng mendiskusikan petunjuk yang satu ini untuk mengatasi musibah yang ada ?, jawabannya ada di kata penghubung ‘Tetapi’ ini !

Kita baca dan kita paham bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk yang jelas untuk seluruh hal, Tetapi tidak/belum kita gunakan saja untuk mengatasi masalah-masalah kontemporer seperti banjir ini.  Al-Qur’an dibaca dan di tadaburi dalam majlis-majlis ilmu, Tetapi tidak/belum menjadi panduan kita untuk amal shaleh yang nyata.

Perintah dalam Al-Qur’an yang terkait ibadah khusus seperti sholat, zakat, puasa dan haji sudah kita ikuti, Tetapi perintahnya untuk memakmurkan bumi belum kita laksanakan, dan laranganNya-pun agar kita tidak berbuat kerusakan di muka bumi kita abaikan.

Bahkan kalau kita tanyakan pada umat muslim negeri ini dan juga para pemimpin-pemimpin kita yang rata-rata juga muslim : “Apakah Anda yakin bahwa Al-Qur’an ini adalah petunjuk yang hak untuk semua permasalahan ?”, jawabannya kemungkinan besarnya adalah “Ya”.

Kemudian bila pertanyaan ini dilanjutkan misalnya dengan : “mengapa tidak menjadi rujukan Anda ketika Anda berusaha mengatasi musibah banjir dan mencegahnya agar ridak terus berulang semakin parah ?”, Jawabannya akan mulai mengandung kata ‘Tetapi’ atau ‘Ya’ kemudian diikuti kata ‘Tetapi’.

Kita tidak menggunakan petunjuk yang hak untuk masalah yang begitu jelas karena kita terlalu banyak menggunakan kata ‘Tetapi’, nah bayangkan sekarang bila kita mulai menghilangkan kata ‘Tetapi’ ini.

Begitu kita membaca Al-Qur’an dan kita tahu bahwa musibah banjir ini karena perbuatan tangan-tangan kita sendiri agar kita kembali ke jalan yang benar, maka akan serta merta kita balik arah menuju jalan yang benar – seperti ketika Anda mengemudi di daerah yang tidak Anda kenal, begitu ada yang memberi tahu bahwa Anda sedang menuju jalan yang salah – pasti Anda mau segera berbalik arah atau merubah arah Anda yang semula salah tersebut.

Anda pasti tidak mau berdebat dengan yang memberi tahu arah yang benar tersebut, mengapa ? karena Anda percaya bahwa yang memberi tahu Anda salah arah tersebut pastinya lebih tahu daerah yang sedang Anda lalui.

Lha sekarang kita diberitahu oleh Yang Maha Tahu untuk seluruh urusan keselamatan kita di dunia dan di akhirat, masak kita mau membantahnya dengan kata ‘Tetapi….’ ?

Maka bukti bahwa dalam pengelolaan alam ini kita telah salah arah sudah begitu nyata – yaitu antara lain tercermin dalam musibah banjir yang semakin sering dan semakin tinggi tingkat kerusakannya, tidak bisakah kita kembali ke jalan yang benar sekarang ? InsyaAllah bisa bila kita tidak lagi menggunakan kata Tetapi !

Bagaimana konkritnya ? itu nanti akan diberi tahu/diajari oleh Dia Yang Maha Tahu, setelah kita ta’at kepadaNya :

“… Dan bertakwalah kepada Allah; Allah akan mengajarimu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS 2 : 282)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar